Kala itu suara yang didengar kobo adalah bunyi benturan keras ke sel besinya, sontak ia terbangun dari tidurnya.
"selamat pagi putrii, kalian harus makan untuk tetap sehat yaa" kata sipir, yang melemparkan sebuah baki besi yang berisi makanan ada kadarnya, yang sepertinya pantas untuk mereka makan disitu hanyalah roti potong besar itu, Funana yang berada di dekat sel mengambil makanan nya dan membersihkan roti besar itu, Munana yang masih berada di sebelah Kobo masih tertidur sambil memeluk perutnya, pastinya gadis kecil itu kelaparan semalaman. sudah 3 hari kobo diculik oleh mafia mafia ini, Kobo menghela nafas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Tiga hari sudah berlalu sejak ia diculik bersama dengan gadis-gadis kecil ini.
Kobo yang sudah bangun kemudian bangkit dan melihat Funana mendekati nya"selamat pagi kak kobo, kakak mau jatah yang lebih besar? kami berdua tidak terlalu lapar kok kami bisa berbagi" kata Funana sambil tersenyum yang mencoba tegar dan terlihat kuat didepan Kobo, Kobo tersentuh melihat kebaikan hati Funana yang masih memikirkan orang lain meskipun dalam situasi yang sulit. Ia tersenyum lembut pada gadis kecil itu.
"Terima kasih, Funana. Tapi kakak tidak apa-apa. Kalian berdua lebih membutuhkan roti itu," ucap Kobo dengan lembut. "Kakak ingin kalian tetap kuat dan sehat." Kobo mengelus kepala Funana dengan penuh kasih sayang. Ia kagum dengan ketabahan dan keberanian gadis kecil itu. Meskipun berada dalam situasi yang menakutkan, Funana masih bisa menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada orang lain."Sekarang, bangunkan adikmu dengan lembut. Biarkan dia makan lebih dulu," kata Kobo sambil melirik Munana yang masih tertidur.
Funana mengangguk dan berjalan pelan ke arah adiknya. Dengan lembut, ia membangunkan Munana. "Munana, ayo bangun. Sudah pagi. kamu belum makan kan?," bisik Funana.Munana perlahan membuka matanya, wajahnya terlihat lelah dan pucat. Ia bangkit dan melihat roti di tangan Funana. Matanya berbinar sedikit, menyadari bahwa akhirnya ada makanan untuk mereka.
Kobo memperhatikan kedua gadis kecil itu berbagi roti dengan hati-hati. Mereka saling memastikan bahwa satu sama lain mendapatkan cukup makanan. Kebersamaan dan kasih sayang di antara mereka begitu nyata, meskipun dalam situasi yang menyedihkan. Kobo memperhatikan sekitarnya lagi, saat ia diculik penerangan di tempat ini begitu buruk ia tidak bisa melihat apa apa selain melihat wajah ketakutan dua gadis kecil tidak berdaya ini, sekarang sudah pagi cahaya matahari memperlihatkan dengan jelas seisi ruangan dugaan kobo benar, tempat ini adalah sebuah penjara yang terlihat luas sekali, kobo berusaha mengintip ke sel disebelahnya ia dapat menemukan ada banyak gadis kecil seperti Funana dan Munana yang terkurung disini, tidak hanya itu ia melihat di sel lain ada beberapa gadis remaja yang juga mengisi sel.
Kobo Mulai berspekulasi apa sebenarnya tempat ini, mengapa mereka juga menculik gadis remaja juga, bukankan jelas yang menjadi target utama adalah gadis gadis kecil yang lugu?, apa yang sebenarnya mereka ingin lakukan. namun pemikiran kobo terhenti saat ia bisa merasakan ada orang yang menarik bajunya dari belakang,
"kak Kobo ayo kita makan bareng yuk?" tawar Munana dengan wajah yang polos, Kobo tersenyum lembut melihat ajakan polos Munana. "Ih Munana, kakak udah bilang ke kak Fuwawa kakak gausah dibagii, kamu aja yang makan yaaah" Kata kobo yang menolak dengan nada yang lembut berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.
Tapi Munana tidak terpengaruh dan malah terus mengajak kobo "Lho..tapi kata mama Makanan lebih enak kalau semua orang makan, aku juga mau ka Kobo makan... owhh atau kakak ngga suka roti yaa?" Tanya Munana dengan polosnya, respon Munana benar benar membuat Kobo terisak, bagaimana bisa gadis manis seperti mereka berdua malah terkurung di penjara yang dingin ini.
Kobo menerima roti yang ditawarkan oleh Munana, ia tidak sadar kalau air mata nya jatuh dari pipinya. Funana yang melihat itu lansung sigap mendekati kobo dan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
97 Days - A Vestia Zeta x OC Fanfiction
RomansaKisah tentang orang yang menyesal telah mengabaikan perasaannya, kisah tentang suatu upaya untuk menghindari bencana besar, Kisah tentang mata mata yang sudah kelihangan keluarga, identitas, dan, masa kecil nya karena orang orang yang tidak bertangg...