Secret Archive's Report no: 11, date September 30th

28 1 1
                                    

Beberapa hari berlalu, Setelah rencana tersusun rapi, mereka pun bersiap untuk menjalankan peran masing-masing. Nine menghampiri Kobo sebelum berpisah, memberikan perangkat pelacak mini yang sudah disiapkan.

"Pasang ini di balik kerah bajumu, Bo," instruksi Nine. "Kami akan selalu bisa melacak posisimu dengan ini. Jika terjadi sesuatu atau kau merasa terancam, tekan tombol kecil di sisinya. Itu akan mengirim sinyal darurat pada kami."

Kobo menerima pelacak itu dan memasangnya sesuai arahan Nine. Meski wajahnya tampak cemas, ada kilat determinasi dalam matanya. "Aku siap. Ayo kita lakukan ini."

Zeta menepuk bahu Kobo, memberikan dukungan moral. "Kau pasti bisa, Bo. Ingat, kami selalu memantaumu dari dekat. Kau tidak sendirian."

Kobo mengangguk, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Lalu, dengan langkah mantap, ia pun bergerak menuju lokasi yang telah ditentukan, siap memainkan perannya sebagai umpan.

Sementara itu, Zeta dan Kaela bersiap untuk menyusup ke gudang di pelabuhan yang dijadikan tempat transaksi. Mereka mengenakan stealth suit agar bisa menyergap tempat nya secara diam diam.

dari bar nya Kaela dan Zeta berjalan menggunakan Van meninggalkan kobo dan Nine, mereka berdua bergegas menuju taman kota Kota wolval, dimana di sore hari sering terjadi penculikan Anak

"Aku berharap mereka baik baik saja" kata Kobo dengan kencang yang suaranya beradu dengan deru angin, sekarang Nine mengendarai trailbike yang dimiliki Kaela, yang mendengar nya mengangguk, "Aku tau kita memang mau menyelamatkan anak anak yang lebih banyak tapi semoga mereka sampai saat ini tidak apa apa" Ujar Nine

sampai di taman kota, di waktu soree taman kota Wolval sudah terlihat sepi pastinya karena ada himbauan dari kepolisian, banyak orang tua yang melarang anak nya bermain di taman kota atau membawa anak nya ke taman kota. Nine menurunkan Kobo disana yang lengkap mengenakan pakaian pelaut layaknya anak anak di kota ini.

"kenapa mesti aku yaa yang disuruh gini" kata kobo yang menghela nafas sambil mengenakan ransel, Nine menahan tawa nya, "kau tau persebaran anak anak di kota inj memiliki tinggi diatas 150 cm, jadi harusnya kau yang paling cocok untuk dijadikan tumbal" jawab Nine dengan mengejek, kobo yang mendengar itu hanya terdiam marah sambil mengepalkan tangannya.

"ehem, cukup sarkasme nya kau cari tempat bersembunyi disekitat area ini, aku akan duduk di bangku taman itu sambil pura pura menggambar, lakukan sekarang!" Perintah kobo dengan Tegas, itu membuat Nine terkejut ia seperti benar benar diteriaki oleh Kobo tapi bukan seperti teriakan biasanya. disini terasa Kobo sangat jengkel kepadanya, perlahan Nine mengambil posisi bersembunyi disekitar bangku tempat kobo, kobo yang baru saja memarahi Nine langsung duduk sambil menunduk kesal

"Aku bukan anak kecil, nyebelin banget si" umpat Kobo dalam hatinya, sekarang ja akan menunggu ada orang yang akan menghampiri nya, sesuai dengan predeksi kepolisian Pelaku biasanya mendekati korban dengan menawarkan sebuah hadiah atau semacamnya, maka itu yang akan Kobo lakukan dia akan memancing para penculik untuk menculik nya.

kurang lebih 2 jam kemudian saat taman kota sudah mulai gelap, di waktu matahari hampir terbenam. benar saja ada 2 orang berpakaian gelap yang menhampiri Kobo, kobo dengan segala kesiapannya akan mengikuti apa saja arahan dari orang orang ini

Kobo berusaha tetap tenang saat dua orang berpakaian gelap itu mendekat ke arahnya. Ia tahu inilah kesempatannya untuk menyusup ke dalam jaringan penculikan dan mengungkap dalang di balik semua ini.

"Hei, adik kecil," sapa salah satu pria dengan suara ramah yang dibuat-buat. "Sendirian saja di sini? Mana orang tuamu?"

Kobo memasang wajah polos dan menggeleng pelan. "Aku tidak tahu. Mereka belum menjemputku."

97 Days - A Vestia Zeta x OC FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang