bab 10-11

2K 141 8
                                    


🌏🌏🌏

"Halo Nay?" Sapa seorang gadis di seberang telepon.

Sepergian Aksara dari kost Tanayah, gadis itu dengan cepat menelpon Novika, ingin sedikit bercerita tentang perasaannya akhir-akhir ini.

"Nop, nggak ada kelas lagi kan?" Tanya Tanayah.

"Nggak ada, kenapa kau?" jawab Novika di akhiri dengan pertanyaan untuk Tanayah.

"Ke kost dong, ada yang mau gua bahas, nggak penting buat lu sih, tapi ini penting buat keberlangsungan hidup gua, lebih singkatnya gua mau curhat." jelas Tanayah dramatis.

"Belaga kau... mau nitip apa?"

"Mau nitip lu selamat sampe tujuan aja." Ucap Tanayah dengan gaya menggoda se akan akan lawan bicaranya adalah sang kekasih, Novika yang mendengar penuturan dari Tanayah pun bergidik. "Heh anjirt geli kali aku." timpal Novika yang berhasil membuat Tanayah meledakan tawa.

"Cepetan ya... hati-hati kau, mak Plato." tutup Tanayah. pasti kalian bertanya, mengapa Tanayah menyebutkan nama Novika dengan sebutan Mak Plato? itu karena beberapa waktu lalu Tanayah sedang bertanya apa nama planet terkecil karena waktu itu dia melupakan nama planet tersebut, dan dengan kepercayaan diri yang penuh, Novika menjawabnya dengan "Plato". itu lah asal muasal istilah atau nama lain yang di beri oleh Tanayah untuk Novika

🌏🌏🌏

Kini Tanayah tengah berbaring di tempat tidur seraya menatap atap kamarnya. Entah memikirkan apa sehingga gadis itu merona dan tersenyum salah tingkah.

Tak berselang lama, pintu kamar gadis itu diketuk dengan keras, sudah Tanayah tebak siapa dalangnya, siapa lagi kalau bukan Novika, mamak batak itu. Hanya Novika lah yang bisa se bar-bar itu jika datang bertamu.

Namun dengan begitu Tanayah dengan senang membuka daun pintu kamar kostnya. dan ternyata dugaannya benar, Novika, gadis mungil bersuara keras khas orang batak itu tengah bersiap untuk mengeluarkan suara emasnya. "Allow anak gadis!! apakah kau sudah mendingan?" Tanya Novika sedikit berteriak dengan riangya, mungkin suasana hati gadis batak itu sedang bagus hari ini.

"Kecilin dikit suaranya bisa nggak bu?" Tanayah menatap Novika dengan sinis. Sedangkan Novika sudah terkekeh dan menunjukan dua jarinya -telunjuk dan jari tengah menandakan bahwa dia sedang meminta maaf.

Novika masuk ke dalam kamar Tanayah kemudian langsung duduk bersila di atas carpet berbulu dan di susul Tanayah disampingnya. Novika yang sudah sangat ingin tahu dengan curahan hati Tanayah itupun dengan tidak sabar membuka topik pembicaraan duluan.

"Curhat cepet." pinta Novika.

"Minimal intro bu, langsung to the point aja lu." Lagi-lagi Novika berhasil mendapat tatapan sinis dari Tanayah.

"Nggak... nggak ada intro-intro, cepet mau curhat apa kau?" Tanya Novika yang tidak memperdulikan tatapan sinis sang sahabat.

Diam beberapa menit, mungkin Tanayah sedang sibuk memikirkan atau merancang kata kata apa saja yang pas, guna menjelaskan apa yang ingin dia sampaikan pada, Novika.

"I fell in love with him." ucap Tanayah dengan intonasi yang rendah, namun masih dapat di tangkap oleh pendengaran Novika, dengan jelas.

"I know." Tanayah langsung menatap Novika dengan dahi berkerut.

"Aku tau Nay,
dia sering bareng kau kan akhir-akhir ini? Semenjak pertemuan pertama di seminar waktu itu, dia anterin kau ke rumah sakit waktu kau pingsan, aku liat ada yang aneh sama anak itu, dia keliatan khawatir pas anter kau ke rs, padahal itu pertemuan pertama klean, Finally I believe, love comes at any time."

TANAYAH UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang