bab 8-9

2K 121 8
                                    

🌏🌏🌏

"Bumi!!!"

Disebuah bangunan besar kini seorang wanita paruh baya dengan penuh kesal meneriaki nama putra-nya di depan pintu kamar milik sang putra, untuk keberkian kalinya. Bukan tanpa alasan, pasalnya putra semata wayangnya yang tidak lain adalah Aksara itu, hari ini ingin ia ajak mencari gaun untuk menghadiri pernikahan anak dari sang sahabat.

"Untuk yang terakhir kalinya bunda bangunin kamu bumi!! Kalo kamu mas..." belum sempat menyelesaikan ucapan-ancaman untuk Aksara, wanita paruh baya yang 'tak lain adalah Yati tersebut terhenti, ketika pintu kamar Aksara terbuka, menampilkan Aksara dengan mata yang masih setengah terpejam.

"Bumi masih ngantuk bun, lagian bunda bisa cari bajunya sendiri." keluh Aksara pada Yati.

"Yaudah silahkan tidur lagi, tapi sebelum itu bunda minta dompet sama kunci mobil kamu, biar bunda sita semuanya sekalian. Punya anak kok males banget." sarkas Yati pada Aksara.

Aksara yang mendengar ancaman yang lolos dari ibundanya pun dengan cepat menyegarkan diri kemudian tersenyum lebar lebih tepatnya terpaksa.

"Hehe, Bumi bercanda bun." cengir Aksara.

"Mandi sekarang juga, bunda tunggu kamu sepuluh menit lagi kalo masih belum siap, dengan senang hati ibu sita semua aset kamu." ancam wanita itu lagi.

"Iya, Bumi mandi dulu, bundaku yang cantik silahkan tunggu Bumi di ruang tamu." ucap Aksa dengan manis kemudian masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Sedangkan ibu Aksara masih setia berdiri didepan pintu kamar seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Anak cuman satu, tapi tabiatnya bikin kesel orang tua." monolog Yati. Setelahnya ia berlalu dari sana.

Ternyata tampang Aksara yang dingin datar dalam penilaian orang diluar sana itu salah, bukti nyata sifat Aksara sesungguhnya adalah saat ia bersama orang terdekat.

🌏🌏🌏

"Bun, masih lama nggak?
Kaki Bumi pegel banget ini." keluh Aksara.

Sudah lebih dari dua jam dia dan ibundanya berada di salah satu mall yang ada di Jakarta, sudah kesana-kemari mengitari hampir ke seluruh penjuru pusat perbelanjaan tersebut namun nihil sampai saat ini tujuan utama-nya belum nampak, belum ada digenggaman bahkan di mata-Yati.

"Punya butik sendiri padahal." Batin Aksara.

"Ngeluh terus, laki kok hobbynya ngeluh, malu tuh sama badan." sindir Yati pada sang putra.

"Yaudah ayo ke butik bunda aja, disini kurang menarik semua baju-bajunya, takut juga bakal ada yang kembar sama punya bunda... Oh yaa!!... Bunda baru inget!! kemaren bunda baru nyelesain baju buat di pake di acaranya Aliand, itu aja deh... Nanti bunda buat rancangan lagi." Ajak Yati sedikit berbisik pada Aksara. Dan Untuk tokoh pakaian yang mereka datangi memang bukan sembarang tokoh yang menjual satu style baju dengan penyediaan banyak atau baju pasaran, justru tokoh pakaian itu khusus menjual pakaian yang di pakai oleh kalangan artis ternama dalam negeri bahkan luar negeri. Namun tetap saja rasa tidak ingin kalah dari ibu ibu selalu ada. Yati bukan tipe angkuh namun jika sudah membahas tentang suatu acara yang akan ia hadiri, sudah pasti dia akan berpenampilan sebaik mungkin, apalagi di acara tersebut akan banyak orang orang angkuh.

Setelah mendengar penuturan dari sang bunda, dengan berat Aksara menghembuskan nafasnya. "Kan? Kenapa baru sadar sekarang kalo punya butik." gerutu Aksara dalam hati. Dasar Aksa beraninya cuman di dalam hati.

"Yaudah ayo." Ucap Aksara pasrah.

Kedua ibu dan anak itupun mulai melangkahkan kaki meninggalkan pusat perbelanjaan tersebut.
Belum beberapa menit melangkah, langkah Aksara terhenti, rasa ingin buang air menghambatnya.

TANAYAH UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang