bab 14

9 2 0
                                    

Harlan

"Jadi apa yang mau kamu omongin? Biar pikiran kamu ga rumit lagi?" tanyanya.

"Ga ada," jawabku yang membuat dia mendengus kesal.

"Omongin aja apa yang ada di kepala, ungkapin semua kerumitan kamu yang ada di kepala, nanti biar aku yang coba pahami!" dia menjelaskan, dia bahkan sampai menunjukkan kepalanya sendiri.

Gue diam, jari telunjuk gue mulai gue arahkan ke arahnya.

"Kenapa nunjuk nunjuk aku?" dia bertanya heran, kepalanya dia miringkan sedikit, ah ternyata dia semakin lucu.

"Lo rumit." Hanya itu yang mampu gue keluarkan.

"Aku? Bagian mananya?"

"Lo yang buat semuanya rumit."

"Kenapa aku?"

Gue malah diam, kenapa dia? Gue juga ga dapet jawabannya, karena setelah kehadirannya perasaan ini jadi aneh.

"Lo suka apa Ra?" Mengalihkan pembicaraan, karena gue ga bisa jawab pertanyaannya tadi.

"Kamu."

"Yang lain," ujar gue, walau didalam hati debaran ini begitu luar biasa, hanya mendengar kata kamu.

"Harlan."

"Ck, yang lain."

"Bryan Pratama."

"Terserah."

Dia malah tertawa, entah apa yang menurutnya lucu.

"Oke oke aku serius. Aku suka ini." jari telunjuknya mengarah ke bandana biru yang ia pakai. "Aku juga suka itu." Jari telunjuknya menunjukkan sunset yang begitu indah akan tenggelam. "Aku suka ini." Dia menunjuk novel yang tadi. "Dan aku suka disini."

"Disini?" tanya gue.

"Disini, disebelah kamu lan." Dia tersenyum begitu cerah. Rasanya gue pengin balas senyuman cantiknya itu. Namun yang terjadi malah, gue menatap lamat wajah cantiknya, seakan waktu berhenti, dimana gue ga mau berpaling untuk melihat wajah penuh keceriaan itu. Hingga dia malah memalingkan wajahnya, dengan pipi yang bersemu merah.

"Aneh," gumamku sambil tersenyum tipis. Sayang sekali dia tak melihatnya, senyuman tipis dibibir ku ini.

CREK
CREK
CREK

Dia menoleh, gue yang sedang mengabadikan sunset sore ini, dan pemandangan taman dengan anak kecil sedang berlarian, memotret berbagai momen indah didepan mata.

"Bagus." Gue mendekat, menyodorkan hasil foto tadi. Wajah kita hampir bersentuhan, dia yang tadinya memerah malu, sekarang begitu serius untuk melihat hasil gambar tadi.

"Indah banget ya, nanti kirim semua dong ke aku. Bagus baguss, lucu juga ada anak kecil." Dia sangat antusias.

"Eh liat ada kucing itu." Dia bangkit setelah mengatakan itu, menghampiri kucing kecil yang terlihat lucu.

Gue diam tanpa mau menyusul, dipikirkan gue malah ingin mengabadikannya.

CREK
CREK
CREK

Beberapa gambar sudah gue ambil, potret keyra sedang bermain kucing, kucing malah kalah lucu dengan keyra saat ini. Gue melihat melihat hasil foto tadi, dimana keyra sedang tertawa merasa geli saat kucing itu menjilat jari jari tangannya, dimana keyra sedang asik berbicara dengan si kucing, dimana dia tersenyum ke arah gue.

"Kamu foto aku ya?" tanyanya saat menyadari kalau kameranya mengarahkan ke dirinya.

"Ga."

"Ga salah kan? Coba liat, jelek pasti. Hapus deh."

SIAPA SANGKA? 15.30 DIKARA WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang