Halo, terima kasih sudah datang dan membaca bab kedelapan dari cerita Seven Eight Story. Apakah kamu sudah siap?
Mohon maaf bila ada typo dalam paragraf, kalimat, dan dialog nya. Jangan lupa untuk tekan 🌟 dan berikan komentar di masing-masing paragraf, kalimat, dan dialog nya, terima kasih atas dukungan dan semangatnya all!
🎀Happy Reading🎀
Kebiruan nya nabastala bersanding dengan mega yang menawan. Gumpalan-gumpalan Mega nya dapat memanjakan aksa bagi siapapun yang melihatnya. Burung-burung berterbangan di atas langit, mengepakkan sayap mereka melintasi cakrawala bumi yang luas. Sinar matahari menyorot seisi bumi dengan cahayanya. Beberapa dedaunan tersapu oleh hembusan angin. Pepohonan yang rindang dan teduh menggoyangkan dahan mereka yang kecil-kecil. Sebuah kupu-kupu yang tadinya hinggap di bunga yang mekar, terbang mengepakkan sayapnya yang indah. Lalu, ia hinggap di sebut jendela dari sebuah kamar.
Ting!
Sebuah notifikasi terdengar di keheningan. Sebuah bubble chatting muncul di layar ponsel. Seorang gadis yang tengah berbaring tengkurap, seketika meletakkan novel yang sedang ia baca. Tangannya terulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Bubble chatting atas nama Sohee muncul, ia pun mengklik bubble chatting tersebut dan masuk ke dalam obrolan.
Sohee
Ryu, ayo besok pagi pergi ke galeri seni. Mumpung besok kan libur sekolah, gimana?Ryu
Oke Sohee, boleh. Tapi, aku izin dulu ya ke orang tua aku. Nanti aku kabari lagi.Sohee
Oke, ditunggu kabar baiknya!Ryu menaruh kembali ponselnya ke atas meja, beserta dengan novel yang baru setengah ia baca. Beranjak dari tempat tidur, memakai sendal berbulu dan pergi keluar dari kamarnya.
***
Di sebuah aula gedung, ramai akan orang-orang yang bergerombol membentuk kelompok. Ada juga yang tengah mengantre satu persatu. Cahaya lampu yang sangat cerah membuat isi dalam gedung tersebut memancarkan pesona masing-masing. Banyak sekali lukisan-lukisan yang amat sangat cantik, mempesona, indah, dan menakjubkan, tertangkap serta terpanjang dengan rapi.
Seorang gadis dengan sweater berwarna pastel memandang sekitar dengan bingung dan takjub. Ia bingung, karena tiba-tiba berada di kawasan pameran seni dan takjub karena lukisan-lukisan yang sangat mempesona di matanya. Apalagi posisinya berada di tengah-tengah.
"Lukisannya bagus banget bikin iri," ujarnya sambil memandang ke salah satu lukisan pemandangan alam.
"Jangan iri," bisik seseorang tepat di samping telinganya, membuat gadis itu terkejut setengah mati. Ia bahkan melompat satu langkah ke samping.
"Eh, astaghfirullah."
Gadis itu memegang dadanya, menatap sesosok laki-laki yang memiliki proporsi tubuh yang tinggi sekitar 179 cm. Kulitnya berwarna tan yang terlihat sangat menawan di bawah cahaya lampu. Kaos polos berlengan panjang di lapisi oleh blazer berwarna coklat, membungkus sosoknya yang tegap. Rambutnya berwarna hitam terlihat sedikit acak-acakan dan wajahnya tertutup oleh masker. Namun, hal tersebut tidak membuatnya terlihat culun melainkan sangat menawan dan tampan.
"Maaf, sudah bikin kamu terkejut," ucapnya dengan penuh nada permintaan maaf. Suaranya lembut namun sedikit berat, sangat menawan.
Gadis itu berkedip, dan berkata dengan canggung, "Oh, oh, enggak apa-apa, enggak apa-apa." Tangannya melambai, "tapi, kamu siapa ya? Kenapa tiba-tiba muncul di sebelah ku?" lanjutnya dengan bertanya kepada laki-laki tersebut.
"Aku pengunjung di sini. Apa kamu ke sini sendirian?" tanyanya dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.
Gadis itu mengangguk, dan berkata, "Begitu, iya aku pergi ke sini sendirian."
"Apa aku boleh menemani mu? Aku juga sendirian, biar kamu ada temannya juga, boleh?" ujarnya sembari menawarkan diri untuk menjadi teman tour.
"Ah, begitu. Baiklah, tentu saja boleh."
Laki-laki itu tersenyum dibalik maskernya, "Oke, ayo kita melihat-lihat ke sana?" tawarnya sambil menunjuk salah satu lokasi yang berada di gedung tersebut yang membuat gadis itu mengangguk mengiyakan ajakannya.
"Ayo!"
Mereka berdua berjalan beringin dengan tinggi badan yang berbeda, namun terlihat serasi.
"Apa kamu suka mengunjungi pameran karya seni?" tanya gadis itu kepada laki-laki di sebelahnya.
"Tentu saja, jika ada pameran seni aku pasti mendatanginya, meskipun itu di luar negeri sekalipun," jawabnya sambil menggenggam tangannya di belakang punggung.
Manik mata gadis itu berbinar dan menatap kagum pada laki-laki di sebelahnya, dan berkata, "Wah! Keren sekali! Kamu pasti tau banyak tentang seni. Apa kamu juga bisa melukis?"
"Ah, tidak juga. Aku tidak terlalu pandai melukis," balas laki-laki itu sembari tertawa canggung tak lupa tatapan malu.
"Benarkah? Jangan berbohong, kamu pasti pandai dalam melukis," ujar gadis itu tak percaya.
"Tidak tidak, ini membuat ku malu atas pujian mu," tangkas laki-laki tersebut.
Gadis itu menatap dengan bingung dan berkata, "Memangnya kenapa? Kamu pantas mendapatkan pujian, tahu!" Yang membuat laki-laki itu tertawa kecil.
"Sudah, apakah kamu mau aku potret?" tawarnya sambil mengambil sebuah kamera kecil dari balik saku blazer nya.
"Boleh kah?"
"Tentu saja, ayo!"
Lalu, mereka berdua pun menjadi tempat yang cocok untuk mengambil foto. Laki-laki itu mengarahkan kamera yang ia pegang pada objek didepannya, seorang gadis yang tengah tersenyum dengan manis muncul di lensa kameranya. Waktu berlalu dengan berbagai macam gaya foto telah diambil.
Gadis itu berjalan dengan riang menuju kearah laki-laki tersebut dan berdiri di sebelahnya. Sedangkan laki-laki itu melirik, kemudian membungkukkan sedikit badannya ke arah gadis itu sambil menyodorkan kameranya. Berbagi foto terlihat di sana, membuat rasa bahagia timbul di hati gadis tersebut.
"Wah, foto-fotonya bagus bagus banget. Kamu pintar sekali memotret! Apakah ini juga keahlian mu?" tanyanya dengan penasaran, tak lupa juga memuji hasil tangkapan dari laki-laki tersebut.
"Um, anggap saja seperti itu," jawabnya dengan malu-malu.
"Keren sekali!"
"Terima kasih. Oh ya, setelah ini kamu mau pergi kemana? Apakah kamu mau mampir ke kedai seberang untuk beli teh susu?" ajaknya sembari menawarkan tempat untuk beristirahat.
"Eh, boleh tentu saja."
"Ayo," ajaknya.
Raydan berdiri di samping ranjang dengan tatapan bingung dan berkata, "Ini kenapa Mbak Ryu tidurnya sambil senyum-senyum sendiri, gitu?"
Tak ingin berpikir lebih, ia pun menggoyangkan lengan Ryu guna membuat kakak perempuan itu segera bangun.
"Mbak Ryu, Mbak Ryu, bangun mbak di suruh bangun sama bunda," ucapnya, membuat Ryu yang tidur pulas dengan mimpi indahnya mengerutkan keningnya, terbangun.
"Hm, iya sudah bangun. Sudah sana pergi," jawabannya dengan suara khas bangun tidur.
"Ya sudah."
Bersambung....
Bagaimana menurutmu dengan prolog ini?
Dan, jangan lupa follow Instagram @sheisnonasastra ya.Sampai jumpa di bab selanjutnya, teman-teman!
KAMU SEDANG MEMBACA
[09] SEVEN EIGHT STORY
Fantasy📌 BACA BAB PROLOG DAN JIKA SUKA MAKA LANJUTKAN. [Fiksi Remaja] - [Fiksi Penggemar] - [Fantasi] - [Teenfiction] - [Family] Di tulis pada Sabtu, 2 Maret 2024. Di publikasikan pada Kamis, 11 April 2024. "Ketika angan-angan yang fana tiba-tiba hadir, m...