15/03/24-16/03/24
Ibu? Mendengar kata itu orang lain tentu senang. Tapi untukku kata Ibu itu sebuah harapan yang selalu kutunggu sampai detik ini. Sosok dan perannya Ibu aku sangat kubutuhkan, tapi selalu tidak kudapatkan. Ketika melihat orang lain yang dekat dengan Ibunya, ketika mendengar orang lain memanggil Ibunya, ketika orang lain mengungkapkan rasa cintanya kepada Ibunya tentu dilubuk hatiku sangat iri. Aku ingin merasakannya.
Tidak lain cita-citaku ingin merasakan hangatnya pelukan Mama. Aku tidak benci kepada Mama karena membiarkanku berjalan sendiri. Aku juga tidak benci kepada Papa yang hanya memberikanku sebuah hartanya saja, aku tidak benci. Yang kuinginkan itu sebetulnya mudah, tidak perlu dengan uang, tidak perlu dengan harta. Aku hanya ingin merasakan apa yang anak lain juga rasakan. Aku hanya ingin Mama, Papa ada di sisiku tidak masalah bagiku jika memang harus dengan waktu yang singkat. Jika aku diberi kesempatan saja oleh Tuhan untuk merasakan dekapan Mama dan Papa satu menit pun tidak masalah bagiku.
Kali ini, aku merasakan hangatnya seorang Ibu. Dekapannya menjalar ditubuhku seakan mengobati rasa sakit dihatiku. Ternyata pelukan seorang Ibu senyaman itu, dan hangatnya sampai ke batinku. Aku berhasil memanggil Mama kepada seorang Ibu. Saat memanggilnya batinku merasa terpanggil, hati yang sangat senang dihadapan seorang Ibu langsung aku memanggil Mama. Ini akan menjadi hal yang bahagia untukku
Memang mustahil aku memanggil Mama kepada Ibuku sendiri. Walaupun aku mendapatkan kasih sayang bukan dari Ibuku sendiri, setidaknya aku bisa merasakan hangatnya raga seorang ibu. Dan setidaknya aku bisa membahagiakan seorang Ibu dengan memberikan sebuah barang kecil.
Pada saat ulang tahun Mama Ocha, aku mendapatkan itu semua. Malam itu aku bisa mendapatkan kasih sayang seorang Ibu. Ternyata seorang Ibu sangatlah mulia, walaupun aku bukan anak yang dikandungnya tapi aku diperlakukan seperti anak semata wayangnya.
Ocha sangat beruntung sekali bisa bisa bersama Mama dan Papanya. Walaupun selama malam itu aku melihat candaan mereka yang membuatku iri tapi aku sangat bersyukur dan bahagia melihat sahabatku bahagia. Karena Ocha aku bisa mendapatkan dekapan hangat seorang Ibu.
Saat memberikan hadiah untuk Mama Ocha entah kenapa sangat bahagia sekali. Jantungku berdetak ketakutanku Mama Ocha tidak menyukainya. Tapi saat Mama Ocha menerimanya dengan bahagia aku pun ikut bahagia.
“Tante, aku ada hadiah kecil buat Tante, happy birthday.” Irene memberikan hadiahnya dengan senyuman yang manis.
“Wah.. terimakasih banyak Irene.” Mama Ocha menerima hadiahnya dengan riang dan gembira.
Mendengar dan melihat sikap Mama Ocha, aku bahagia sekali karena hadiahnya diterima dengan sangat baik.AUTHOR POV
Dipertengahan acara Irene pamit untuk pulang kepada Mama Ocha.“Tante, Irene pulang dulu ya. Oh iya Om sama Ocha dimana ya mau sekalian pamit.” Irene menghampiri Mama Ocha yang sedang mengobrol bersama teman-temannya.
“Irene, kamu jangan dulu pulang dong belum terlalu malam juga. Ocha bukannya sama kamu ya?” Mama Ocha menghampiri Irene dengan senyuman tipisnya.
“Irene barusan dari WC pas balik lagi Ocha udah gak ada.” Ucap Irene dengan tawa kecilnya.
“Kemana lagi tuh anak. Eh Irene panggilnya Mama aja jangan panggil Tante ya supaya lebih enak aja soalnya saya gak suka juga dipanggil tante hehehe.” Ucap Mama Ocha tawa kecilnya. Raut wajah Irene seketika berubah kebingungan. Batinnya berkata, ‘Apakah ini yang dimaksud dengan Ibu?’
Irene terdiam dan menatap wajah Mama Ocha dengan senyuman tipis dan manis. Setelah tidak lamanya terdiam Irene mulai berbicara kembali.
“Oh i-iya Ma, maaf Irene gak tahu kalo ma-Mama gak suka dipanggil Tante.” Ucap Irene dengan mengatakannya penuh kecanggungan dan gugup.
“Iya gakpapa Irene santai aja. Jangan dulu pulang ya bentar lagi juga beres acaranya kita makan dulu bareng-bareng.” Dengan tangannya yang meletakannya di bahu Irene. Dan dari belakang mereka Ocha datang menghampiri.
“Iya Ren, jangan dulu pulang dong..” Ucap Ocha yang sedang berjalan menghampiri mereka.
“Tapi....”
“Ayolahh pliss.” Ocha memotong pembicaraanya dengan wajah memelas kepada Irene.“Yaudah iyaa Cha...” Ucap Irene kepada Ocha dengan senyumannya.
“Nah gitu dong Ren...” Ucap Ocha sembari memeluk tubuh Irene. Mama Ocha tersenyum melihat anak dan sahabatnya bahagia dan saling merangkul.
Setelah selesai acara malam itu, Mama Ocha, Ocha, Papa Ocha dan Irene langsung ke meja makan untuk makan malam bersama. Irene yang duduk bersebelahan dengan Ocha dan Mama Ocha duduk bersebelahan dengan Papanya. Saat sedang makan, Irene merasakan kehangatan keluarga yang sesungguhnya. Dengan canda tawa dari keluarga Ocha membuat Irene bahagia dan selalu tertawa seakan-akan ia bagian dari keluarga itu.
Dan setelah selesai makan, Papa Ocha bertanya-tanya mengenai persahabatan mereka.
“Kalian berdua udah lama sepertinya sahabatan. Sampai sefrekuensi gini hahaha.” Ucap Papa Ocha dengan candaanya.
“Semenjak masuk SMA aja Om, Ocha ini teman Irene yang tau banget Irene.” Ucap Irene dengan badannya yang sedikit menyenggol badan Ocha.
“Eitttsssss panggil Papa aja.” Ucap Mama Ocha yang tiba-tiba memotong topik pembicaraan mereka. Irene yang terdiam dan tersenyum tipis. Dan Ocha yang langsung menatap Irene dengan senyuman.
Batin Irene yang berkata, ‘Apakah ini kebahagiaan yang datang?’
Irene langsung menatap Ocha kembali dengan mata yang bahagia dengan senyuman diantara mereka.
“Hahahaha iya panggil aja Papa.” Ucap Papa Ocha dengan ketulusan hatinya.
“Iya Pah.” Dengan tersipu malu Irene menjawab ucapan Papa Ocha.
Saat Irene melihat tangannya, sudah menunjukan pukul 10 malam. Dan Irene pun pamit untuk pulang.
“Cha gue balik dulu ya. Udah malem takut Nenek nyariin.” Ucap Irene kepada Ocha dengan bisikannya.
“Sekarang?” Tanya Ocha dengan sedikit bisikan.
“Iyalah Cha kapan lagi.” Ucap Irene.
“Papa, Mama Irene pulang dulu ya udah malem juga.” Irene yang beranjak dari kursi tempat duduknya dengan membawa tas yang dibawanya.
“Gak nginep aja disini?” Ucap Papa Ocha kepada Irene.
“Mungkin untuk nginep lain waktu Pah.” Ucap Irene. Tiba-tiba Mama Ocha menghampirinya.
“Makasih ya Irene udah dateng ke acara Mama.” Ucap Mama Ocha sembari memeluk tubuh Irene. Irene yang hanya terdiam dilubuk hatinya terasa sedih mengingatkannya kepada Ibnya yang ditunggu-tunggu.
Pada saat itulah Irene merasakan hangatnya raga seorang Ibu. Mata Irene yang mulai berkaca-kaca kebahagiaan dan jantungnya yang berdetak kencang. Tangan Irene mulai merangkul tubuh Mama Ocha perlahan. Irene yang tidak menyangka bisa memeluk seorang Ibu hebat walaupun itu bukan Ibunya yang sebenarnya. Tetapi, Irene merasakan hangatnya pelukan Ibu yang sebenarnya.
Batinnya berkata, ‘Inikah jawabannya? Inikah obatnya? Aku bisa merasakan dekapan seorang Ibu. Apakah aku juga akan merasakan hal yang sama ketika aku memeluk erat tubuh Mamaku? Ataukah akan lebih nyaman?’
“Sama-sama Ma. Happy birthday.” Dengan melepaskan pelukan diantara mereka, Irene seakan-akan merasakan kenyamanan yang lepas. Ocha yang ikut bahagia melihat sahabatnya yang diperlakukan baik oleh Mamanya.
“Bye semua.” Irene melambaikan tangannya sembari berjalan menuju pintu keluar.
“Hati-hati Ren!” Ucap Ocha dengan teriakan.
Pada malam itu, Irene sangat bahagia. Sepanjang jalan ia menyetir mobilnya senyum yang terus dikeluarkannya dan membayangkan apa yang sudah terjadi pada malam itu.
Batinnya berkata, ‘Kebahagiaan inilah yang kumaksud. Ternyata pelukan Ibu hangat banget, nyaman banget, beruntung sekali Ocha. Tapi aku bahagia malam ini karena aku menemukan kebahagiaanku walaupun tidak sepenuhnya. Malam ini aku bisa sebahagia ini apalagi kalo aku bertemu Mama sama Papaku.’
°•○●○•°
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA YANG TERBENAM
Teen Fictionmenjalani semuanya sendiri bukan berarti tak membutuhkan seseorang. ⚠️Plagiat dilarang mendekat