The Last resort. -Chapter 3-

22 0 0
                                    

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"

"Taka!" Seiji yang paling tampak khawatir di antara mereka, sebab ia adalah sahabat Taka. Mereka berenam akhirnya sampai di tempat mobil mereka tabrakan tadi. Teriakan itu masih menggema di tengah kegelapan malam. Lampu-lampu senter mereka menimpa permukaan mobil. Para gadis hampir menjerit melihat noda-noda darah di bagian luar mobil. Namun tak ada tanda-tanda Taka berada di tempat dimana ia tadi duduk.

"Taka! Taka!"

"Jangan ... jangan ..." suara Taka seperti tangis ketakutan. Namun itu membuat mereka tahu ia masih ada di sini.

Masa-Kun yang pertama tiba di mobil itu dan mengintip ke dalam.

"Ia ada di sini!"

Tubuh Taka tampak meringkuk di dalam kursi belakang. Ia tampak sangat ketakutan. Tubuhnya gemetar sangat kencang, bahkan sampai membuat mobil itu ikut bergetar juga. Ia menatap ke depan dengan wajah pucat pasi. Air mata mengalir dengan deras di matanya. Teman-temannya ada di depannya, berusaha menenangkannya, namun ia tampaknya tak mengenali mereka. Ia masih sangat histeris.

"Taka-kun, tenanglah!" ujar Yuka, "Apa yang terjadi denganmu?"

Yuka berusaha menyentuh bahu Taka untuk menenangkannya. Namun Taka justru mengibaskan tangan Yuka dan berteriak makin histeris.

"Tidaaaak! Jangaaaaaaan!!!"

"Taka! Taka! Tenanglah!"

Miki mendengar sesuatu bergemerisik di belakangnya. Ia menengok ke belakang dan melihat sesuatu berwarna putih merayap di tanah dan bergerak memasuki hutan, meninggalkan mereka dan menghilang di balik semak-semak.

"Apa ... apa yang ia lihat sehingga ia ketakutan seperti itu?" Seiji ikut merasa ketakutan melihat temannya itu bertingkah sangat aneh, seperti kesurupan.

"Sesuatu itu ... sesuatu itu baru saja mengawasi kita ..." kata Miki.

"Hah?" semua menoleh ke arahnya.

Miki menatap teman-temannya, "Apapun itu, ia tahu kita datang ... mengawasi kita dari balik semak-semak ... dan baru saja pergi ..."

"Apa yang kau katakan?" Seiji menatapnya dengan jijik, "Taka dalam kondisi seperti ini dan kau masih mengatakan hal aneh seperti itu? Dasar perempuan aneh!"

"Sudahlah kalian jangan bertengkar! Tempat ini tidak aman! Kita harus segera pergi dari sini! Dengar ... letak desa sudah tak begitu jauh lagi. Kita bisa berjalan ke sana ...." kata Masa-kun dengan wajah cemas.

"Apa kau gila? Taka tak bisa berjalan! Lebih aman jika kita menunggu bantuan di sini sampai pagi!" Seiji menolak ide itu.

"Tidak, kalian tak mengerti ....."

"NGUUUUUUUUNG ....."

Terdengar suara dengung sirine. Arahnya dari pantai.

"NGUUUUUUUUUUUUUUUUUUUNG ..."

"Ya Tuhan, itu adalah ...."

"NGUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUNG!" sirine itu bertambah keras.

"Itu sirine tsunami! Semuanya pergi! PERGI!"

***

Entah kekuatan apa yang mendorong mereka hingga mampu berjalan hingga ke desa. Secara bergantian mereka membopong Taka yang kini menjadi seperti mayat hidup. Ia tak bisa mengenali teman-temannya. Ia selalu mengerang setiap saat. Bukan karena kesakitan, namun karena takut. Ya, rasa takut itu sepertinya menelan semua rasa sakitnya. Ia selalu menatap ke sekelilingnya dengan cemas, seakan-akan menanti makhluk itu kembali.

Horror ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang