06/04/24-07/04/24
Aku menjauhi Dheva dengan sengaja. Semua itu demi Ocha, Ocha, dan Ocha. Dia sahabatku, mana mungkin aku mengkhianatinya. Memang sakit tapi tentu aku tahan. Dengan rasa sakit sudah biasa untukku, jadi menjadikan aku lebih kuat.
Aku yang harus menunjukan wajah ceriaku di hadapan mereka, memang sangat-sangat sakit. Seperti aku yang harus memaksa memakai topeng demi kebahagiaan Ocha. Aku tahu Dheva mencintaiku, tapi aku tidak bisa menerimanya di sisi lain ada orang yang selalu ada untukku, selalu membahagiakanku akan tersakiti dengan itu.
Ada apa dengan semesta ini? Lagi dan lagi. Waktu itu di rumah Nenekku ada acara keberhasilan perusahaan SAGARA yang dipimpin Kakekku. Keberhasilan itu tentu Kakek yang merayakannya, semua tamu-tamu besar hadir, beberapa pimpinan perusahaan hadir di sana. Tapi aku merasakan awal kebahagiaan di acara itu.
Aku melihat Papaku datang menghadiri acara itu. Semuanya serasa mimpi, apakah aku salah melihatnya? Apakah aku hanya berkhayal? Terus aku berfikir seperti itu. Tapi ini semua bukan khayalan, Papa ku benar-benar Papa datang.
Kebahagiaanku saat itu sangat besar. Selama bertahun-tahun aku tidak bertemu dengan Papa, aku tidak melihat wajah Papa, saat pertama kalinya melihat kembali serasa harapanku tuhan kabulkan. Aku berteriak memanggilnya, dan memeluknya.
“PAPAAAAAAA!!!!!” Aku berlari dari tangga dan menghampiri Papaku, aku memeluknya dengan erat.
Tangisan dan bahagiaku menyatu seluruhnya. Tapi aku salah, ternyata Papa tidak sebahagia itu bertemu denganku. Apakah Papa tidak menyadari anak perempuannya sudah mulai dewasa? Apakah Papa tidak menyadari anak perempuannya yang ia tinggalkan sejak kecil kini mulai dewasa. Aku tidak butuh uang darinya, aku tidak butuh barang mahal darinya, aku hanya butuh Papa kembali padaku.
“Hai Irene, how are you? Kok nangis sih kenapa kamu masih aja cengeng dari dulu? Kamu itu udah besar Ren! Harusnya kamu bisa berubah dong.” Ucap Papa dengan memelukku sekejap dan melepaskannya.
“Emang Irene salah ya Pah? Irene butuh kasih sayang Papa? Irene kangen sama Papa.”
“Kok kamu malah nyalahin Papa sih! Ayo ikut!” Ucap Papa Irene yang menarik Irene ke ruangan yang sepi.
“PAPA KURANG APA?! SEMUA KEBUTUHAN KAMU, SEMUA BARANG MAHAL PAPA KASIH! SEKARANG KAMU MAU APA? MAU MOBIL IMPIAN KAMU ITU? MAU UANG? SEMUA PAPA KASIH MASIH AJA KAMU BILANG PAPA KURANG KASIH SAYANG SAMA KAMU!!!!” Ucap Papa Irene dengan amarahnya.
AUTHOR POV
Mendengar ucapan dari mulut Papanya sendiri yang sangat menyakitkan, Irene hanya bisa terdiam, dengan air matanya yang terus mengalir, dengan hatinya yang tertusuk dengan ucapan Papanya.
Saat Irene mau berbicara tiba-tiba seorang rekan Papanya memanggilnya dan Papanya meninggalkan Irene.
Anak mana yang tidak sakit saat bertemu pertama kalinya lagi setelah beberapa tahun lamanya dengan Papanya, tiba-tiba respon dari Ayah kandungnya sendiri sangat menusuk hati. selamat bersenang-senang
Acara saatnya dimulai. Selama acara awalnya memang baik-baik saja. Irene berusaha melupakan semua yang sudah terjadi dengan Papanya. Irene berusaha happy di hadapan keluarga besarnya, dan di hadapan para tamu undangan.
Saat itu Neneknya memanggilnya dan memperkenalkan Irene cucunya kepada teman-teman dekatnya.
“Irene... sini Nak..”
“Iya Nek..” Ucap Irene menghampirinya.
“Nahh, ini anaknya Ganadra anak pertama saya, dan cucu pertama saya.” Nenek memperkenalkan Irene,
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA YANG TERBENAM
Teen Fictionmenjalani semuanya sendiri bukan berarti tak membutuhkan seseorang. ⚠️Plagiat dilarang mendekat