bab 12

1.8K 130 25
                                        

Yang tidak membawa
harapan di larang masuk

🌏🌏🌏

Wajah langit pagi ini 'tak begitu riang.
Mendung-mendung pekat saling bergantian melintas, diganti dengan mendung hitam yang lain dibelakangnya... susul menyusul.
Hanya saja, entah mengapa hujan belum juga sudi untuk turun membasahi. Namun bukankah mendung bukan berarti akan hujan?

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Waktu yang terlalu siang untuk menyantap sarapan, juga terlalu pagi untuk memulai makan siang.
Dikamar kost yang hanya diisi dengan seorang gadis, nampak sunyi. Gadis itu kesana kemari meringkuk dibawah kain tebal, tidak berniat sedikitpun untuk bangun dari sana.

Bunyi notifikasi dari ponsel cerdas berhasil membangunkan gadis tersebut, ah rasanya waktu libur dihari minggu ini diganggu begitu saja oleh oknum tidak bertanggung jawab. Sialan.

Dengan tidak niat gadis itu mengambil ponsel yang ia letakkan di nakas samping kasur, memasukan beberapa digit agar kunci ponsel tersebut terbuka. Dan berhasil.

Mata si gadis yang semula sedikit terpejam, kini mulai melebar, memanas dan berair. Iya, dia menangis. Tanayah, gadis itu menangis.

Pesan masuk dari sang sahabat berhasil membuat sisi lemah Tanayah keluar. Brengsek, dia benci kelemahan ini.

Novika, gadis batak itu mengirim pesan sebuah gambar yang ia sendiri ambil dari sosial media, gambar itu berisi pria dan wanita yang nampak begitu serasi. Berpose dengan begitu dekat dan romantis. Dari apa yang Tanayah lihat, gambar itu di unggah pada akun sosial media si wanita, dan yang membuat Tanayah merasa lebih sesak adalah saat melihat emotikon berbentuk hati merah di keterangan unggahan tersebut.

Cemburu? iya, Tanayah cemburu.

Sebagaimana perasaan orang yang tengah jatuh cinta, cemburu adalah hal yang lumrah. Melihat orang yang kita sayangi atau cintai sedang bersama dengan yang lain, lantas hati mana yang akan baik-baik saja? Bahkan pakaian yang selalu menemani pun akan di cemburui.
Memang ia tidak memiliki hubungan apapun dengan pria tersebut, namun bukankah manis lalu itu menggambarkan keterangan perasaan? Atau memang hatinya yang terlalu melarat, sehingga dengan mudah termakan dengan perlakuan manis?

Tell me all you found was
Katakan padaku yang kau temukan hanyalah

Heartbreak and misery
Patah hati dan kesedihan

It's hard for me to say, I'm jealous of the way
Sulit bagiku tuk berkata, aku cemburu pada keadaanmu

You're happy without me
Yang bahagia tanpaku

Sepenggal lirik lagu berbahasa Inggris dari penyanyi Lebrint berjudul Jealous tersebut berhasil menyamai perasaan dari si gadis bermata indah itu.

"Gua ngapain nangisin hal sepele kayak gini sih?" ucap si gadis dengan kekehan di sela air mata yang masih mengalir.

Masih dengan sisa tangis, Tanayah bangkit dari tempat tidur, merapihkan apapun yang sudah tidak tertata dan terakhir membersihkan diri. Hari ini pilihan untuk berdiam diri di kamar kost bukanlah pilihan yang tepat seperti hari-hari libur sebelumya. Mungkin berisik kepalanya kali ini membutuhkan sesuatu yang menenangkan, seperti, suara ombak pantai mungkin?

Hembusan nafas berat terdengar setelah Tanayah berhasil menginjakan kaki mulusnya pada pasir pantai yang putih. Tatapan lurus ke depan menikmati ciptaan tuhan yang luas seluas mata memandang namun indah disetiap sentinya. Gelombang-gelombang dari air biru, bisingnya ombak yang beradu dengan batu karang di hadapannya nampak memabukan. Namun kali ini damai yang ia harapakan masih semu, bahkan lenyap sebelum ada.

Mata indah yang menangkap keindahan didepannya kembali menampung air. Dunia kali ini bergurau dengan hatinya yang meminta untuk lebih khusyuk. Bagaimana mungkin pria yang membuat ia ingin menenangkan diri di tempat ini, malah menjadi alasan ia kembali menangis? Iya, di hadapannya saat ini pria yang 'tak lain adalah Aksara itu sedang tertawa bersama dengan wanita lain... Wanita yang sama pada gambar yang di kirim Novika beberapa jam yang lalu.

Kembali Tanayah teringat dengan tulisan pada Novel HUJAN MALAM ITU, yang tidak lain pengarangnya pria di depan sana.

Beruntung rasanya bisa terbalaskan,
Hati yang sulit terbuka, berhasil di buka lebar oleh kacau yang berlagak tenang,
Aku tahu, dia bisa melakukan apa saja termasuk menghancurkan hatiku. Tapi mengapa harus aku? Mengapa harus menghancurkan yang tidak bersalah?
Apalagi kepada hati yang baru saja bersedia untuk merasa suka.

Apakah hati di ciptakan untuk sakit?
Senandung yang aku mainkan agar cintaku tersampaikan,
Mengukir namanya dengan indah tanpa beban dipundakku, berkhayal ada hari bahagia bersamanya, namun ternyata aku salah, harapanku hanya sekedar harapan yang tidak terindahkan oleh tuhan,
Hatiku 'tak berbentuk karena harapan itu.

29 April
Aku berpijak pada pasir basah -Rain

"Tanayah!" Panggilan dari seseorang berhasil menyadarkan lamunan dari sang pemilik nama. Senyuman getir itu tercipta saat mengetahui si pemanggil adalah pria di depannya, pria yang selalu memanggilnya dengan nama 'Tanah' kini berganti menjadi 'Tanayah' namun bukankah itu memang namanya? Terlihat pria itu berjalan menggandeng tangan wanitanya (?) kearah Tanayah. Dan...

Dengan cepat Tanayah mengedipkan mata beberapa kali sembari menengadahkan kepala ke langit agar air mata yang siap meluncur tadi segera kembali masuk pada sangkarnya. Kemudian Tanayah kembali menatap ke arah depan, yang ternyata pria dan wanita itu sudah berjarak dua meter darinya.

"Sama siapa kesini-nya?" tanya pria tersebut yang tidak lain adalah; Aksara.

"Sama temen, tapi dia lagi di toilet." balas Tanayah dengan senyum yang masih menghiasi.

"Oh ya... kenalin ini temen aku, namanya Tanayah." seru Aksara kepada wanita di sebelahnya, mengajak agar berkenalan dengan Tanayah.

"Hallo! kenalin aku Gisella, calon tunangan Aksa." Gadis yang bernama Gisella itu begitu anggun memperkenalkan diri padanya. Rambut sebahu bergelombang berwarna kecoklatan, kulit putih bersih, bentuk badan yang ideal serta wajah yang terpahat hampir sempurna. Tanayah merasa kecil jika harus bersaing dengan wanita ini. Apalagi Gisella sudah jelas ada status dengan Aksara, sedangkan ia tidak.

Tanayah berusaha sebaik mungkin untuk terlihat biasa saja setelah mengetahui fakta bahwa pria yang berhasil merebut hatinya ini sudah berpasangan.

"Saya, Tanayah.... hmmm kalo begitu saya duluan... permisi." Tanayah merasa sudah tidak dapat menampung air matanya saat ini, buru-buru ia berbalik badan, berjalan sedikit berlari dan dengan begitu pula air mata luruh di pipinya.

"Brengsek!"

Tanayah berjanji, mulai detik ini, nama Aksara akan ia hapus. Secepatnya.

🌏🌏🌏

Bersambung...

terima kasih masih setia untuk membaca cerita ini, jangan lupa tinggalin jejak biar aku semakin semangat buat up.
btw, sekarang aku bakal up cerita ini tergantung target vote dan komen (aku rahasiain targetnya wkwk), semakin cepet ke kumpul, semakin cepet juga aku upnya.

jangan lupa untuk tetep streaming lagu dari Salma Salsabil dan Rony Parulian serta temen2 idol ss 12 lainnya.
do'ain pacar aku Aliando Syarief biar cepet sembuh ya:)

MAAF UNTUK TYPO YANG BERTEBARAN<3

see you...

TANAYAH UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang