bab 4

1.6K 115 2
                                    

🌏🌏🌏


Aksara mengantar pulang Tanayah, sebelumnya Tanayah meminta Aksara agar mengantarkannya ke kampus karena motornya  akan di antarkan orang suruhan Angkasa disana, namun Aksara tidak mau mendengar Tanayah dan memilih tetap mengantar Tanayah pulang.

Di mobil, tidak terdengar sedikitpun suara dari Tanayah, gadis itu rupanya masih sangat kesal dengan Aksara, bagaimana tidak? Orang yang baru pertama berkenalan seharusnya memberi kesan yang menyenangkan, bukan malah seperti Aksara yang kesannya pemaksa dan keras kepala, ditambah pria itu memiliki sifat yang sedikit, ralat, sangat 18+, salah sedikit Tanayah akan di ancam dengan ciuman. Bukan kah itu sangat gila?

"Nah?" Panggil Aksara memecah keheningan yang Tanayah ciptakan, Aksara sendiri adalah pria yang dingin dan flat, namun entah kenapa bersama Tanayah dia akan menjadi pria yang berbanding terbalik dengan sifat yang sering dia tunjukan pada orang lain, bahkan Aksara sendiri merasa sudah tidak memiliki harga diri jika bersama Tanayah, bagaimana bisa dia menjadi lebih frontal saat bersama gadis itu sedangkan bisa dibilang mereka tidak memiliki hubungan apapun, bahkan untuk pertemanan pun belum sampai di tahap itu.

Tanayah diam.

"Tanah?" Tanah adalah nama panggilan khusus dari Aksara untuk Tanayah, entah apa, namun Aksara menyukai nama itu. sedangkan Tanayah sendiri juga memiliki nama panggilan sendiri untuk Aksara, yaitu Bumi.

"Tanayah Cindyasalma?"

"Kamu budek ya?"

Gila bukan? Baru beberapa waktu lalu pria itu dengan lembutnya berbahasa dengan Tanayah, mengapa sekarang malah mencebiknya?.

Tanayah menatap sinis Aksara di samping.

"Kenapa diam aja dari tadi?" Tanya Aksara setelah menyadari tatapan tajam milik Tanayah.

"Lu mending diam." ketus Tanayah.

"Masih kesel hemm?" Aksara melembutkan suaranya.

Tanayah memutar bola matanya malas.

"Bangsat, babi, anjing, kalo nggak lagi di mobil dah gua tendang ni laki." Batin Tanayah memaki-maki Aksara.

"Kenapa muka nya merah?" Tanya Aksara melihat wajah Tanayah yang merah padam, dia tahu bahwa gadis itu sedang kesal setengah mati pada-nya, kejahilan yang sudah dia pendam sejak dulu akhirnya di lepaskan setelah menemukan lawan yang cocok, yaitu pada Tanayah. Aksara sangat senang melihat Tanayah yang kesal padanya, dia juga yakin bahwa gadis itu sedang menahan diri agar tidak memaki-maki dirinya saat ini.

"Laper." ucap Tanayah tidak sadar. Sontak Aksara mengerem mobilnya dengan mendadak sehingga membuat badan Tanayah sedikit maju kedepan, untung saja Tanayah memakai sabuk pengaman, jika tidak, sudah di pastikan  kepala gadis itu sudah terbentur badan Mobil.

"Bumi bangsat! lu bisa bawa mobil nggak?! Kalo mau mampus jangan ajak-ajak orang yang masih mau hidup, anjing!" Tanayah sudah tidak bisa menahan untuk tidak berkata kasar pada pria disampingnya ini.

Aksara langsung mendekat pada Tanayah, mengecek kondisi badan gadis itu.

"Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Aksara.

"Badan gua nggak apa-apa, tapi mental gua yang bakal kenapa-napa kalo sama lu!" Sentak Tanayah.

Aksara langsung menyentil pelan kening Tanayah.

"Lebay banget, segala mental." ucap Aksara.

"Kenapa juga lu remnya mendadak? untung nggak ada kendaraan di belakang!"

TANAYAH UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang