22/03/24
Irene pov
Aku yang semakin lama ditemani Dheva, semakin nyaman aku bersamanya. Memang dia sahabatku dari kecil tapi entah kenapa hatiku memnangkap perasaan yang berbeda.
Semenjak Dheva hadir, dia mengobati lukaku. Dheva dengan keceriaannya, hiburannya, perhatiannya, mengambil hatiku. Aku berusaha menahan rasa itu untuk tidak muncul, tetapi hati kecilku yang terus mendorongku.
Aku berusaha untuk tidak terbawa perasaan, tapi bagaimana bisa Dheva telah membuatku jatuh hati dengan kehadirannya yang menjadi obat untukku. Aku sadar dia hanya sahabat kecilku dan memang sahabat terbaikku jadi pantas dan wajar saja dia melakukan apapun untuk sahabatnya.
Berusaha ku mencintainya dengan diam, dengan berusaha ku tutup perasaan itu tapi mengapa tidak bisa. sangat sulit sekali. Apa aku salah mencintai seorang lelaki? Dan mengapa harus dia yang aku cintai?! Tidak ada kah lelaki lain saja yang bisa kucintai?
Mencintai dalam diam tidak semudah itu. Aku harus rela melihat dia dengan orang lain, seperti halnya aku harus rela melihat kehangatan keluarga baru mereka,Mama Papaku. Sekian lamanya aku tidak mendapatkan cinta, Dheva memberiku cinta. Tapi salahku yang terlalu dalam menerima cinta itu.
Saat 5 bulan telah berlalu, waktunya sekolah offline kembali dibuka. Aku dan Dheva ke sekolah bersama, pada hari senin itu adalah hari pertama Dheva memasuki sekolah.
Saat keluar dari mobil saja semua murid sudah terpana dengan Dheva. Kita memasuki gerbang sekolah seperti biasa banyak murid yang menyapaku, tapi untuk pagi itu sedikit berbeda. Mereka menyapaku tapi mereka itu sedikit menggoda Dheva. Memang konyol.
“Itu.. wah ganteng banget.”Ucap seorang siswi menatap Dheva
“Hallo Irene.. Hallo ganteng..” Ucap seorang siswi dengan mata yang terpana dan senyuman manisnya.
AUTHOR POV
Setelah memarkirkan mobilnya, Irene dan Dheva berjalan menuju gerbang masuk sekolah. Dengan sambutan hangat dari murid-murid yang menyapanya.
“Hallo pagii..” Ucap Irene memasuki gerbang bersama Dheva
“Waahh pasti itu murid baru, ganteng nyaa.” Ucap salah satu siswi.
“Pagii Irene..” Ucap salah satu siswi. Irene membalasnya dengan senyuman manisnya.
“Morning Irene..” Ucap salah satu siswa.
“Morning..” balas Irene dengan senyuman.
Semua siswi heboh melihat ketampanan Dheva. Dheva yang berjalan dengan Irene tentu lebih heboh, karena Irene orang yang cukup banyak yang mengenalnya.
“Kayaknya Lo di sini terkenal juga ya.” Ucap Dheva dengan senyuman cerianya.
“Gak juga tapi orang-orang cukup mengenal gue. Tuhh liat banyak cewek-cewek yang liatin lo.” Ucap Irene dengan tawa kecilnya.
“Mereka menyambut gue?” Ucap Dheva yang sedang berjalan.
“Iyalah, lebih tepatnya sii ngegoda kayanya haha.” Ucap Irene dengan tawanya.
“Apaan sii Lu. Ehh kelas gue dimana ya?” Ucap Dheva yang seketika berhenti dari langkahnya.
“Eh iya Lo kelas apa?” Ucap Irene.
“Gue kelas sebelas... B.” Ucap Dheva.
“Oh itu pinggir kelas gue, gue kelas sebelas A. Yuk gue anterin.” Ucap Irene yang berjalan mendahuluinya, dan Dheva mengikutinya.
“Ini kelas Lo, dan itu kelas gue.” Ucap Irene yang menunjuk kelasnya.
“Oke-oke.” Ucap Dheva yang melihat sekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA YANG TERBENAM
Novela Juvenilmenjalani semuanya sendiri bukan berarti tak membutuhkan seseorang. ⚠️Plagiat dilarang mendekat