bab 12

6 2 0
                                    

keyra

Detik jarum terdengar jelas, aku menunggu kedatangannya. Menyambut kehadirannya.

"Cantik banget mau kemana nih?" Abang bertanya. Begitu juga bunda yang menunggu jawabanku.

"Nanti ada yang mau kesini," jawab ku, jujur ini mungkin bukan pertama kali aku membawa laki laki ke rumah. Tapi ini pertama kalinya satu laki laki berkunjung ke rumah. Kalau biasanya acara kerja kelompok atau hal hal yang berkaitan sekolah kali ini bukanlah hal yang seperti itu.

"Oh cowo yang kamu taksir itu? Jadi kepo," ucapan Abang yang penuh kebenaran. Tau aja.

"Hah? Ah bukan kok," jawab ku gugup.

"Udah ngaku aja kali, Bun liat Bun keyra mau bawa pacarnya kerumah."

"Bener pacar kamu?" tanya bunda. "Kalo iya juga gapapa, ajak kenalan sama bunda sama ayah."

"Bukan Bun, cuma temen. Abang jangan sebar hoak."

Ayah yang sibuk bermain catur diteras bersama kiki, tiba tiba masuk kedalam rumah.

"Ra ada yang nyariin tuh didepan."

"Cie pacarnya ya kak," timpal Kiki yang berada dibelakang punggung ayah.

"Suruh masuk dulu yah," ujar bunda. Ayah kembali melangkahkan ke depan menyambut Harlan. Aku semakin gugup.

"Temuin sama gih."

"Iya bang, ini juga mau kedepan."

Harlan duduk tenang dikursi ruang tamu ditemani ayah dan Kiki.

"Mau diajak kemana anak saya?" duh kan, ayah mulai. Aku takut Harlan ga nyaman. Aku duduk disamping ayah.

"Saya mau ngajak ke toko buku om, sama katanya sekalian disuruh ziarah ke makamnya si bek." tak ada raut ketakutan atau gelisah diwajah Harlan, dia benar benar terlihat santai.

Setelah mengatakan itu, tawa Kiki menggelegar.

"Bebek konyol kakak yang mati? Hahahahahaha, ngapain pake diceritain juga si," dia tertawa mengejek membuatku kesal.

"Akhh, sakit kak, apaan si kok dicubit cubit," ujarnya sambil meringis kesakitan.

"Saya ijin ya om, mau bawa anak om pergi." Nadanya serius. Dengan tatapannya yang juga tak main main.

Tak lama bunda dan Abang datang, bunda membawa kan satu cangkir teh hangat dan beberapa kue.

"Ini dimakan dulu ya," ibu berujar ramah.

"Kalian ngapain pada disini, sana pergi." usirku, ibu, Abang, Kiki, dan ayah malah duduk diruang tamu.

"Namanya siapa nak?" ibu bertanya.

"Harlan Tante," jawabnya.

"Oh iya, nak Harlan titip anak Tante ya, Tante balik ke dapur dulu. Ayo bang." Seakan mengerti ibu kembali menarik Abang untuk masuk kedalam.

Kini tersisa ayah dan Kiki. "Yah aku pamit pergi ya."

"Ga usah buru buru, tehnya aja belum habis." Ujar ayah, bener juga si. "Saya baru pertama liat kamu."

"Saya anak pindahan om."

Entah kenapa rasanya ruangan ini hanya ada ayah dan Harlan.

"Pindahan dari mana?"

"Saya pindahan dari jakarta, asli Jakarta juga."

"Kamu siapanya anak saya?" ayah benar Benar seperti wartawan, semua hal akan ditanyakan.

"Saya temannya om," jawabnya, benar aku dan Harlan kan ga punya status apa apa.

"Temen apa temen?" tanya ayah kembali mengintimidasi.

SIAPA SANGKA? 15.30 DIKARA WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang