Chapter 4: Rainy Day and His Warm Jacket

43 5 0
                                    

Chapter 4: Rainy Day and His Warm Jacket

Alya berjalan dengan gontai di koridor menuju kelasnya, ia menggenggam jaket hitam dengan motif triangle milik Adriyan yang ia kenakan kemarin.

Ia berjalan ke arah kelas Adriyan, terlihat sedang bercanda bersama teman temannya. Yeah, boys talk, batin Alya.

Alya lalu memilih untuk meletakkan jaketnya dihadapan Adriyan, membuatnya mengalihkan pandangan dan kaget saat melihat siapa perempuan didepannya.

"Gue mau balikin jaket lo,Yan. Udah dicuci kok, thanks ya." Alya tersenyum tulus, lalu segera beranjak pergi sebelum akhirnya Adriyan menahan tangannya. Tanpa saling mengetahui, jantung keduanya berdetak tak terkendali. Alya hanya memperhatikan tangannya yang dipegang Adriyan.

"Kenapa Yan?" tanya Alya.
"Pulang sama gue lagi?" tanya Adriyan penuh harap.
"Sorry, tapi gue bawa mobil." tolak Alya halus.
"Mobil lo udah bener?" tanya Adriyan, terbersit sedikit rasa kecewa saat ajakannya ditolak oleh Alya.

"Belum sih,tapi bawa mobil abang." jawab Alya sambil menatap ke sekelilingnya. Setiap orang yang lewat memperhatikannya.

"Yah, oke deh." jawab Adriyan lesu.
"Yan?" Alya melirik ke arah tangannya yang masih digenggam Adriyan, Adriyan tampaknya melupakan fakta bahwa ia masih menggenggam tangan Alya. Ia melepaskan genggamannya sambik meminta maaf dan menggaruk kepalanya grogi.

"Gue balik kelas dulu." jawab Alya lalu beranjak pergi.

"Lo apain dia sampe jadi kalem begitu?" tanya Daniel, kembaran Adriyan saat ia kembali ke tempatnya lalu menghirup dalam dalam jaketnya yang kini berbau seperti Alya.

"Gue nih, Adriyano Daniella Reavens, selalu punya cara buat luluhin hati perempuan." Adriyan mulai lagi, membanggakan dirinya sendiri.

"Dan, lo tau? Kemaren ada yang habis jalan sama gebetannya." Adriyan berniat untuk menyindir Devan. Devan yang sepertinya merasa tersindir oleh Adriyan, mendadak salah tingkah.

"Oh ya? Siapa? Lo Yan?" tanya Devan menutupi kegugupannya.
"Ah, lo kali Van yang kemaren habis jalan sama anak kelas sebelah." ledek Adriyan yang langsung disambut uluran tangan oleh Daniel untuk melakukan 'tos' ala mereka.

"Gue? Gue ga jalan sama siapa siapa." elak Devan.
"Masa? Terus yang kemaren sama Risen di PIM itu siapa ya?" lagi-lagi ucapan Adriyan menohok tepat disasaran.

"Setan lo Yan, ya ga usah disebut nama juga kali." Devan meninju lengan Adriyan yang sedang terkikik geli melihat sahabatnya.

"Eh iya, btw dari mana lo tau kalo gue jalan kemaren?" Devan menaikkan sebelah alisnya.
"Oh--eh-- itu ya gue tau aja." Adriyan menggaruk tengkuknya grogi.

"Ah, i see. Kayaknya ada yang habis jalan sama gebetannya kemaren deh Dan." ledek Devan balik.

"Yoi Van, entah cara apa yang dia lakuin sampe gebetannya luluh sama dia." Daniel ikut melesek kembarannya yang sedang grogi itu.

"Kemaren niatnya gue mau anterin dia balik tapi ternyata gue laper jadi gue ajak makan. Pas mau makan malah ketemu anak satu ini lagi jalan sama gebetannya." jelas Adriyan panjang lebar, sambil menoyor kepala Devan saat berbicara.

"Emang lo ada hubungan apa sih Van sama Risen?" tanya Danuel yang langsung disambut anggukan oleh Adriyan.

"Ga ada hubungan apa apa gue." jawab Devan sok polos. Adriyan berpandangan sesaat dengan Daniel sambil mengangkat alis matanya.

"Ga ada hubungan apa-apa tapi suap-suapan ice cream. Ga ada hubungan apa-apa tapi ngusap ngusap kepala sambil rangkulan di bioskop. Yang kayak gitu ga ada hubungan apa-apa, Dan. Gimana kalo ada hubungan apa apa?" Ledek Adriyan lagi.

"Ah, setan lo Yan buka aja semua kartu gue." ucap Devan frustasi, Adriyan dan Daniel hanya terkekeh lalu melakukan 'tos' andalan mereka.

"Dasar, kembar gila. Mending gue cabut daripada disini." Devan lalu meninggalkan kedua kembar kakak beradik yang masih sibuk tertawa itu.

Tanpa mereka sadari, seseorang mendengarkan semua ucapan mereka. Tangannya terkepal dibawah meja, nafasnya memburu. Ia marah, dalam hatinya. Ia lalu memutuskan pergi keluar kelas.

------------------------------------------------------

Ia membanting tas nya ke ranjangnya, sebuah rencana perlahan tersusun diotaknya. Ia tidak akan membiarkan Alya semakin dekat dengan Adriyan.

Ia akan melakukan segala cara untuk menjauhkan Adriyan dari Alya. Apapun..

Back StabberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang