Bab 1. Putih Biru Jadi Putih Abu

670 38 16
                                    

SMA Galaksi bisa dibilang adalah sekolah untuk anak-anak kalangan borjuis atau bisa disebut anak-anak orang kaya, jadi tidak sembarang orang bisa masuk kesana. Namun, sekarang di sekolah itu juga banyak anak-anak yang masuk lewat jalur beasiswa atau jalur prestasi.

Aluna Zevania, adalah salah satu anak baru yang akan sekolah di sana. Dia termasuk anak yang bisa dibilang dari kalangan menengah ke atas, namun dia tidak sombong dan tidak menonjolkan kekayaannya. Aluna sendiri adalah gadis yang sederhana dan tidak banyak neko-neko. Penampilan, gayanya, tidak menunjukkan dia adalah anak kaya yang suka pamer.

Hari ini adalah hari pertamanya ke sekolah, dia yang akanberganti dari seragam putih biru menjadi putih abu. Aluna tak sabar untuk segera menjadi siswa SMA, yang mana katanya di masa SMA itu adalah masa paling indah, dan memiliki kisah kasih disekolah, seperti judul lagu dari Chrisye.

Namun, Aluna memiliki satu kendala besar didalam hidupnya tentang kehidupan SMA-nya ini.

Ketika Aluna akan sampai ke area gedung sekolah yang mewah dan megah itu, Aluna meminta kepada sang supir untuk diberhentikan di jalan sebelum memasuki area sekolahnya.

"Loh kenapa non? Kan sekolahnya masih jauh?" tanya Pak Iman heran. Sebab, sang nona meminta berhenti di pinggir jalan secara tiba-tiba.

"Aku nggak mau barengan sama kakakku, udah pak turunin aja aku di dekat halte bus itu!" ujar Aluna seraya menunjuk ke arah halte bus yang tak jauh dari sekolahnya.

'Kenapa aku gak mau barengan dia? Kepopulerannya cukup menggangguku. aku tidak mau kejadian seperti waktu SD, dan waktu SMP terulang lagi. Huu..memikirkannya saja sangat menyeramkan. Aku ingin memiliki kehidupan sekolah yang damai' batin Aluna sambil melihat sinis ke arah seorang pria tampan berseragam putih abu yang duduk disampingnya.

"Udah, biar aku aja yang turun di halte. Kamu sama pak Iman aja," ucap pria itu yang wajahnya terlihat cool dan datar. Pria itu adalah kakak Aluna, namanya Alexander Fabian.

"Gak usah kak, mereka udah tau kalau kakak sering naik mobil ini…kalau mereka tau aku naik mobil ini sama pak Iman, mereka bakal curiga dong kalau aku itu adik kakak," jelas Aluna dengan mata yang selalu waspada saat didekat cowok ini. Dia benar-benar takut jika ada orang tau kalau Alexander adalah kakaknya.

"Apa kamu yakin mau menyembunyikan hubungan kita dari semua orang? Kamu pikir itu bisa?" tanya Alex tak yakin.

"Ya harus bisa dong, pokoknya aku mau kehidupan sekolah yang menyenangkan dan tenang. Jadi, kalau kakak melihatku di sekolah. Pura-pura tidak kenal saja ya." Aluna memperingati kakaknya dengan tegas, "Aku turun dulu kak!" seru Aluna seraya membuka pintu mobilnya lalu lari pergi begitu saja dari sana.

Alex hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum melihat adiknya berlari masuk ke dalam area sekolah. Alex bisa mengerti alasan adiknya tidak mau berjalan bersamanya, karena ia terlalu dikenali banyak orang dalam sekali lihat. Dari wajahnya, aura, dan semua orang tau siapa itu si genius Alexander Fabian Wiratama yang pernah memenangkan kejuaraan olimpiade matematika sedunia. Masalahnya Alex terlalu populer dan Aluna tak suka itu. 

Alex juga mendapatkan tawaran dari berbagai universitas ternama di Indonesia, bahkan universitas terbaik di negara asing, padahal ia belum lulus SMA. Di negara ini, terutama kota Jakarta, tidak ada yang tidak tau namanya. Dari wajahnya saja Alex sudah mencolok, elegan, tampan, semua wanita dari yang muda hingga tua mengidolakannya. Mungkin inilah sebabnya Alex sering disebut sebagai most wanted Mr. genius perfect man. Karena kepopuleran kakaknya itu, seringkali ia mendapatkan kesulitan dari para gadis yang mengejar-ngejar kakaknya. Dari mulai mengirimkan surat, hadiah-hadiah, bahkan banyak yang bertanya- tanya padanya tentang Alex. Aluna tidak mau hal yang sama terulang lagi, membayangkannya saja ia sudah takut. Akhirnya ia dan Alex sepakat untuk saling tidak mengenal satu sama lain saat berada di lingkungan sekolah. Bahkan tidak untuk berangkat dan pulang bersama ke rumah.

Gadis dengan rambut kuncir sembilan itu masuk ke dalam gerbang sekolah yang hampir ditutup oleh si penjaga sekolah berseragam satpam dengan kumis baplang di bawah hidungnya. Tubuhnya agak gemuk, tapi lumayan tinggi dan tegap.

"Ya ampun neng, untung neng nggak telat, bentar lagi mau ditutup!" seru pak satpam itu sambil mengelus dada lega, sebab melihat Aluna datang tepat waktu.

Gadis itu terengah-engah karena habis berlari tadi. "Makasih ya pak.. pak satpam..." Aluna tersenyum lalu melihat nametag yang ada di baju si pak satpam berkumis baplang itu. Tertera nama Udin di sana. "Pak Udin, mulai sekarang kita temenan ya. Makasih ya pak!" Aluna tersenyum lebar, lalu gadis itu berlari menuju ke lapangan sekolah. Tak lupa ia melambaikan tangannya pada pak Udin yang baru saja dikenalnya itu.

Pak satpam yang bernama Udin itu tersenyum melihat Aluna yang begitu energik dan ceria. Terlihat di lapangan sekolah banyak calon murid baru yang akan mengikuti MOS. Dengan ikatan rambut di kepala mereka untuk siswi, dan yang siswa memakai topi badut di kepala mereka.

"Everyone! Calon murid baru, yuk kumpul di lapangan!" teriak seorang siswi dengan menggunakan mikrofonnya, sehingga suaranya terdengar kencang sampai ke ujung lapangan.

Aluna benar-benar merasa lega karena ia tidak terlambat dan datang tepat waktu. Namun, terjadi masalah lain saat itu. Aluna tidak ingat dimana ia meletakan name tagnya, ia pun mencari cari name tagnya ke sepanjang jalan.

"Apa aku menjatuhkannya ya? Duh gimana ini! Aku bisa dihukum kakak senior, bukan hanya terlambat saja– tapi aku nggak pakai atribut MOS, gawat!" gumam Aluna kebingungan, sambil mencari-cari name tagnya di sekitar gerbang.

BRUM!

BRUM!

BRAK!

Gerbang sekolah langsung hancur,begitu dihantam seorang pria bermotor sport. Pak Udin melongo kaget melihatnya dan langsung mengejar si pengendara bermotor itu masuk ke dalam sekolah. Dia memakai seragam putih abu dan jaket kulit hitam dengan logo naga merah.

Saat sedang mencari name tagnya, tiba-tiba saja seorang pria mengendarai motor sport yang baru saja menghancurkan gerbang itu, melaju kencang ke arahnya.

"Woy! Awas, minggir! Cari mati ya lo!" teriak pria bermotor memakai helm hitam itu pada Aluna yang berdiri di tengah jalan.

"Lun, awas!"

Seorang pria bertubuh tinggi berkulit putih dan berkacamata menarik tubuh Aluna kepinggir agar tidak tertabrak motor. Untunglah pria itu cukup cepat dan sigap menangkap tubuh mungil gadis itu.

****

Me, My Brother and My Badboy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang