Chapter 3: Trying To Get Her Attention.
Udah beberapa hari ini, Adriyan mulai absen mengirimkan Alya susu kotak. Dia juga udah jarang ngeganggu Alya setiap kali mereka ketemu.
Semua memang berjalan seperti biasa, walau tanpa disadari siapapun, keduanya memendam rasa rindu yang sama akan kehadiran masing-masing.
Mereka mencoba saling menghindar dan mengabaikan sebisa mungkin, tapi terkadang Tuhan punya rencananya sendiri.
Semua berjalan seperti biasa sampai akhirnya, Alya lagi nggak bawa mobil hari ini karna lagi dibengkel. Pak Diman yang biasa mengantar jemput keluarga Alya mendadak pulang kampung karna adiknya melahirkan.
Sedangkan Derby, abangnya, sedang vacation ke Rinjani bersama teman-temannya.
Sekolah udah hampir sepi sedangkan hujam masih terus mengguyur sebagian kota Jakarta. Sudah sekitar satu jam Alya menunggu di depan kelasnya, sambil mengamati hujan dari balkon kelasnya yang berada di lantai 2.
Dia terlalu asik dengan lamunannya hingga tidak menyadari ada seseorang yang berjalan kearahnya.
"Kok belum pulang Al?" tanya Adriyan sambil mengacak-acak rambutnya yang basah terkena hujan, ada beberapa tetes air yang jatuh dari rambutnya.
"Iya nunggu hujan." jawab Alya singkat sambil masih menatap hujan.
"Tumben nunggu hujan, ngga bawa mobil?" tanya Adriyan sambil menengok ke arah Alya.
"Nggak, tadi pagi ga bisa di nyalain gatau kenapa." jawab Alya polos.
"Terus sekarang ngapain disini?" tanya Adriyan lagi, memanfaatkan kesempatan. Jarang-jarang Alya bisa diajak ngobrol tanpa harus keluar taring seperti biasanya. Diam-diam Adriyan menarik nafas lega karna Alya masih mau mengobrol dengannya.Alya menengok ke arah Adriyan, menghela nafas lalu menjawab "Gue juga ga tau." dan kembali memandangi hujan yang masih mengguyur.
"Pulang sama gue aja, mau nggak? Gue ga bisa ninggal lo sendiri." ajak Adriyan sambil terus menatap ke arah Alya.
"Nggak deh Yan, gue nunggu hujan aja terus cari taksi." Alya mencoba untuk menolak ajakan Adriyan.
"Gue janji ga bakal ngapa-ngapain lo, Kalo itu yang lo takutin." Adriyan masih mencoba membujuk Alya.
"Tapi--" Alya menggigiti bibir bawahnya, salah satu kebiasaannya saat sedang gugup.
"Udah ikut gue,yuk." Adriyan menarik tangan Alya, lalu menggenggamnya, terasa seperti aliran listrik menyengat ditangannya saat kulitnya bertemu dengan kulit Adriyan. Jantungnya berdetak semakin kencang, pipinya cepat terasa memanas, respon tubuh yang sama sekali ngga Alya harapin apalagi dengan Adriyan.
Sesampainya si lobby, hujan masih mengguyur. Adriyan mengeluarkan jaket dari dalam tasnya dan memberikan kepada Alya.
"Pake Al." Adriyan memaksa.
"Lo aja Yan." Alya menolak dan mengembalikannya ke Adriyan.
"Lo Alyana, gue ngga mau lo sakit." melihat tatapan mata Adriyan, Alya akhirnya memakai jaket milik Adriyan. Jantungnya semakin berdetak ga karuan dibawah tatapan Adriyan ketika ia melepar senyum yang you-know-lah, ga baik untuk kesehatan jantung.Lalu Adriyan justru menggenggam tangannya dan berlari melintasi parkiran menuju mobil Adriyan. Dengan gentlenya, Adriyan membukakan pintu mobil di kursi penumpang untuk Alya, baru setelahnya masuk ke pintu pengemudi.
Adriyan menyalakan mobil sebelum akhirnya melempar senyum yang bikin alya kelewat kaget buat ngapa-ngapain.
Alya hanya memandang keluar jendela, menghindari tatapan Adriyan yang tertuju ke arahnya, tanpa berusaha untuk berbicara pada Adriyan yang daritadi sibuk mencuri pandang ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back Stabber
Teen FictionSemua dimulai saat Alya terlambat di hari Senin pagi, dan bertemu dengan cowok terakhir yang ingin ia temui disekolah. Adriyan, yang populer dan sangat sadar dengan pesona yang ia punya, berpikir bahwa Alya akan mudah ia dapatkan. Tapi perasaan data...