bab 2

1.8K 102 2
                                    

Bumi Roniaksara atau kerap disapa dengan nama Aksara.
Pria yang memiliki paras tampan berkarisma, serta sifat yang dingin mengandung banyak rahasia.
Aksara memiliki bakat serta kegemaran dalam menulis,  itulah sebabnya Aksara memilih profesi sebagai penulis novelis disela dirinya menjadi petinggi di perusahaan yang telah ditinggalkan mendiang ayahnya.

Diusia yang sudah menginjak 27 Tahun membuat Aksara sering kali ditanya soal pasangan oleh sang ibu, tapi Aksara memiliki beribu-ribu alasan agar ibu-nya itu tidak menanyakan per-soalan pasangan walaupun hasilnya tetap sama, ibu dari Aksara akan tetap menanyakannya.

Nurhayati Baskara atau Yati, adalah nama wanita penuh jasa bagi Aksara. Yati sendiri sudah menjadi satu-satunya orang yang saat ini dimiliki oleh Aksara, sedangkan ayah dari Aksara sudah pergi meninggalkan keduanya karena sebuah tragedi dimasalalu. Paron Baskara adalah nama dari mendiang ayah Aksara.

Aksara sendiri sedari lahir tidak pernah merasakan kesusahan ekonomi, karena mendiang ayahnya adalah pebisnis hebat dan memiliki banyak cabang perusahaan diberbagai daerah di Indonesa, sedangkan ibu Aksara adalah seorang designer yang cukup ternama di ibu kota.

🌏🌏🌏

"Gua udah cari tau tentang dia, informasi lebih jelas biar gua kirim via WhatsApp."

"Oke thanks." -seseorang

"Yakin lu?"

"Lebih dari yakin." -seseorang

"Gua harap lu nggak bakal ngelakuin hal gila lagi."

"Gua tau apa yang harus gua lakuin kali ini." -seseorang

🌏🌏🌏

Tringgg tringgg

Bunyi Alarm

Disebuah kamar yang tidak begitu besar, seorang gadis berusia 22 Tahun tengah dikejutkan dengan bunyi nyaring dari Alarm yang tepat berada di atas nakas sebelahnya. Tanayah gadis itu.

Tanayah mulai mengerjapkan mata, rasa kantuk yang masih menyeruap membuat dia masih enggan untuk segera bergegas bebersih diri, pagi ini Tanayah harus kembali menjalankan tugasnya menjadi seorang mahasiswi di Universitas Seni Jakarta (karang) setelah libur semester.

Dreeett dreett
Bunyi benda pintar persegi milik Tanayah terdengar, dengan malas dia ambil benda yang disebut ponsel itu. Dan...
tanpa melihat nama si penelpon Tanayah langsung mengangkatnya.

Sambungan telepon berlangsung

"Halo..." Sapa Tanayah terlebih dahulu.

"Omg Tanayah!!"
"Kau baru bangun?!" Terdengar suara nyaring diseberang telepon, asalnya dari kedua sahabat Tanayah yang 'tak lain adalah Nabizah dan Novika.

"Iya, kenapa?" ucap Tanayah dengan malas.

"Liat jam sono lu." -Nabizah

"Jam enam kan?" Tanya Tanayah dengan mata terpejam menahan kantuk.

"Tanay jangan bilang lu salah bikin Alarm!"  Nabizah kesal.

Tanayah kemudian menyalakan ponsel pada genggamannya guna melihat jam.
Setelah melihat sudah pukul berapa, sontak mata gadis itu membulat sempurna dengan mulut yang menganga. "Anjing!" umpatnya.

"Dua puluh menit lagi kalo lu nggak masuk kelas pak Didit, di pastiin lu dapet nilai paling rendah." ucap Nabizah menakut-nakuti Tanayah.

"Heh enak aja lu." tukas Tanayah.

"Ya makanya buru lu ke kampus."

"Tapi kalau mau nilai rendah sih saranku lanjut aja tidur kau itu." timpal Novika di seberang.

TANAYAH UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang