Halo, terima kasih sudah datang dan membaca bab ketiga dari cerita Seven Eight Story. Apakah kamu sudah siap?
Mohon maaf bila ada typo dalam paragraf, kalimat, dan dialog nya. Jangan lupa untuk tekan 🌟 dan berikan komentar di masing-masing paragraf, kalimat, dan dialog nya. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya, all!
🎀Happy Reading🎀
Kini, jalan raya mulai ramai kembali. Kendaraan yang berlalu-lalang dengan terburu-buru. Terkadang, akan membuat kemacetan sedikit. Beberapa orang terkadang lewat sambil berlari-lari kecil. Di alun-alun kota, terdapat aktivitas manusia. Ada yang joging sore, ada yang bermain dengan sepeda mereka. Bahkan, ada juga yang bermain sepak bola maupun sedang bermain layangan. Di dalam ruangan, jam dinding terus berdetak sesuai ketukannya, tuk ... tuk .... Tanpa sadar, waktu pun berlalu dengan sangat cepat. Bukankah begitu tuan tuan dan nona nona sekalian?
Cakrawala kini menyapa dengan langit sorenya yang berwarna merah jambu ke jingga-an. Sekumpulan burung terlihat terbang di atas langit. Desiran dedaunan tersapu oleh hembusan angin yang lewat. Beberapa kendaraan berlalu-lalang di jalan raya. Ada juga beberapa kendaraan yang berhenti di pinggir jalan, membuat jalan raya terlihat sempit. Para pedagang asongan berjejer rapi memarkirkan gerobak dagangan mereka, bahkan ada yang sudah duluan disana sebelum jam pulang sekolah.
Seorang satpam berjalan sedikit tergesa-gesa sambil memegang segenggam kunci yang beragam menuju gerbang sekolah. Gerbang sekolah pun terbuka, disertai bel yang berbunyi nyaring ke seluruh penjuru kawasan sekolah. Beberapa menit kemudian, para siswa-siswi mulai berbondong bondong keluar kelas dengan tas di punggung mereka. Sebuah senyum dan tawa ceria tersungging di bibir mereka masing-masing. Canda dan tawa sutra menggiring langkah mereka yang penuh semangat. Ada yang berjalan menuju area parkir, ada juga yang langsung pergi menuju gerbang, keluar dari area sekolah.
Sohee mengambil jaket berwarna merah yang selalu ia kenakan dari dalam tasnya, lalu mengenakannya, "Ryu, ayo pulang!" ajaknya kepada Ryu.
"Ayo!" jawab Ryu, "kamu sudah chat ayah kamu, Sohee?" lanjutnya bertanya.
"Sudah, palingan sebentar lagi sampai," balas Sohee seraya mengambil helm miliknya di rak khusus.
Kemudian, setelah selesai berkemas mereka berdua pun segera pergi menuju luar gerbang sekolah, begitupun dengan siswa-siswi lainnya. Saat sudah keluar dari gerbang, mereka langsung di sambut dengan pemandangan yang akrab selama hampir 3 tahun ini, yaitu suasana ramai dari siswa-siswi yang satu almamater maupun siswa-siswi dari sekolah lainnya yang sedang jajan di pedagang asongan yang berjualan di samping trotoar depan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Panduwinata
"Duduk dimana?" Ia menolehkan kepalanya kearah Sohee.
"Tempat biasanya aja."
Setelah memastikan, kedua gadis itupun mengambil tempat duduk di pinggir trotoar, tempat yang biasanya mereka duduki untuk menunggu jemputan. Bukan hanya mereka saja yang duduk di sana, ada juga siswa-siswi lainnya. Kenapa tidak di halte? Jawaban halte penuh dengan siswa-siswi lainnya. Di samping itu juga, ada beberapa macam jenis gerobak dagangan dari para penjual yang terlihat sedang sibuk sekali melayani para pembeli.
"Sohee, itu ayah kamu," ujar Ryu kepada Sohee. Pandangannya menatap ke seberang jalan.
Sohee mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, "Mana? Oh iya, beneran ayah." Ia pun segera memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.
Sepeda motor Ayah Sohee berhenti tepat di depan mereka berdua. Ryu dan Sohee pun berdiri dengan Sohee yang tengah mengenakan helm dan Ryu yang mengulurkan tangannya untuk menyalami Ayah Sohee.
KAMU SEDANG MEMBACA
[09] SEVEN EIGHT STORY
Fantasy📌 BACA BAB PROLOG DAN JIKA SUKA MAKA LANJUTKAN. [Fiksi Remaja] - [Fiksi Penggemar] - [Fantasi] - [Teenfiction] - [Family] Di tulis pada Sabtu, 2 Maret 2024. Di publikasikan pada Kamis, 11 April 2024. "Ketika angan-angan yang fana tiba-tiba hadir, m...