Mereka berdua jatuh bersama ke jalan, tubuh Aluna tanpa sengaja menindih tubuh pria tampan di depannya itu. Kacamata pria itu jatuh juga jatuh ke aspal.
"Lun, kamu nggak apa-apa kan? Ada yang luka nggak?" tanya Raka sambil melihat-lihat ke arah Aluna dengan pandangan cemas.
"Aku nggak papa kak Raka, tapi kakak–ganteng juga ya tanpa kacamata." Aluna tersenyum lebar melihat wajah tampan Raka.
"Serius kamu nggak apa-apa? Kepalamu nggak kebentur kan?" tanya Raka sambil mengambil kacamatanya, dan meletakkannya kembali ke tempatnya.
"Loh kok nanyanya gitu? Berkat kak Raka, aku baik-baik aja," ucap Aluna sembari mengulurkan tangannya dan membantu Raka berdiri.
"Yah...habisnya ini pertama kalinya kamu bilang aku ganteng. Aku pikir kepalamu terbentur, hehe." Seloroh Raka sambil tersenyum.
"Aku baik-baik saja kak. Sebaliknya, apa kakak terluka?" tanya Aluna cemas.
"Aku nggak apa-apa," jawab Raka santai, ia merasa senang karena Aluna mencemaskannya.
Lantas, Aluna melihat ke arah si pengendara motor yang hampir menabraknya, ia marah dan menghampiri pengendara motor yang menghancurkan gerbang sekolah. Bersama dengan pak Udin dan Raka, Aluna menegur si pengendara motor yang memberhentikan motornya di lapangan secara sembarangan.
"Hey! Kamu kalau jalan lihat-lihat dong, aku sama kak Raka sampai ketabrak tau nggak?!" omel Aluna pada si pengendara motor itu.
"Lun, sabar Lun..." ucap Raka seraya menenangkan Aluna yang sedang emosi.
"Nggak bisa kak! Dia ini harus dikasih pelajaran." Sungut Aluna marah.
Pria itu membuka helmnya, terlihatlah wajah tampan dan tampak garang diluar. Setelah diperhatikan lebih dekat, celana bahkan baju nya sobek-sobek. Ia terlihat seperti preman, dengan bajunya yang dilipat ke atas.
"Woy, kalian berisik banget sih!" ujar pria itu sambil merapikan rambutnya, ia juga berkaca di spion motornya.
"Saka, Lo lagi?" tanya Raka sambil melihat pria itu dengan satu alis yang naik ke atas. Raka sepertinya mengenali pria ini.
"Ah, si wakil ketua OSIS rupanya!" sapanya pada Raka. "Dan si gadis nenek," sambung Saka sambil tersenyum, senyum yang sinis pada Aluna.
"A-Apa kamu bilang? A-ku si gadis nenek?" Sentak Aluna seakan tak tidak terima dengan panggilan Saka kepadanya. Gadis nenek? Apaan itu?
"Aduh...ternyata kamu lagi Saka!" ujar Pak Udin sambil menepuk jidatnya saat melihat wajah Saka.
"Hey, mang Udin. Apa kabar mang?" sapa Saka dengan santainya ia tersenyum seolah tak berbuat kesalahan apapun.
Pak Udin langsung mengomeli Saka yang sudah ngebut-ngebut dan menghancurkan gerbang sekolah. Penjaga sekolah itu juga akan melaporkan Saka kepada kepala sekolah, agar ia dihukum.
"Lihat! Gerbangnya sampai hancur tuh gara-gara kamu," gerutu pak Udin gemas dengan pria bernama Saka ini.
"Ya ampun pak, itu bukan salah saya. Gerbangnya aja kurang kuat, tapi nggak apa-apa pak. Bapak bisa ganti gerbangnya sama yang baru dan lebih kuat." Alibi Saka tidak tau malu, ia masih tersenyum santai. Dengan wajah tanpa dosa alias watados.
"Dasar cowok gak tau malu!" ketus Aluna sebal.
"Lo ngomong sama gue?" tanya Saka yang lalu turun dari motornya dan menatap Aluna dengan tajam.
"Kamu nanyakk kamu bertanya-tanya? Ya, emang sama siapa lagi? Kamu nggak tau malu, bukannya minta maaf sama pak Udin dan sama orang-orang yang hampir kamu celakai, kamu malah tersenyum kayak orang bodoh. Gak tau malu, ck." Aluna berdecak kesal.
"Hey! Siapa Lo? Beraninya lo ngatain gue nggak tau malu?" Saka menunjuk-nunjuk kening Aluna dengan satu jarinya. Dia mendorong kepala Aluna dengan satu jarinya, sikapnya sangat tidak sopan.
Aluna menepis jari Saka dengan kesal. "Selain nggak tau malu, kamu juga nggak sopan ya," gadis itu tersenyum tipis, ia seperti sedang mengambil ancang-ancang untuk melakukan sesuatu.
BRUGH!
Aluna menendang kaki Saka dengan kesal, tendangan yang cukup kuat hingga membuat Saka sampai kesakitan. Tenaga Aluna lumayan juga.
"Hey! Lo nyebelin ya! Dasar cewek gila!" Saka memegang kakinya yang baru saja ditendang oleh Aluna.
"Apa? Mau di tendang lagi? Bagian mana?" tantang gadis itu dengan nada mengancam dan juga sorot mata yang tajam.
"Lun udah, dan Lo Sak...minta maaf lo sama pak Udin dan temen gue," kata Raka tegas dan memperjelas.
"Kenapa gue harus minta maaf? Gue nggak salah," elaknya dengan dalih tidak bersalah. Aluna masih menatapnya tajam.
"Minta maaf nggak Lo!" ujar Raka dengan tegas dan tatapan yang penuh intimidasi kepada Saka.
"Cih!" Saka berdecih.
'Kenapa si Raka ngebelain nih cewek? Si Raka kan selalu dingin sama cewek, kenapa sama cewek ini beda? Apa jangan-jangan mereka pacaran?' batin Saka seraya melihat ke arah Raka dan Aluna, juga memperhatikan kedua orang itu.
'Hee...ternyata kak Raka akrab sama cowok nggak sopan ini. Kok bisa?' ucap Aluna dalam hati.
Keributan itu pun terhenti saat seorang guru datang dan membawa Saka ke kantor guru untuk diadili. Bahkan kupingnya sampai di jewer oleh guru perempuan yang wajahnya tampak galak itu. Lalu Aluna, gadis itu tersenyum mengejek Saka yang dibawa pergi oleh guru. Saka melirik Aluna dengan kesal. Gerak bibirnya mengancam gadis itu dan berkata," Awas lo cewek gila!"
"Apaan sih kamu, dasar cowok preman!"
Begitulah gerak bibir Aluna pada Saka, dia tersenyum puas melihat pria itu akan dihukum. Rasakan, biar tau rasa!
Setelah itu Raka mengantar Aluna ke lapangan untuk bergabung dengan calon murid baru lainnya. Di sana ada Rhea dan Tiara dua sahabat baiknya yang juga masuk ke sekolah yang sama dengannya. Rambut mereka juga diikat sama seperti Aluna, Rhea di kuncir 2, sedangkan Tiara di kuncir 5. Sesuai dengan bulan kelahiran mereka.
"Lun, dimana name tag kamu?" bisik Rhea pada Aluna, sahabatnya itu. Rhea menyadari bahwa bagian depan baju Aluna itu polos, tidak seperti yang lain.
"Celaka! Aku belum menemukannya, nametag ku hilang!"
Aluna kalang kabut, ia baru ingat kalau ia belum menemukan name tag nya. Perlahan rasa panik menyerang dirinya, ini hari pertamanya. Jangan sampai ada kekacauan gara-gara hal ini.
"Gimana dong? Kamu taruh dimana Lun, name tagnya?" tanya Tiara yang ikut ikutan panik melihat Aluna gelisah.
Seorang senior perempuan, anggota OSIS menghampiri Aluna yang berada di barisan paling belakang. Wajah Aluna langsung berubah menjadi pucat pasi, saat ditanyakan name tagnya. Belum lagi ia terlambat datang.
"Bagus banget ya, nggak tau malu! Udah datangnya telat, name tagnya juga nggak dipake. Kamu mau jadi apa di hari pertama kamu masuk sekolah ini?" tanya senior wanita itu dengan gayanya yang angkuh, juga kedua tangannya yang menyilang di dada. Matanya menajam menatap Aluna dengan sinis.
Apakah yang terjadi hari ini adalah sebuah firasat tidak baik? Ia bertemu dengan Saka yang menyebalkan, name tag hilang. Lalu apa lagi? Oh Tuhan, semoga bukan!
---****---
![](https://img.wattpad.com/cover/364944164-288-k729145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, My Brother and My Badboy [TERBIT]
Jugendliteratur"Gue mending pacaran sama zombie, daripada pacaran sama cewek gila itu!" Begitulah kata seorang pemuda bernama Arshaka Delano yang dijuluki sebagai si nol besar di sekolahnya yang juga ketua geng motor SRCS Phanter. Ketika dia bertemu dengan seorang...