BAB 10:KEBAHAGIAAN YANG TAK SEMPURNA

9 3 5
                                    

Saat aku sedang tidur, terdengar suara handphoneku bergetar, aku bangun dan saat melihat siapa yang menelepon aku langsung terbangun dan mengangkatnya.

“Aduuhh masih pagi, siapa siihhh?” Ucapku terbangun dari tidurku.

“PAPAH?” Aku langsung tergesa-gesa bangun dan mengangkat teleponnya.

“Ha-halo Pah?”

“Irene?Apa kabar?”

“Baik Pah, emm apa kabar pah?”

“Baik-baik. Ren, Papa mau ketemu kamu bisa?”

“Ketemu aku Pah? Bisa-bisa! Kapan Pah?”

“Iyaa, ada yang mau Papah bicarakan. Besok kamu ke kantor Papah.”

“Iya Pah, besok Irene ke kantor. Ada apa Pah?”

“Besok saja. Kalo di telepon kurang baik.”

“Yaudahh iya Pah.”

“Sampai ketemu besok Ren.” Telepon terputus.

Sangat-sangat tidak menyangka Papa meneleponku duluan setelah bertahun-tahun. Anak mana yang tidak bahagia? Melihat nama dan mendengar Papa menanyakan kabarku saja aku sudah sangat bahagia. Rasanya seperti mimpi, yang akhirnya aku bisa dapatkan.

Untukku, kembalinya Papa adalah sebuah privilege dihidupku. Kenapa? Karena selama bertahun-tahun lamanya aku menunggu panggilan Papa yang ingin bertemu anaknya. Untuk anak-anak lain bertemu dengan orang tuanya itu mudah dan bahkan ada yang bosan bertemu dengan orang tuanya, tapi untukku bertemu dengan mereka itu sangat butuh proses dan terkadang semua itu mustahil terjadi.

Tentu aku exited sekali mendengar Papa yang ingin bertemu denganku. Walaupun aku tidak tahu apa yang ingin dibicarakannya, aku tidak tahu apakah pembicaraannya akan melukai hatiku, apakah semuanya akan baik-baik saja aku tidak tahu. Aku hanya memikirkan aku tidak boleh melewatkan kesempatan itu.

Sebelum aku pergi ke kantor Papah, aku pergi dulu ke mall membeli sesuatu untuk Papa. Setidaknya aku tidak membawa tangan yang kosong saja. Aku teringat Papa suka koleksi jam tangan, dan memang jam tangan yang Papa koleksi bukan jam tangan biasa. Aku membeli sebuah jam tangan untuk Papa walaupun aku harus mengeluarkan uang yang besar tapi itu tidak masalah bagiku, yang terpenting aku bisa memberi barang kesukaannya Papa karena dari dulu salah satu harapanku aku ingin memberi hadiah untuk orang tuaku. Dan aku berharap Papa suka dengan hadiahnya.

AUTHOR POV

Setelah Irene sampai di kantor Papah nya, tentu disambut dengan sangat baik. Dan pegawai laki-laki yang di kantor itu pun tentu terpikat dengan kecantikannya Irene. Dan semua pegawai heboh dengan kedatangan Irene.

“Siang Pak..” Ucap Irene kepada satpam dengan mobilnya yang memasuki gerbang kantor.

“Siang Non Irene.. silahkan-silahkan.” Ucap satpam dengan lembut dan hormat.

Saat Irene keluar dari mobil nya, semua orang mulai heboh dengan kedatangannya.

“Ada pewaris Sagara dong.” Ucap salah satu pegawai wanita.

“Itu anaknya Pak Ganadra yaa? Cantik banget..” Ucap salah satu pegawai laki-laki dengan matanya yang memandang tajam.

“Guyss guyss ada Non Irene anaknya Pak Gana guysss. Ayo dongg sambut jarang-jarang loh dia kesini.” Ucap salah satu pegawai. Semua pegawai langsung sigap akan menyambut Irene.

“Waaahh cantiknyaa.. udah kaya bidadari yang diciptakan buat gue..” Ucap salah satu pegawai laki-laki.

“Issshh apaan sih lo! Kegeeran banget jadi orang, jangan ngekhayal lo eeeuhhh!” Jawab teman wanita disebelahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENJA YANG TERBENAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang