Kukira semuanya sudah selesai. Kukira waktunya aku mendapatkan kebahagiaan itu, rasa sayang itu, rasa cinta itu sebelum hidupku berakhir. Karena aku tidak tahu kapan terakhir aku bisa membuka mataku, kapan terakhir aku bisa merasakan hangatnya alam, kapan terakhir aku berinteraksi, kapan terakhir aku bahagia lagi seperti itu aku tidak tahu.
Dheva menjadi teman bahagiaku dan menjadi obat sedihku. Aku tidak tahu bagaimana aku harus berterimakasih padanya. Sudah banyak jasa yang diberikannya. Tapi saat aku bahagia pasti ada kerusakan didalamnya, seperti saat kita bahagia membeli barang yang diinginkan karena terlihat bagus diluarnya namun ada kerusakan didalamnya yang membuat kita kecewa, sedih, bahkan marah.
Hidupku seperti itu. Alam ini dan semesta ini seperti tidak mengizinkanku untuk bahagia sepenuhnya. Terkadang aku selalu bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, aku tahu semua ini kau takdirkan karena kau ingin aku kuat. Tapi kenapa aku merasa semua ini berlebihan, aku tidak sekuat itu. Aku ingin bahagia tanpa ada yang merusaknya. Tuhan, semua ini apa? Apa yang akan kau berikan untukku jika aku bisa melewati semua ini?”
Kesalah pahaman terjadi. Aku yang takut Dheva pergi, semua itu memang benar terjadi. Aku tidak tahu harus menyalahkan siapa, tapi semua ini berawal dari Aginanta. Siapa lagi kalau bukan Vincent Andrew Aginanta. Laki-laki yang menyukaiku dari dulu, dia mulai kembali beraksi.
Saat aku sedang bahagia dengan Dheva, mungkin Vincent tidak menerima aku dengan Dheva. Vincent dari dulu sudah mengejarku, tapi dia mulai berhenti karena aku yang menyuruhnya dan aku yang kenakan syarat untuknya. Vincent mulai tidak menggangguku dan mengejarku karena dia tahu aku tidak punya pacar siapapun. Tapi kalau Vincent melihat ada laki-laki yang mendekatiku dia tidak terima itu semua.
Aku sangat bahagia dengan Dheva. Lama-lama Vincent mulai tidak menerima aku dengan Dheva. Aku tahu semua itu karena aku tahu Vincent. Setiap di sekolah Vincent melihat kita, dia selalu penuh dengan amarah terlihat dari matanya. Bahkan terkadang Vincent selalu mengancam Dheva, tapi itu tidak berpengaruh kepada Dheva. Aku juga tidak mempedulikan Vincent, karena aku tahu Vincent memang seperti itu.
“HEH LO DHEVA! DARI DULU IRENE MILIK GUE! KALO LU GAK JAUHIN IRENE LO BAKALAN TAHU NANTI AKIBATNYA !!!” Ucap Vincent menggebrakan meja Dheva dengan penuh amarah. Dheva hanya tersenyum sinis.
“Hufth...Vincent Andrew Aginanta. Lo tahu apa dari Irene? Lo lupa kalo gue dari dulu udah sama Irene. Lo kira gue takut sama ancaman lo? Hahahaha PASTI NGGAK LAH! Mending lo benerin hidup lo dulu.” Ucap Dheva seketika berdiri, dan setelah bicara Dheva menepuk pundak Vincent dengan senyumannya dan pergi keluar kelas.
“AARRHHHHHHHHHH!!!!! AWAS AJA LO DHEVA!” Teriak Vincent yang menggebrakan meja dengan penuh amarah.
AUTHOR POV
Semakin lama Vincent melihat kebersamaan Dheva dan Irene, semakin kesal dan semakin tidak menerima Dheva bersatu dengan Irene. Vincent melakukan pengeroyokan kepada Dheva tetapi sudah beberapa kali ia lakukan semua itu tidak berhasil. Dheva melawan semua geng motor Vincent.
Vincent anak pertama dari dua bersaudara. Dan Vincent seorang pewaris keluarga Aginanta karena ia cucu pertama Aginanta dari Ayahnya Geno Abraham Aginanta dan Dinanda Putri Absarsa.
Dirumahnya Vincent memang anak yang bandel, Ayah dan Ibuya sudah jengkel dengan semua perlakuan Vincent. Setiap hari Vincent selalu dibanding-bandingkan dengan adiknya Marvelio Aigis Aginanta yang sering disebut Marvel. Vincent dengan adiknya tidak jauh berbeda umurnya, mereka hanya selisih 3 tahun.
Adiknya memang berbeda dengan Vincent. Marvel selalu mendapat rangking dikelasnya, dan ia anak yang rajin yang suka belajar. Marvel juga anak yang penurut, dan penyayang. Marvel sangat sayang keluarga, termasuk kepada Vincent kakaknya. Tapi Vincent membenci adiknya itu, karena Vincent tidak suka selalu dibanding-bandingkan dengan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA YANG TERBENAM
Teen Fictionmenjalani semuanya sendiri bukan berarti tak membutuhkan seseorang. ⚠️Plagiat dilarang mendekat