02 || MEMBORONG TAHU WALEK

12 3 0
                                    

Halo, terima kasih sudah datang dan membaca bab kedua dari cerita Seven Eight Story. Apakah kamu sudah siap?

Mohon maaf bila ada typo dalam paragraf, kalimat, dan dialog nya. Jangan lupa untuk tekan 🌟 dan berikan komentar di masing-masing paragraf, kalimat, dan dialog nya. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya, all!

🎀Happy Reading🎀

Suara lantang dari seekor ayam jago yang berkokok memecah kesunyian, kemudian satu persatu ayam lainnya turut berkokok menimbulkan kebisingan di sekitarnya. Langit yang semula gelap kini berganti warna kebiruan, mulai terlihat sangat cerah. Beberapa awan mulai muncul tipis-tipis memberikan ilusi. Sedikit kabut yang masih tersisa tidak dapat menghalangi pesonanya. Secercah cahaya matahari dengan malu-malu mulai menampakkan dirinya di balik bumi.

Dedaunan yang rimbun memberikan gemercik suara dari serangga-serangga. Tetesan embun berguling dari daun dan jatuh ke tanah, memberikan ilusi kelembapan. Sekawanan burung terbang di atas langit, menembus cakrawala dengan bebasnya. Menanjak dan menukik di luasnya angkasa dengan sayapnya yang membentang luas. Sekawanan kupu-kupu dengan indah mengepakkan sayapnya, mengelilingi, dan hinggap di sekumpulan bunga yang mekar dengan ceria. Barisan rapi dari segerombolan semut pun tak luput, memulai aktivitas mereka untuk mencari makanan. Suara jangkrik maupun belalang yang mendengkur menambahkan suasana indah di pagi hari.

Bulu mata yang lentik itu bergetar, dan kelopak mata pun terbuka. Mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina mata. Posisi tidur yang awalnya miring berubah menjadi terlentang. Pandangan masih menyisakan rasa kantuk menatap bola lampu yang masih bersinar hidup. Beberapa menit berlalu dengan, setelah itu ia mengubah posturnya menjadi duduk. Rambutnya yang panjang bergelombang dan berwarna hitam terurai bebas. Tangan kanannya bergerak mengambil kuncir rambut yang berada di atas meja dan mulai menguncir rambutnya. Kemudian, ia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitas pagi hari.

"Pagi bunda!" sapa Ryu dengan ceria kepada wanita paruh baya yang tengah sibuk dengan peralatan memasak nya.

Bunda Ryu menoleh sekilas, "Pagi. Ryu, adik mu udah bangun belum? Kalau belum tolong bangunin ya!" ucapnya sambil meminta tolong kepada Ryu.

"Oke bun, aku cek dulu ke kamar," jawab Ryu sebelum pergi dari sana menuju sebuah kamar yang terletak tak jauh dari dapur.

Ceklek ... krieett ....

Pintu kamar terbuka setengah, Ryu kemudian masuk ke dalam kamar adik laki-lakinya, yaitu Raydan. Kamar yang lumayan gelap tertangkap di indra penglihatannya. Keningnya berkerut, dan ia menghela napasnya kasar saat melihat tempat tidur yang amat sangat berantakan dengan sang empu pemilik kamar yang masih tertidur lelap dengan postur luar biasa. Bantal, guling, dan selimut berserakan. Kakinya yang berada di atas dan posisinya kepalanya berada di ujung kasus. Tidurnya dengan posisinya terlentang namun miring, membentuk segitiga siku-siku.

Ryu mengulurkan tangan menggoyangkan betis adik laki-lakinya dengan pelan, "Ray!" panggilnya dengan nada naik satu oktaf.

"Ray! Bangun Ray!"

"Ray, sekolah, bangun oy!"

Gumaman samar terdengar dari Raydan, kemudian kembali tidur sambil memeluk guling. Ryu menekuk wajahnya dengan cemberut. Pandangannya sudah menampilkan raut kesal. Tangan Ryu bergerak ke arah kaki Raydan dan mulai menggelitik telapak kakinya. Sedangkan Raydan yang merasakan geli dalam tidurnya, terusik dan mulai menendang-nendang.

"Aduh," ringis Ryu saat lengannya terkena tendangan kaki dari Raydan.

Ryu menekuk wajahnya kesal, dan berseru, "Serah lah, nyebelin!" Dengan langkah kaki yang di hentak hentakan ia keluar dari kamar adik laki-lakinya.

[09] SEVEN EIGHT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang