101. Investasi

1.3K 292 48
                                    

“Selamat datang di medan perang,” sindirku dengan senyuman lebar.

Pintu ruang tamu langsung ditutup bertepatan dengan Castiel yang memasuki ruangan. Berdiri di balik pintu, dia menatapku dengan tatapan tajam dan kesal yang tak repot-repot dia sembunyikan.

“Silakan duduk, Yang Mulia. Meski lokasi pertemuan kedua kita tidak sesuai dengan ekspetasi Anda.”

Castiel mendengus. Dia lantas duduk di atas sofa, tepat di hadapanku. Teh dan kudapan sudah tersaji sebelum Castiel tiba, jadi kami bisa langsung masuk ke dalam topik percakapan tanpa perlu repot-repot diinterupsi oleh datangnya pelayan untuk menjamu tamu.

“Apa yang Anda inginkan?” tanya Castiel dengan dingin.

Aku menarik cangkir tehku, memberi kode singkat supaya Castiel meminum teh yang telah disediakan. Castiel hanya memutar bola mata, tak sekalipun kelihatan tertarik pada teh dan kudapan di atas meja.

Angkuh sekali, decihku.

Teh jasmin favoritku langsung kusesap, dan setidaknya aromanya dapat sedikit menenangkanku dari emosi yang siap meledak karena keangkuhan Castiel.

“Tidak banyak yang saya butuhkan,” jawabku selepas cangkir teh kembali ditaruh di atas tatakan. “Apa Anda ingat mengenai apa yang kita bicarakan saat terakhir kali bertemu?”

Castiel mendengus geli. “Mengenai Anda dan Putra Mahkota Adria yang lemah.”

Mataku berkedut kesal. “Bukan di bagian itu. Melainkan, di bagian di mana Anda hendak memberikan bala bantuan kepada pangeran kedua sebanyak seribu pasukan untuk melancarkan kudeta.”

Seharusnya, karena raja saat ini sudah pulih dari racun dan bisa hidup sampai ajalnya menanti, masa di mana Alioth akan melancarkan kudeta terhadap Kai de Adria yang baru naik takhta tak akan tiba. Akan tetapi, meski demikian, Alioth adalah orang yang picik, dia pula mendapatkan sokongan dari Marquis Edver, yaitu sosok berpengaruh kuat ketiga setelah raja dan Duke Archer. Sehingga bisa saja, atas bisikan sesat Marquis, Alioth malah melancarkan kudeta terhadap raja dan bukannya Kai setelah tahu bahwa raja masih berumur panjang.

“Apa yang Anda inginkan atas rencana tersebut?” tanya Castiel dingin.

“Tarik pasukan Anda kembali, Yang Mulia. Alioth de Adria bukanlah sosok yang layak untuk disokong.”

Castiel mendengus. “Sama seperti pandangan saya terhadap Kai de Adria. Dia bukanlah sosok yang layak untuk disokong.”

Aku masih tersenyum, tak terpengaruh oleh kalimat Castiel.

“Saya hanya ingin menawarkan kesepakatan.”

“Tidak tertarik.”

“Tarik kembali pasukan Anda untuk kudeta dan berhenti menyokong pangeran kedua. Sebagai gantinya, Duke Archer akan melakukan kerja sama terhadap Archiphelle yang menjadi tujuan utama Anda dalam menyokong pangeran kedua. Sebab, apa yang Anda inginkan adalah kekuatan untuk mempertahankan Archiphelle, bukan?”

Kai pernah mengatakan, Kerajaan Archiphelle adalah kerajaan kecil yang tidak kaya. Wilayah pemerintahannya hanya satu perempat jika dibandingkan dengan wilayah pemerintahan Adria. Bahkan Archer lebih luas jika dibandingkan dengan Archiphelle. Maka, satu-satunya hal yang membuat Castiel ingin menyokong pangeran kedua dalam perebutan takhta adalah karena kesepakatan yang telah lebih dulu Alioth tawarkan apabila Alioth sukses menjadi seorang raja. Dia mengungkapkan janji-janji kosong yang manis hingga Castiel jatuh pada perangkapnya, tak tahu apabila di ujung penantian sana, apa yang menunggu Castiel adalah bencana.

Castiel mendengus geli, lalu tertawa puas. “Sudah saya duga, Anda pasti akan datang pada Duke Archer dan merengek untuk membantu Kai de Adria naik takhta.” Castiel lalu tertawa lagi.

Suddenly, I Became the Hero's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang