Halo, terima kasih sudah datang dan membaca bab keempat dari cerita Seven Eight Story. Apakah kamu sudah siap?
Mohon maaf bila ada typo dalam paragraf, kalimat, dan dialog nya. Jangan lupa untuk tekan 🌟 dan berikan komentar di masing-masing paragraf, kalimat, dan dialog nya. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya, all!
🎀Happy Reading🎀
Masih memasuki waktu kegiatan belajar mengajar, di kelas XII MIPA 2 terlihat seorang guru perempuan yang tengah berdiri di depan kelas, memandang anak didiknya satu persatu. Para siswa-siswi yang berada di sana, seketika memfokuskan pandangan mereka kepada guru perempuan tersebut. Suasana yang hening dan serius terjadi disana.
Oh ya, kamu suka suasana pembelajaran seperti, apa?
"Anak-anak, ibu ingin bertanya dan kalian harus menjawab dengan jawaban kalian sendiri, ya. Tidak ada yang boleh mencontek ke google, sepaham dan setahu kalian saja ya," ucapnya sambil tersenyum, "apakah sudah siapa?" lanjutnya bertanya.
"Siap bu!"
Guru perempuan tersebut bertepuk tangan sekali, "Oke, pertanyaannya adalah ... apakah kamu tahu, apa itu kesehatan mental?" tanyanya. "ayo-ayo yang tahu angkat tangan, ya. Sepaham kalian saja, jangan takut salah dan gagal," lanjutnya dengan antusias, tak lupa pula memberikan dorongan semangat kepada murid-muridnya.
Di bangku paling depan dekat dengan pintu kelas, seorang siswi mengangkat tangannya.
Guru perempuan tersebut tersenyum dan berkata, "Nah, Ryu. Apa kesehatan mental itu?"
Ryu yang mendapat atensi dari teman-teman sekelas merasa gugup, namun sebisa mungkin ia mengendalikan kegugupannya.
Ryu tersenyum kikuk, lalu menjelaskan dengan intonasi nada yang pas, "Kesehatan mental adalah, kondisi dimana seorang individu dapat memahami kemampuannya sendiri, dapat mengatasi situasi kehidupannya, menstabilkan perilaku, emosi, dan pikiran. Misalnya, bersikap dengan tenang tanpa terburu-buru atau berpikir dengan jernih tentang masalah yang sedang dihadapi. Kesehatan mental sangat penting untuk kita jaga, agar tidak rusak, yang menyebabkan gangguan kesehatan mental. Apalagi di zaman sekarang, kesehatan mental rentan sekali terganggu, terbukti dengan banyak sekali kasus yang tersiarkan di media sosial maupun televisi," jelasnya.
"Wah, jawaban yang bagus sekali untuk, Ryu! Terima kasih atas jawabannya," puji guru perempuan tersebut sambil tersenyum dan bertepuk tangan.
"Sama-sama, bu."
Guru perempuan tersebut memperhatikan sekelilingnya, "Oke, ibu ada pertanyaan lainnya. Bagaimana dengan mental yang hancur? Dapatkan dia sembuh dan bahagia seperti sedia kala? Adakah yang tahu jawabannya?" tanyanya.
"Saya bu, saya mau jawab!" Suara penuh semangat itu terdengar dari tempat duduk di samping Ryu, pelakunya adalah Sohee.
"Wah, sepertinya Sohee ada jawaban. Oke Sohee, apa jawaban kamu?" tanya guru perempuan itu kepada Sohee.
"Jawabannya belum tentu bu," jawab Sohee sambil tersenyum manis.
"Kenapa jawabannya belum tentu, Sohee?"
Sohee berkedip, dan berkata, "Karena, jika orang tersebut ingin sekali sembuh, dia harus melawan, melawan orang-orang yang memberikannya luka, melawan semua pikiran negatifnya, melawan rasa takutnya, ketidakpercayaan dirinya, dan lain halnya yang bersifat negatif. Jika ia tidak melakukannya, itu artinya sia-sia saja."
"Pendapat yang bagus sekali, Sohee! Terima kasih atas jawabannya," puji guru perempuan tersebut sambil tersenyum dan bertepuk tangan.
"Sama-sama, bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[09] SEVEN EIGHT STORY
Fantasy📌 BACA BAB PROLOG DAN JIKA SUKA MAKA LANJUTKAN. [Fiksi Remaja] - [Fiksi Penggemar] - [Fantasi] - [Teenfiction] - [Family] Di tulis pada Sabtu, 2 Maret 2024. Di publikasikan pada Kamis, 11 April 2024. "Ketika angan-angan yang fana tiba-tiba hadir, m...