BAB 3:SAKIT UNTUK TETAP BERTAHAN

22 7 0
                                    

17/03/24


Aku kembali ke rumah Nenekku setelah menghadiri acara ulang tahun Mama Ocha pada malam itu. Malam itu pun aku kembali dengan hati yang bahagia, dan itu tidak seperti biasanya. Sekitar pukul 22.45  aku sampai rumah. Ku memasukan mobilku ke garasi dan saat aku masih di garasi aku melihat handphone ku banyak notifikasi panggilan telepon yang tak terjawab dari Nenekku. Kepanikanku takut akan Nenekku khawatir aku langsung bergegas memasuki rumah.

Saat aku membukakan pintu masuk, Kakekku sudah ada di depan pintu dengan wajahnya yang sangat tajam menatapku. Aku tahu Kakek memang tidak menyukaiku. Tapi mengapa? Aku belum mengetahuinya. Setiap kali aku bertanya kepada Nenekku, Nenek selalu tidak ingin menjawabnya.

“Kau tahu?! Nenekmu gelisah menunggumu! Menyusahkan saja!!” Ucap Kakek dengan amarahnya. Mendengar ucapannya memang aku menyadari aku telah membuat Nenek gelisah. Tanpa mengucapkan apapun aku pergi ke kamar Nenek.

Aku melihat Nenek yang sudah tertidur lelah dengan handphone yang ada di genggaman tangannya menunggu jawaban panggilan dariku. Aku tidak berani membangunkannya, aku hanya menatap wajahnya yang terlihat lelah. Rasanya aku ingin menceritakan semua cerita yang malam itu terjadi. Tapi sepertinya Nenekku malah akan menyuruh melupakan harapan kepada Mama Papaku.

Aku kembali ke kamarku. Saat itu aku merasa sakit kepala, tapi aku menganggapnya mungkin memang hari ini aku kecapean. Setelah bersih-bersih aku pun langsung tidur.

Keesokan harinya aku pergi ke sekolah. Entah kenapa saat bangun tidur kepalaku masih sakit. Aku meminum obat sebelum ku berangkat ke sekolah, lalu datang Nenekku menghampiri ke kamarku dengan membawa sepotong roti dan segelas susu.

“Nak, sarapan dulu ya ini Nenek bawakan ke sini karena kamu suka buru buru.” Ucap Nenek sembari menyimpan makanannya.

“Iya Nek simpan saja di meja nanti aku makan.” Dengan menghadap cermin besar dan merapikan baju seragamnya.

AUTHOR POV

Irene yang sedang merapikan bajunya itu, Neneknya merasakan ada yang aneh di wajah Irene. Wajah Irene yang terlihat pucat membuat Neneknya khawatir.

“Nak, kok kamu pucat banget sakit ya?” Ucap Nenek memandang wajah Irene dari cermin.

“Kecapean doang kali Nek, aku udah minum obat kok.” Ucap Irene yang masih merapikan bajunya.

“Yasudah nanti langsung pulang jangan kemana-mana dulu. Semalem saja Nenek khawatir nungguin kamu.” Ucap Nenek dengan wajah yang lesu.

“Hehehe iya Nek.” Irene yang berbalik menghadap Neneknya dengan senyuman tipis.

“Yasudah dimakan sarapannya. Nenek mau ke rumah Bu Arni. Hati-hati bawa mobil jangan sembarangan.” Ucap Nenek dengan senyuman hangatnya.

“Iya Nek, Dahh!” Melambaikan tangannya kepada Nenek yang berjalan menuju pintu kamar.

Irene memarkirkan mobilnya, tiba-tiba Irene merasa sakit di bagian kepalanya kembali. Sakit saat ini memang beda, rasanya lebih sakit dari sebelumnya. Irene masih berfikir positif dan merasa masih kuat untuk mengikuti pembelajarannya.

Irene langsung memasuki kelasnya. Ocha yang menyambut paginya dengan ceria, tapi Ocha merasakan ada yang aneh di wajahnya Irene.

“Haiiiii Irene good morning girls!!” Sambut Ocha dengan keceriaannya itu.

“Hai Cha morning.” Ucap Irene yang duduk disampingnya. Ocha seketika menatap wajah Irene dengan penuh kebingungan dan heran.

“Lo kenapa Cha? Kok liat gue segitunya. Ada yang salah di muka gue?!” Ucap Irene dengan nada bicaranya yang tinggi karena aneh melihat perlakuan sahabatnya itu.

SENJA YANG TERBENAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang