06/04/24
Harapan hidupku sedikit. Aku hanya bisa menghabiskan waktu hidupku dengan obat. Aku tidak tahu harus apa, dan akan bagaimana. Aku selalu berfikir, apakah besok pagi aku masih bangun? Apakah besok aku masih ada di dunia? Apakah besok aku masih bertemu dengan orang-orang? Aku pun tidak tahu.
Aku masih menyembunyikan sakitku dari Nenek. Nenek mulai curiga, karena aku yang tidak makan yang lainnya kecuali buah apel. Tapi aku selalu meyakinkan Nenek bahwa aku baik-baik saja. Nenek juga mulai curiga, aku yang batuk-batuk terus hampir sudah berbulan-bulan lamanya. Tapi aku terus meyakinkannya, walaupun itu sakit. Nenek hanya tahu aku sakit batuk berat.
Sudah lama aku tidak mendengar kabar Dheva dan Ocha. Mungkin mereka sekarang sudah bahagia. Sudah beberapa bulan aku tidak masuk sekolah, karena Nenek melarangku. Semenjak aku blokir whatsapp Dheva, sama sekali dia tidak ada kabar. Sekali pun Ocha, juga tidak ada kabar.
Setelah beberapa bulan itu, aku memutuskan untuk masuk sekolah lagi. Memang Nenek masih melarangku, karena mungkin melihat kondisiku yang semakin hari batuknya semakin parah. Tapi aku bersih keras membujuk Nenek supaya mengijinkanku.
“Nek, aku mau sekolah besok ya?”
“Irene... kalo bisa jangan dulu ya, Nenek khawatir sama kamu. Di suruh periksa gak mau, istirahat aja dulu. Nenek lihat batuk kamu belum membaik, masih kadang keluar darahnya bahkan.”
“Tapi kan Nek.. Sekarang udah jarang banget batuk darahnya. Irene bukan gak mau diperiksa, kan udah dikasih obat sama Dr. Lee. Boleh yaa Nek? Pleasesss” Aku terus memohon.
“Hufth... Yaudah boleh. Tapi ingat jangan terlalu cape, pulang tepat waktu.”
“Yess!!! Oke siap Nenek tenang ajaa.” Aku sangat sangat bahagia.
AUTHOR POV
Keesokan harinya, Irene mulai masuk sekolah lagi. Saat ia memasuki gerbang banyak sekali yang menyambutnya.
“Hallo Irene, apa kabar..?” Ucap salah satu siswi menyapanya.
“Haiii, I’m fine.” Ucap Irene membalasnya dengan senyuman manisnya.
“Pagi Irene...”
“Irene kemana ajaa?”
“Adaa heheh.” Ucap Irene membalasnya sembari terus berjalan memasuki kelasnya.
Saat memasuki kelasnya, Irene langsung menghampiri Ocha. Tidak seperti biasanya Ocha diam, dan tidak seceria yang dikenalnya.
“Haaaiiii Chaa. I’m come back.” Ucap Irene yang menghampirinya.
“Haii, apa kabar Ren.” Ucap Ocha dengan senyuman tipis.
“Baik, lo kenapa? Ada masalah?”
“Ng-nggak.”
Irene merasa ada yang aneh dengan Ocha. Tidak seperti Ocha yang dikenalnya selalu ceria, lucu, dan selalu tersenyum lebar.
Irene pun duduk ke bangkunya. Selama pembelajaran berlangsung pun Ocha sama sekali mencuekkan Irene. Ocha sendiri terus dan Irene juga heran kenapa Ocha tidak menemui Dheva waktu istirahat.
Saat waktu pulang tiba, Ocha tiba-tiba memanggilnya. Ocha mengajak Irene untuk ngobrol karena ada hal yang harus dibicarakannya.
“Ren. Gue mau ngomong bentar sama lo.”
“Boleh, di mobil gue aja. Gue tunggu di parkiran.” Irene pun menuju parkiran dan memasuki mobilnya. Tidak lama Ocha datang dan memasuki mobil Irene.
“Gue mau ngomong soal Dheva sama lo.” Irene seketika diam.
“Sebelum itu gue mau minta maaf sama lo Ren, gue udah jahat banget sama lo.” Ucap Ocha dengan penyesalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA YANG TERBENAM
Teen Fictionmenjalani semuanya sendiri bukan berarti tak membutuhkan seseorang. ⚠️Plagiat dilarang mendekat