Baik Aluna maupun Saka, keduanya terlihat tidak suka karena bertemu lagi diluar. Bagi Aluna, cukup sekali saja ia bertemu Saka, mengapa mereka harus bertemu lagi diluar?
"Dasar manusia shibal!" gerutu Aluna yang sekarang melihat Saka sedang berada di meja kasir dan mengambil pesanan kuenya. Sedangkan Aluna kembali fokus memilih cemilannya sendiri. Matanya berbinar begitu atensinya tertuju pada roti coklat lumer di rak atas dan berjejer disana.
"Coklat aja, keju aja, apel juga ada!" pekik Aluna yang begitu bahagia melihat makanan manis dengan rasa favoritnya di sana. Seolah makanan itu adalah surga dunia untuknya.
"Mana tinggal dikit lagi stoknya. Aku harus ambil semua.Nggak apa-apa deh kalau uang tabungan dari jajanku abis."
Kaki Aluna berjinjit, tangannya ke atas dan berusaha mengambil roti-roti yang akan ia borong semuanya itu. "Kok tinggi banget sih!" Aluna yang memiliki tubuh mungil dengan tinggi 155 cm itu, kesulitan meraih roti di rak yang tingginya sekitar 170 cm tersebut.
Sedetik kemudian, Aluna terkejut saat melihat ada tangan yang mengambil 3 roti itu dan menyimpannya ke atas wadah belanjaan Aluna.
"Makasih."
Kemudian gadis itu melihat ke arah orang yang barusan membantunya mengambilkan roti. Namun saat melihat wajahnya, Aluna jadi kesal.
"Kamu-" dengus Aluna.
"Minimal tinggi dulu kek sebelum songong. Dasar pendek!" Saka tersenyum tipis, kemudian lelaki itu pergi meninggalkan Aluna yang tampak kesal padanya.
"Ish! Cowok preman shibal!"
Gadis itu sudah selesai berbelanja, ia membayar semua belanjaannya dikasir. Semua uang sisa bekalnya seminggu, ia habiskan untuk membeli roti dan cemilan kesukaannya. Sebenarnya masih tersisa 30 ribu untuk ongkos pulang. Rencananya malam ini ia mau maraton nonton drakor dan ia berharap tidak kesiangan besok.
"Yee...ye...siap begadang nonton ayang Eun Woo. Hehe," gadis manis itu tersenyum polos, ia berjalan sambil menari-nari seperti anak kecil yang kesenangan dikasih permen. Tanpa Aluna sadari, Saka masih berada di sana dan melihat tingkah gadis itu. Tanpa sadar Saka tertawa, melihat Aluna seperti anak kecil.
Tiba-tiba saja Aluna berhenti berjalan, ketika ia melihat ada dua orang anak kecil berpakaian lusuh berada tak jauh didepan toko roti itu. Hatinya sedih melihat kakak adik itu yang terlihat kurus dan pucat.
"Kakak, adek lapar..."
"Sabar ya dek. Kakak belum dapat uang hari ini, belum ada yang beli kerupuknya," kata si anak perempuan itu pada adiknya.
Kakak adik itu membawa kerupuk untuk dijual. Namun belum ada yang membeli kerupuknya. Aluna terlihat sedih, ia mengambil uang di saku seragamnya, ia melihat ada 30 ribu di sana. Akhirnya gadis itu mendekati kedua anak penjual kerupuk itu. Pemandangan itu tak luput dari perhatian Saka, tadinya Saka ingin langsung pergi setelah mengambil kue pesanan ibunya. Tapi entah kenapa, ia penasaran pada Aluna.
"Adek..."
Dua anak perempuan itu menoleh ke arah Aluna yang tersenyum pada mereka. Aluna membungkukkan sedikit badannya. "Kalau kakak boleh tau, harga kerupuknya berapaan ya?" tanya Aluna ramah.
"Satunya 3 ribu kak! Kakak mau beli kerupuknya?" tanya si anak perempuan yang lebih dewasa dari adiknya. Matanya berbinar penuh harapan, bahkan dengan Aluna menanyakan kerupuknya saja.
"Iya kakak mau beli semua. Tapi kayaknya uang kakak nggak cukup buat beli semuanya." Aluna melihat ada sekitar 20 bungkus kerupuk dan artinya Aluna harus mempunyai uang 60 ribu untuk membeli semuanya. Sedangkan Aluna hanya punya uang 30 ribu.
"Kakak cuma punya 30 ribu, gimana kalau sisanya kakak bayar pake 3 roti punya kakak ini?" tawar Aluna sembari tersenyum dan menunjukkan 3 roti yang paling mahal ditangannya. Roti kesukaannya yang ukurannya besar-besar.
Adik dan kakak itu saling melihat satu sama lain, sampai pada akhirnya mereka menggangguk setuju. "Boleh kak. Sisanya sama roti nggak apa-apa." Kata si anak perempuan yang bertubuh tinggi sambil melihat roti yang ada ditangan Aluna dengan tatapan lapar. Aluna kasihan sekali melihatnya.
"Oke. Kakak beli semua ya!"
Kedua anak itu tersenyum lebar, seakan-akan mereka diberikan kehidupan baru oleh Aluna. Gadis cantik berhati baik itu memberikan roti favoritnya dan uang 30 ribu untuk ongkosnya, ia berikan pada kedua anak itu. Sementara Aluna mengambil kerupuk jengkolnya.
"Makasih kakak cantik. Kakak baik banget! Semoga Tuhan membalas kebaikan kakak." Kedua anak itu mencium tangan Aluna dengan perasaan bahagia, mereka beruntung bisa bertemu dengan Aluna yang baik hati. Aluna yang sudah seperti malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk mereka berdua.
"Iya sama-sama. Kalian jaga diri baik-baik ya, kakak pergi dulu." Aluna pun berpamitan pada kedua anak berpakaian lusuh itu.
Diam-diam Saka melihatnya dengan kagum, ternyata Aluna tidak semenyebalkan yang ia kira. Hati Aluna baik, walau gadis itu galak padanya.
"Baik juga dia."
Akhirnya Aluna terpaksa meminta jemput pada pak Iman, supirnya. Karena ia sudah kehabisan ongkos. Aluna juga harus merelakan roti incarannya, untuk dua anak perempuan itu. Tapi Aluna ikhlas memberikannya.
"Maaf ya ngerepotin pak Iman, hehe..." kata Aluna begitu ia masuk ke dalam mobil di kursi depan.
"Nggak apa-apa kok non. Lagian saya lagi free, nyonya juga lagi di kantor." Pak Iman merasa tidak keberatan menjemput Aluna.
"Ya udah ayo jalan pak! Kita pulang!" ajak Aluna sambil tersenyum.
Didalam perjalanan pulang, Pak Iman dan Aluna terganggu dengan beberapa pengendara motor yang memakai celana abu dan jaket merah menghalangi jalan.
"Aduh... anak-anak itu." Pak Iman menyalakan klakson agar mereka menyingkir. Tapi 4 orang pengendara motor itu malah semakin sengaja menghalangi jalan Pak Iman, motornya dipinggirkan ke kiri dan ke kanan.
Brum...
Brum...
"Astaghfirullahalazim." Pak Iman geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak-anak itu.
"Pak, pinggirin mobilnya! Cepet pak!" seru Aluna dengan wajah marah.
"Hah? Mau apa non?" tanya Pak Iman yang heran dengan permintaan Aluna.
"Berhenti aja pak!" perintah Aluna.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/364944164-288-k729145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, My Brother and My Badboy [TERBIT]
Novela Juvenil"Gue mending pacaran sama zombie, daripada pacaran sama cewek gila itu!" Begitulah kata seorang pemuda bernama Arshaka Delano yang dijuluki sebagai si nol besar di sekolahnya yang juga ketua geng motor SRCS Phanter. Ketika dia bertemu dengan seorang...