bab 17

8 2 0
                                    

Harlan

Semua yang terasa asing kini sudah terbiasa, setiap pagi, gue akan membeli bubur ayam tanpa kacang untuk sarapan keyra, begitu juga sebaliknya keyra yang tak pernah lupa memberikan bekal makan siang.

"Hari ini cuacanya mendung banget ya din, dingin." adunya pada Dinda, tanganya ia gesekan untuk menciptakan kehangatan. Sesekali ia juga meniup tangannya, untuk ia gesekan, tak lama ia akan menempel tangannya ke pipinya.

"Iya, gue ga bawa jaket lagi," jawab Dinda.

Tak lama, awan mendung itu, menurunkan rintik demi rintik air hujan, semakin lama semakin deras, kini rintik itu malah menjelma menjadi hujan yang penuh dengan petir yang begitu menggelegar.

Hujan diwaktu pagi, diiringi petir memang begitu menakutkan, jika seperti ini, rasanya ingin berada dirumah sambil bergulung selimut, atau menikmati secangkir kopi atau bahkan teh hangat.

Waktu berjalan seperti biasa, jam mulai mendekati waktu istirahat, keyra terlihat bangkit dari duduknya dan ijin untuk ke toilet.

Guru yang sedang mengajar juga mulai membereskan buku bukunya. "Tolong yang piket hari ini, taroh buku saya dimeja ruang guru ya, saya akhiri pembelajaran kali ini, sampai bertemu di pelajaran saya selanjutnya." Tepat setelah ucapannya selesai, bell Isitirahat berbunyi.

"Har, bawa buku ke meja guru," perintah rizar, hari ini jadwal gue piket, mau menolak juga ga mungkin.

"Iyaa."

Suara petir itu, semakin kuat, langkah kaki gue menyusuri koridor, melihat kanan kiri, koridor juga terlihat sepi, siswa siswi lebih banyak berada dikelas untuk tidur. Namun ada beberapa juga yang memilih keluar untuk sengaja bermain hujan.

JDERRRR

"AAAAAA!" Suaranya teriakan itu, membuat gue tersentak, suara yang berasal dari depan toilet perempuan, gue melihat sosoknya, sosoknya yang sedang menutup kedua telinganya, sambil berjongkok, tanganya terlihat bergetar hebat.

"Ra?" Gue memanggilnya pelan.

Tanyanya memutih, gue memangkup wajahnya dengan kedua tangan gue, buku buku yang tadi gue  genggam sudah jatuh berserakan ke lantai. Pandangan kita bertemu, buih buih air mata yang sudah siap tumpah, bibir yang bergetar takut, hidungnya yang memerah, dengan rambut cantiknya yang terlihat berantakan, dia kacau.

Tak menunggu waktu lebih lama lagi, gue mengambil buku yang berserakan tadi, dan langsung menggendong membawanya ke ruang UKS.

"Kita ke uks."

Keyra terlihat bergerak gelisah, sekali petir kembali bersuara, keyra akan mencengkram kuat lengan tangan gue.

"Gapapa Ra, jangan takut, ada aku disini, jangan takut ya, kamu ga sendirian Ra." kata kamu benar-benar murni terucap tanpa sadar.

🎵

"Tolong bisa jagain sebentar? Gue mau keruang guru sebentar, nanti gue kesini lagi," ujar gue pada satu petugas PMR yang sedang berjaga, gue meninggalkan keyra sebentar, dia malah tertidur, saat gue sampai diuks.

"Iya," jawabnya, petugas PMR itu orang yang sama, dia orang yang sama, saat keyra terkena bola basket saat itu.

Gue melangkah keluar, mengantarkan buku ke meja guru, dengan cukup terburu buru, rasanya tak tenang, perasaan ini kian gusar, ada rasa kekhawatiran untuk sosoknya. Tak mau meninggalkan lebih lama.

"Ra?" Tatapan binarnya redup, senyuman manisnya lenyap, ia memainkan jari jari tangannya. Dia terus memandang derasnya hujan, sesekali petir itu datang, ia akan memejamkan kedua matanya. Bahkan panggilan dari gue, ga direspon sama sekali.

SIAPA SANGKA? 15.30 DIKARA WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang