Dina dan kedua temannya tidak mempedulikan Aluna yang berteriak di dalam toilet dan meminta seseorang membukakan pintu untuknya. Dina malah mengisyaratkan kepada kedua temannya untuk pergi dari sana.
"Nah, ini buat sentuhan terakhir!" Dina menempelkan kertas dan peringatan didepan toilet wanita. Bahwa toilet wanita sedang rusak.
"Semoga udah ini dia kapok dan nggak deketin lain gebetan lo!" kekeh seorang teman Dina sambil tersenyum licik.
"Bener tuh," sahut gadis berambut pendek dengan gaya angkuhnya. Dia tidak menyukai Aluna yang dianggapnya tebar pesona di sekolah ini. Karena beberapa siswa kelas 12 dan 11,banyak yang membicarakan kalau Aluna akan menjadi primadona SMA Galaksi yang baru mengalahkan Dina cs.
"Cabut!" Dina berjalan lebih dulu dibandingkan kedua temannya itu. Dina berharap agar tidak ada yang menolong Aluna.
Sementara itu Aluna masih berteriak di dalam sana, sambil mencoba naik ke atas toilet duduk itu. Siapa tau dia bisa keluar dari sana> Tapi aneh, tidak ada satupun yang datang kesana.
"TOLONG! TOLONG! ADA ORANG DI KAMAR MANDI! TOLONG!"
"Gila sih, gara-gara penggemar psikopat kak Alex...aku jadi kena batunya kayak ini. Kira-kira siapa yang udah sejahat ini?" gumam Aluna sambil menahan dingin, basah dan kotor ditubuhnya. Gadis itu berharap agar ada seseorang mendengar suaranya dan menolongnya.
****
Ruang kepala sekolah SMA Galaksi.
Seorang pria berusia 37 tahunan sedang duduk di kursi kebesarannya. Kursi yang bertuliskan namanya, Yudha Anggara. Dia tidak seorang diri di ruangan itu, melainkan bersama dengan Saka, keponakannya.
Sudah hampir satu jam lamanya Yudha menahan Saka. Ada manfaatnya untuk Saka, karena dia tidak mengikuti satu pelajaran tapi kupingnya jadi panas gara-gara ceramah dari pamannya ini.
"Ingat ya Ka. Kamu harus bisa naik kelas, kalau kamu nggak naik kelas nanti mama kamu bisa ngomel lagi sama Om. Kamu anak satu-satunya Kak Jody dan kak Kania, kamu harapan mereka Saka. Jadi Om mohon ya, please belajar yang bener dan jangan banyak bolos sekolah kecuali kamu memang lagi sakit dan ada keperluan mendesak!"
"Iya-iya om, om Yudha udah ngomong ini sampe..." Saka menghitung jari-jarinya sendiri. Menghitung berapa kali Yudha mengulang-ulang ucapan yang sama.
"Om udah ngomong lebih dari 10 kali Om, apa mulut om nggak capek? Minimal haus kek? Tenggorokan Om pasti kering," ucap Saka yang membuat Yudha jengkel dan gemas.
"Saka, Om nggak lagi bercanda. Kamu harus dengerin Om dengan serius, please..."
Yudha mencoba sabar menghadapi keponakannya yang satu ini. Memang Saka terkenal sebagai anak yang badung, liar dengan alasan menikmati hidup. Yudha dan orangorang di sekitarnya, harus lebih sabar untuk menghadapi Saka.
"Iya-iya Om, aku dengar kok semua yang kamu bilang. Btw Om, ini udah lewat jam pulang sekolah. Om serius mau disini sampe sore?" kata Saka seraya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 2 siang.
"Astaghfirullah! Gara-gara kamu nih, Om sampai lupa waktu. Pasti Syla marah nih, Om telat jemput dia!" Yudha segera beranjak dari tempat duduknya, begitu pula dengan Saka.
"Kamu langsung pulang ya. Jangan main kemana-mana dulu!" peringat Yudha pada keponakannya.
"Nggak bisa janji, Om." Saka menjawab dengan santainya.
Yudha berdecak, "Dasar kamu ini."
Tapi Yudha berjalan lebih dulu, karena dia sangat terburu-buru untuk menjemput putrinya. Sedangkan Saka masih disana, dia melihat sekolah sudah sepi.
"Mangkal dulu ditempat biasa ah!" gumam Saka sambil tersenyum lebar. Kemudian pria itu berjalan melewati lorong-lorong kelas yang sepi sebelum dia keluar dari gedung sekolah. Ketika pria itu sedang berjalan, langkahnya terhenti saat telinganya mendengar suara seorang wanita. Tanpa sadar dia berhenti di depan toilet wanita.
"Tolong! Bukain! Bukain..."
Suara itu terdengar kecil, tapi masih terdengar oleh Saka. Dia merasa suara wanita itu tidak asing ditelinganya. "Apa gue salah denger ya? Itu kayak suara si tantrum?" tanya Saka, yakin tak yakin.
"Ah! Itu pasti perasaan gue doang. Dia kan udah balik paling awal dari tadi. Mana mungkin dia-"
"Tolong bukain...tolong..." suara itu kembali terdengar, serak dan lemah.
Saka pun mendekati toilet wanita, dia yakin suara Aluna berasal dari dalam sana. Tapi dia melihat ada tulisan toilet rusak dan benda kerucut yang menandakan tidak boleh ada yang masuk ke dalam sana.
"Woy! Ada orang didalem? Atau hantu?" tanya Saka dengan konyolnya, mengira mungkin sesuatu di toilet itu adalah hantu.
Aluna tersenyum lega mendengarnya, dia pun kembali bersuara untuk menandakan dia ada di sini. "Aku orang, bukan hantu! Tolong bukain pintunya!" teriak Aluna dengan tenaganya yang tersisa.
Saka pun menyingkirkan benda kerucut itu, kemudian masuk ke dalam toilet wanita yang seharusnya tidak dimasuki oleh laki-laki. Namun ini keadaan darurat.
"Siapapun yang buka pintu ini, bakal aku traktir bakso seminggu!" celetuk Aluna asal bicara.
Suara gedoran pintu itu terdengar kencang dan Saka langsung membuka kunci luar bilik toilet itu. Begitu pintunya terbuka Saka melihat Aluna di sana dalam keadaan acak-acakan, pakaian kotor, bau dan seragamnya menerawang karena basah.
"Lo? Ngapain lo ngadem disini hah?" canda Saka sambil tersenyum.
Plak!
Aluna langsung melayangkan pukulan pada lengan Saka, bisa-bisanya pria itu bercanda disaat seperti ini.
'Kenapa harus dia lagi sih yang nolongin aku? 3 kali dia nolongin aku. Mana aku harus traktir baso seminggu' maki Aluna dalam hatinya.
"Lo gitu ya sama gue. Gue udah nolongin lo, tapi tega bener lo mukul gue."
"Maaf. Habisnya aku aneh aja, kok kamu ada disini. Kamu masuk ke toilet wanita juga."
"Gue denger suara lo. Makanya gue kesini!" seru Saka. "Terus tulisan didepan tuh bilang kalau toiletnya rusak," sambung Saka seraya melihat ke arah tulisan toilet rusak.
Deg!
Aluna tercekat mendengar penjelasan Saka. Dia tidak kaget, karena memang semua ini disengaja oleh seseorang yang menyukai Alex. Disisi lain Saka menatap Aluna yang tampak gelisah.
'Apa ada yang bully dia ya? Tapi siapa?' tanyanya dalam hati.
"Makasih udah nolongin aku."
"Ck, makasih doang?" decak Saka tak terima.
"Aku traktir bakso seminggu, puas?" ucap Aluna penuh penekanan. Lantas gadis itu pun keluar dari toilet, Saka mengikutinya dari belakang. Tanpa sengaja dia melihat dalaman yang dipakai oleh Aluna yang menerawang dibalik seragam putihnya.
"Anjrit, warna pink!" gumam Saka sambil memalingkan wajahnya. Lelaki itu pun melepaskan jaket geng SRCS Black Phanter. Disana ada gambar harimau hitam sebagai lambang dari gengnya.
"Hey cewek gila, nih pake jaket gue!" Saka menyodorkan jaketnya pada Aluna.
"Nggak usah," ucap gadis itu menolak.
"Lo harus pake, cepetan. Atau lo bakal nyesel."
"Apaan sih maksa-maksa? Orang nggak mau juga." Aluna terheran-heran dengan Saka memaksanya memakai jaket miliknya.
"Lo harus pake!" Saka memaksanya agar memakai jaket itu, tapi Aluna tetap keras kepala menolaknya. Pria itu tak mau menjelaskannya, karena takut Aluna malu.
"Apaan sih? Yang jelas dong! Aku nggak mau pake!" seru Aluna sambil berjalan meninggalkan Saka disana. Saka menghadang jalannya.
"Daleman lo kelihatan, warna pink!"
Ucapan Saka, sontak saja membuat Aluna tercengang. Pipinya langsung berubah merah merona, meskipun hanya ada dia dan Saka disana. Tetap saja Aluna malu.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/364944164-288-k729145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, My Brother and My Badboy [TERBIT]
Teen Fiction"Gue mending pacaran sama zombie, daripada pacaran sama cewek gila itu!" Begitulah kata seorang pemuda bernama Arshaka Delano yang dijuluki sebagai si nol besar di sekolahnya yang juga ketua geng motor SRCS Phanter. Ketika dia bertemu dengan seorang...