bab 3

1.6K 106 1
                                    

🌏🌏🌏

Tanayah langsung menghempaskan tangan itu.

"Ngapain bapak bawa saya kesini?" Tanya Tanayah, gaya bicaranya sudah dia rubah, melihat pria di depannya ini bukan sepantaran dengannya, apalagi dia tahu bahwa Aksara sendiri bukan sembarang orang.

"Saya mau ke toilet, awas!" sambungnya, kemudian mulai melangkah, meninggalkan Aksara yang masih diam tampa menjawab pertanyaan Tanayah.

"Aaaaaa!!" Teriak Tanayah setelah tubuhnya berhasil di gendong ala Bridal style oleh Aksara, pria itu membawa Tanayah yang mulai memberontak ke dalam mobil mewah miliknya.

"Turunin saya! bapak jangan kurang ajar ya!" umpat Tanayah seraya memberontak.

"Turunin saya bajingan!" umpat Tanayah

"Diam atau saya cium bibir kamu!"

Tanayah langsung bungkam, tidak berani mengeluarkan suara lagi.

"Kemarin ni orang gua liat keren mampus, tapi kenapa jadi nyebelin gini sih? Sokab banget lagi." batin Tanayah, dia menatap Aksara dengan tajam penuh permusuhan.

Tanayah berhasil di dudukan Aksara pada kursi penumpang tepat di sebelah pengemudi, setelah menduduki Tanayah pada kursi penumpang, Aksara menutup pintu samping Tanayah dan berjalan mengitari mobil menuju kursi pengemudi dan mendudukan bokongnya di sana.

Aksara tidak langsung menyalakan mobil tersebut, karena gadis di sampingnya itu hanya diam dan tidak melakukan pergerakan apapun.

Aksara langsung mendekati Tanayah. Sangat dekat hingga masing-masing bisa merasakan deru nafas lawan, Tanayah yang kaget dengan wajah Aksara yang begitu dekat dengannya dan tatapan Aksara yang begitu dalam membuat Tanayah seketika menjadi gugup, dengan gugup dia pejamkan mata-nya, entah pasrah atau apa.

"Kenapa tutup mata?" Suara berat dari Aksara terdengar, sontak Tanayah membuka mata-nya. Aksara sudah kembali pada posisi semula, Tanayah merasakan lilitan pada perutnya.

"Tanah bangsat, apa yang lu pikirin tadi anjing." batin Tanayah mengerutuki pikiran konyolnya.

"Kenapa mukanya merah?" tanya Aksara setelah melihat pipi merona milik Tanayah.

Tanayah yang sudah salah tingkah pun dengan reflek menutup kedua pipinya dengan tangan.

"Saya... saya gerah... iya, saya gerah." jawab Tanayah terbata-bata.

Terdengar suara kekehan dari Aksara.

"Bisa ketawa juga ya ternyata." batin Tanayah, dia menatap Aksara 'tak percaya pasalnya dari awal pertemuan mereka di acara Meet Aksara Novel waktu itu sampai beberapa waktu lalu, wajah pria itu sangat
datar dan tidak menunjukan sedikitpun senyumnya. Tapi hari ini Tanayah bisa melihat lebih dari itu.

"Saya kira kamu mikirnya saya bakal cium kamu." ucap Aksara seraya memfokuskan diri pada mobil yang mulai dia kendarai.

Tanayah langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela, Sial batin tanayah.

"Makanya sabuk pengaman tu di pake." sambung Aksara. Ya tadi pria itu mendekati Tanayah karena ingin memasangkan sabuk pengaman pada gadis itu, tapi Aksara sengaja lebih mendekatkan wajahnya pada Tanayah bermaksud menjahili gadis itu.

"Hemm."

"Ehh bapak mau bawa saya kemana?" Tanya Tanayah setelah sadar mobil itu sudah berjalan dan meninggalkan kawasan parkiran kampus.

"Ke toko baju." jawab Aksara singkat.

"Ngapain ke sana?" Tanya Tanayah.

"Beli kue." jawab Aksara asal.

TANAYAH UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang