bab 13

2.2K 177 38
                                    

Jatuh cinta boleh
tapi tidak untuk menjadi
bodoh

🌏🌏🌏

Malam pukul 00.30 WIB. Di kamar bernuansa minimalis terdapat dua gadis yang saat ini tengah tertidur pada sebuah kasur berukuran 100×200 yang di letakkan diatas lantai langsung. Kasur yang tidak luas namun mampu menampung dua gadis dengan badan mungil tersebut. Dua gadis itu tidak lain adalah; Tanayah dan Novika.

Setelah menghadiri acara pernikahan dari anak sahabat Yati, Aksara dan Tanayah memilih untuk langsung pulang karena waktu juga sudah menunjukan pukul 00.00 WIB, sudah sangat larut untuk seorang gadis pulang dari suatu kegiatan di luar rumah. Aksara langsung mengantar Tanayah pulang pada kost gadis itu.

Sesampainya di kost Tanayah, gadis itu turun dengan sempoyongan dari mobil Aksara, bukan karena mabuk minuman atau mabuk perjalanan, namun karena kantuk. Sedangkan dari dalam mobil Aksara yang sudah memastikan keselamatan Tanayah hingga masuk ke dalam kamar kost pun langsung kembali menjalankan mobilnya pergi dari sana, memilih untuk kembali pada Apartemen pribadi miliknya yang terletak tidak terlalu jauh dari kost Tanayah. Sebenarnya Aksara sempat ingin turun dan mengantar langsung Tanayah sampai ke dalam kost, namun gadis itu menolaknya, karena waktu juga sudah larut, dan Tanayah tentunya merasa tidak enak jika harus membawa seorang pria pada larut malam seperti ini. Ya, walaupun kalian tahu bahwa Aksara juga sudah pernah menginap disana.

Sesampainya Tanayah di dalam kamar kost, Tanayah dibuat terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya. Novika menginap? Iya, yang membuat Tanayah terkejut adalah keberadaan Novika di dalam kamarnya yang saat ini tengah menatap ke arahnya dengan seringai gadis batak itu.

"Bagus ya... Anak gadis jam segini baru pulang... Mau jadi apa kau? Kuntilanak?" Cerosos gadis berdarah batak tersebut pada Tanayah yang masih cengok.

"Mentang-mentang perginya sama ayang, jadi lupa waktu kau." Sambungnya. Tanayah yang sudah menetralkan keterkejutannya dan masih sangat mengantuk pun memilih tidak merespon apapun ucapan atau sarkasan dari sang sahabat dan memilih untuk melepas gaun yang ia kenakan di depan Novika langsung tanpa malu sedikitpun. Novika yang melihat tingkah Tanayah memilih acuh dan... Tidak bisa... "Nggak mandi kau?" Tanyanya.

"Nggak ah! Ngantuk banget." Jawab Tanayah, ia sudah menyelesaikan kegiatannya berganti pakaian, setelahnya ia langsung ikut berbaring di samping Novika dan memeluk gadis itu. "Setidaknya bersihin dulu make-up kau itu! mimpi buruk baru tau rasa!" Novika tentu tidak nyaman melihat Tanayah yang tidur masih dengan riasan wajah.

"Enggak bisa Nop, mata gua tinggal setengah wat." Jawab Tanayah dengan mata yang sudah terpejam. Novika akhirnya pasrah, toh yang penting ia sudah mengingatkan gadis batu itu, Dan kemudian Novika memilih untuk ikut tidur.

Belum ada satu jam tertidur, tidur Novika terganggu dengan suara isak tangis disebelahnya, sebelumnya ia merasa takut dengan suara tangis itu, pikiran Novika bercabang memikirkan apakah suara menangis tersebut adalah suara milik tetangga yang 'tak mempunyai rumah selain di atas pohon... kuntilanak? Namun Novika berhasil mematahkan pikiran buruknya itu karena pikir Novika yang harusnya mendapat gangguan setan ialah Tanayah bukan malah dirinya. Karena Tanayah tidak bebersih sebelum tidur itu.

Novika berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat, apalagi setelah mendengar tangis yang semakin pilu itu. Tangis yang sekarang ia yakin berasal dari Tanayah.
"Tanay bangun kau!" Setelah berhasil terbangun, Novika langsung membangunkan Tanayah dengan menggoyang-goyangkan tubuh gadis yang masih setia terisak itu. "Tanayah bangun!" Novika masih setia membangunkan Tanayah.

TANAYAH UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang