BAB 6:PIHAK YANG MENGALAH

13 4 0
                                    

22/03/24

Aku tahu Dheva menganggapku hanya sebagai sahabat. Saat bersamanya, aku bisa melupakan harapanku. Aku menganggapnya memang sebagai sahabat terbaikku, tapi hati kecilku selalu berkata jujur bahwa aku mencintainya.

Saat aku tahu bahwa  dua sahabatku menjalin hubungan, rasanya sangat sakit untuk diriku. Hatiku merasa dikhianati. Mana bisa aku melihat mereka yang tidak terlalu dekat dalam keseharian, mereka malah diam-diam saling mencintai.

Setelah mengetahui itu semua, tentu aku sangat kecewa. Tapi ternyata itu semua hanya pura-pura. Dheva yang menyusul ke rumahku untuk menjelaskan semuanya. Dheva berkata itu hanya prank saja.

“Gwen, sebenarnya gue sama Ocha Cuma pura-pura. Tadi gue.. mau... prank. Yaa prank lo.” Ucap Dheva dengan kegugupannya.

Mendengar ucapannya itu aku jadi heran mengapa harus prank itu? Apakah Dheva juga suka sama aku? Tapi gak bisa aku berharap lagi dan lagi. Aku berusaha jangan berfikir kalo Dheva juga suka. Itu gak akan mungkin.

“Hahahaha buat apa sih lo Dhev pake prank-prank gue segala, emangnya berhasil pranknya? Nggak kan?” Aku menjawabnya dengan keceriaanku.

Aku memang percaya kalo Ocha gak akan pernah khianatin aku. Mendengar itu semua rasa kecewaku hilang seketika. Aku menjalani hari-hariku seperti biasa dengan Dheva, dan Ocha. Tapi saat di sekolah semua ada yang mengganjal.

Aku melihat sikap Dheva dan Ocha saling diam. Mereka tidak saling berbicara sepatah kata pun. Awalnya aku pikir mereka memang baru kenal beberapa saat. Tapi aku juga tidak melihat keceriaan Ocha yang sebenarnya. Tentu aku akan bertanya padanya.

“Cha, lo kenapa akhir-akhir ini? Kok kayak ada masalah gitu?” Ucap Irene.

“Nggak kok emang gue kenapa?” Ucap Ocha dengan tawa kecilnya.

AUTHOR POV

Irene terus meyakinkan bahwa Ocha baik-baik saja.

“Beneran Cha? Kalo lo ada masalah kan bisa cerita sama gue.” Ucap Irene dengan lembutnya.

“Beneran lo bakalan dengerin gue?” Ucap Ocha dengan suara lesu. Sebenarnya Ocha memakai kesempatannya untuk mendapatkan bantuan Irene dan menjauhkan Irene dengan Dheva.

“Benerlah Chaa kan gue sahabat lo.” Ucap Irene.

Batin Ocha berkata, ‘ Ini kesempatan gue buat dapetin Dheva. Gue tahu apa kelemahan lo Ren.’ Dengan hatinya yang penuh dendam Ocha yang memakai kesempatan dalam kesempitan.

“Bener banget ya Ren.. kenapa gue gak cerita sama lo dari awal, kan jadinya sakit banget hati gue.” Ucap Ocha dengan mencari simpati Irene, seketika Ocha menangis memeluk Irene.

“Chaa lo kenapa? Cerita sama gue yah.” Ucap Irene memeluk tubuh Ocha.

“Jadi, Ren sebenernya gue suka sama Dheva. Gue udah ngungkapin perasaan gue sama dia tapi dia malah nolak gitu aja gak baik-baik.” Ucap Ocha dengan suara tangisannya. Irene seketika terdiam.

Tentu Irene mendengar itu semua terasa sangat menyakitkan ternyata memang Ocha menyukai Dheva. Perasaan Irene antara kecewa dan kasihan melihat sahabatnya mendapatkan feedback yang buruk dari Dheva.

‘ Bagaimana pun Ocha sahabat aku. Aku gak bisa bikin dia kecewa, dia orang yang baik apalagi keluarganya yang udah baik banget sama aku.’batin irene

“Hufth.. gue bantuin lo. Gue yang ngomong sama Dheva nanti.” Ucap Irene menghela nafas.

“Lo emang terbaik Ren.. makasih Ren..” Peluk Ocha kepada Irene. Di belakang itu semua hati Ocha busuk, ia gak rela Dheva bersatu sama Irene. Sementara Irene tidak tega melihat sahabatnya tersakiti.

SENJA YANG TERBENAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang