73. Meyakinkan

1.9K 377 42
                                    

"Kamu memanggilku, Kelith Archer ~?"

Pixy bertanya dengan nada riang seperti biasanya. Angin puyuh mini miliknya berputar di udara, membuat semilir angin sejuk memainkan rambut kami.

"Kelith, dia ...."

Saat melihat Pixy, kedua mata Alois membulat, seolah terkejut. Aku tidak heran jika dia kaget, sebab roh angin di dunia ini dikatakan sebagai makhluk agung yang hanya diketahui dalam legenda. Tidak hanya itu, roh adalah makhluk yang langka, makanya seseorang tidak bisa menemui roh dengan mudah.

"Pixy, aku ingin meminta tolong padamu. Tolong temukan di mana lokasi Viscount Vernon sekarang. Apa kamu bisa melakukannya?"

Pixy memutari tubuhku dengan riang. "Itu hal yang mudah! Aku akan segera mencari Viscount Vernon sekarang juga~!"

"Ian, ikut bersama Pixy. Harus ada seseorang yang cukup kuat untuk menangkap Viscount, bukan?"

Dillian mengerti, dia mengangguk sambil memasang wajah serius. "Aku akan menangkap Viscount. Aku tidak akan mengecewakanmu, Ayah."

Kemudian, Dillian dan Pixy segera keluar dari kediaman Vernon dan mencari si pemilik kediaman.

Saat ini, hanya tersisa aku, Alois, dan Sora saja yang masih berdiri di lorong kediaman Viscount.

"Kelith, sepertinya kita harus bicara."

Aku menatap Alois. Lalu, tersenyum.

"Yah, kukira kita harus."

Saat ini, kami berada di ruang tamu kediaman Viscount. Suasananya tegang. Aku tahu alasannya. Pertama, itu pasti karena kami menerima kenyataan bahwa pemilik kediaman adalah seseorang yang tak punya nurani, lalu orang itu lari saat sifat busuknya mulai terkuak. Kedua, mungkin karena tiba-tiba saja aku mengenal sosok roh angin, dan bertemu dengan roh angin yang agung. Sebenarnya, membuat orang lain tahu bahwa aku dekat dengan roh angin itu ... agak merepotkan. Akan banyak orang yang menginginkan roh angin jatuh ke tangan mereka atau sekadar menyalahgunakan kekuatan roh angin yang kuat untuk hal-hal buruk.

"Jadi, bisakah kamu menjelaskan semuanya sekarang?" Nada suara Alois kaku, tapi tegas.

Suasana seperti ini pun tidak memungkinkan kami untuk berbincang sambil minum teh. Lagipula, aku yakin para pelayan sedang merasa resah akibat tingkah laku tuan mereka.

"Baiklah. Dan aku memintamu untuk tidak menilai sembarangan, Kak Alois," balasku dengan tenang.

"Yah, kita dengar dulu penjelasanmu itu," ujar Alois sambil mengurut dahinya.

"Baiklah. Saat kami berada di gunung, kami menerima bantuan dari roh angin."

Alois mengembuskan napasnya berat.

"Hanya saja, Pixy, nama roh angin itu, murni hanya keberuntungan kami saat kami bertemu dengannya. Ingat saat aku membeli pakaian dan aksesori dari County Eilene?"

"Oh, butik yang menghabiskan dana besar itu, ya."

Mataku sedikit berkedut. Alois masih dendam rupanya.

Aku berdeham. "Ya, itu. Lalu, kami menemukan anting dengan permata biru yang Ian kenakan. Di sanalah roh angin bersemayam. Kamu tahu bukan apabila roh angin senang bersemayam dalam perhiasan? Makanya, Pixy pun demikian. Dia keluar dari antingnya Ian, lalu dia mulai membantu kami."

Alois mengusap wajahnya frustrasi. Oke, mengapa Alois kelihatan seolah hidupnya hampir tamat seperti ini, sih? Aku tidak mengerti. Seharusnya dia bisa ikut senang karena diberikan kesempatan untuk melihat roh angin yang dikatakan hanya dalam legenda saja, bukan kelihatan depresi seperti ini.

Suddenly, I Became the Hero's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang