bab 21

9 2 0
                                    

Harlan

Sebenernya inti dari ini semua adalah tentang masa lalu yang belum selesai, masa yang kerap kali menghambat masa yang lain. Rasanya sebelum gue memulai sebuah hubungan yang baru, gue harus menyelesaikan apa yang belum selesai, sesuatu yang memang harusnya sudah terselesaikan.

"Bu,  besok marsell mau ke Bandung katanya."

"Mau ketemu kamu?"

"Iya, tapi aku ga ngasih tau alamat, biarin aja dia keliling Bandung."

"Jahat banget, kasih tau aja alamat kita, gimana pun dia temen kamu har."

Percakapan antara gue dan ibu hanya seputar tentang marsell, Jumat pagi ini, gue cuma berdua dengan ibu. Ayah ada urusan bisnis diluar kota.

Sarapan pagi bersama ibu, rasanya sepi. Rasanya jadi anak tunggal, sepinya ga ke tolong.

"Ibu harap kamu bisa baikan sama marsell ya, jangan jauh jauhan kaya gini, ga baik." Ibu mengerti, ibu paham hubungan gue yang lebih dari sekedar teman. Hubungan yang sudah seperti saudara kandung, gue dan marsell sama sama sama anak tunggal, jadi ga heran kalo gue keliatan kaya saudara kalo bareng marsell.

"Iya Bu, semoga aja."

🎵

"Nih sarapan dulu."

"Makasih." Dia menerima bubur ayam yang gue beli. Setiap hari dia benar-benar tidak pernah sarapan, karena tidak bisa memakan' nasi, dan begitu enggan untuk sekedar membeli bubur ayam.

"Bandana birunya ga dipake?" tanya gue, hari ini dia malam memakai jepitan berbentuk strawberry yang gue tunjuk waktu itu.

"Engga, bagusan yang dari kamu, katanya cantik." Gue mengangguk membenarkan.

"Iya cantik."

"Ati ati Ra, sekarang omongannya bau bau buaya." Dinda mencibir sinis.

"Iya sekarang kalo ngomong bahaya banget din," keyra ikut menyahut omongan Dinda.

"Awas Din nanti Lo ikut baper lagi dengernya." Ledek rizar yang mendengar tutur kata harlan, yang memuji keyra.

"Enak aja Lo, ogah gue baper sama modelan kutub es gini."

"Kalo sama gue gimana? Baper ga?"

"Najis!"

Gue hanya diam, bisa diliat dari pandangan rizar, kalau rizar menyukai dinda.

"Berantem terus, jangan-jangan jodoh." Gavin juga ikut dalam obrolan.

"Najis!" ucap mereka serempak, yang aman malah mengundang tawa dari Gavin dan keyra, gue cukup terkekeh dalam hati.

Keyra memakan bubur ayam dengan pipi membulat lucu, rasanya ingin sekali mencubit pipi bulatnya itu.

"Kenapa kamu liatin aku terus?" tangannya setelah selesai menguyah.

"Engga."

"Ah bohong, orang keliatan kok ngeliatin aku terus."

"Engga."

"Terserah lah." Dia kesal, banyak hal lucu jika menyangkut dirinya. Bahkan kata terserah saja bisa terlihat lucu jika dia yang mengucapkannya.

SIAPA SANGKA? 15.30 DIKARA WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang