09 || PAKET NOVEL BARU

3 0 0
                                    

Halo, terima kasih sudah datang dan membaca bab kesembilan dari cerita Seven Eight Story. Apakah kamu sudah siap?

Mohon maaf bila ada typo dalam paragraf, kalimat, dan dialog nya. Jangan lupa untuk tekan 🌟 dan berikan komentar di masing-masing paragraf, kalimat, dan dialog nya, terima kasih atas dukungan dan semangatnya all!

🎀Happy Reading🎀

Malam hari yang dingin, dengan semilir anginnya membuat bulu kuduk meremang. Langkah kaki terdengar di ujung gang. Gumaman samar terdengar dari bibir orang yang mengenakan hoodie berwarna biru. Rambutnya yang panjang berwarna hitam dan bergelombang di ujung terlihat begitu menawan di bawah sorot lampu. Ia tersenyum sambil memperhatikan sekelilingnya. Kemudian dengan, ia berhenti di sebuah toko serba ada. Melangkah masuk, hawa dingin langsung menyerbu.

Mengambil keranjang berwarna biru, ia pun melangkahkan kakinya menuju ke salah satu rak yang menyajikan berbagai macam jenis makanan ringan. Satu persatu, keranjang tersebut diisi dengan berbagai macam makanan ringan yang ia sukai.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, menatap ke salah satu makanan ringan yang ingin ia ambil. Matanya berkedip, dan helaan napas yang berat terdengar. Ia lalu meletakkan keranjang yang ia pegang di lantai, berjinjit, berusaha menggapai makanan ringan tersebut.

Melompat-lompat dengan lompatan kecil, namun tidak kunjung tercapai. Karena kelelahan, gadis itu berjongkok dengan raut wajah sedih. Langkah kaki terdengar menghampiri, namun gadis itu tetap tak bergeming. Sampai akhirnya, ia merasakan ada seseorang yang berada berdiri tepat di belakangnya. Seketika, ia mendongakkan kepalanya, untuk melihat. Matanya menyipit tajam, memperhatikan seorang laki-laki bertubuh tinggi, tegap, dan kekar berdiri di belakangnya. Rambutnya berwarna hitam legam, panjang sampai hampir menutupi matanya. Wajahnya tertutup oleh masker berwarna hitam. Memakai kaos oblong berwarna hitam yang dilapisi oleh kemeja kotak-kotak.

Gadis itu berdiri dan memandang orang didepannya dengan mendongak, disebabkan perbedaan tinggi badan. Manik mata berwarna hitam itu, bersinggungan dengan mata besar dan bermanik mata hitam legam. Laki-laki itu menyodorkan sebuah makanan ringan di hadapan gadis itu, membuatnya mengerjap beberapa kali.

"T-terima kasih atas bantuannya," ucapannya penuh rasa terima kasih.

"Sama-sama."

Suara lembut namun magnetis terdengar dari balik masker. Gadis itu merasa familiar dengan suaranya, namun ia tidak ingat dimana. Laki-laki itu berbalik, ingin pergi dari sana, namun dihentikan oleh gadis itu.

Gadis itu memandang punggung tegap dari laki-laki di hadapannya, "Tunggu, siapa kamu?" tanyanya dengan hati-hati.

Hanya berjarak 3 langkah saja, laki-laki itu menoleh dan matanya menyipit, terlihat seperti sedang tersenyum.

"Mbak, mbak bangun ... Mbak Ryu ...."

Seorang anak laki-laki berdiri di samping, membungkuk sedikit. Tangannya yang kecil terulur, menggoyangkan lengan atas milik seorang gadis yang tengah terlelap tidur. Ryu menggeliat pelan dan bergumam. Sedangkan sang pelaku yang membangunkan Ryu berkacak pinggang, dengan pandangan kesal, karena sang kakak tidak kunjung bangun.

"Mbak! Mbak Ryu, bangun mbak!" panggil seorang anak laki-laki dengan nada berteriak.

Ryu menepis tangan yang lebih kecil itu dengan pelan, "Apaan sih, gangguin orang tidur aja," gerutunya dengan ketus.

Anak laki-laki itu mendengus dengan kesal, "Apa apa, bangun mbak sudah sore! Di suruh ibu nyapu, tuh!" ucapnya dengan kesal.

"Heem, iya-iya!"

Raydan membalikkan badannya, dengan langkah kesal ia keluar dari kamar kakaknya. Sesekali bibirnya menggerutu, "BUNDA, MBAK RYU ENGGAK MAU BANGUN! AKU PERGI MAIN SEBENTAR YA! ASSALAMU'ALAIKUM!" teriak nya, kemudian ia berlari menuju luar rumah untuk bermain bersama teman-teman sebayanya.

Teriakkan itu bergema di rumah, Bunda Ryu yang mendengarnya dari dapur menggelengkan kepalanya dan terus memasak. Sedangkan Ryu yang masih berada di kamar mendengus mendengar teriakannya dari adik laki-lakinya. Ryu membalikkan badannya menjadi terlentang. Memandang langit-langit kamarnya dengan mata kusam dan malas, khas bangun tidur. Kemudian ia berguling ke samping, memeluk gulingnya dan memejamkan matanya lagi.

Mimpi yang berbeda lagi batinnya.

***

Langkah kaki yang terburu-buru menuruni anak tangga terdengar, Ryu muncul dengan baju oversize nya menuju pintu utama. Bel rumah beberapa kali berbunyi, menandakan ada seseorang yang datang berkunjung. Layar ponsel Ryu menunjukkan catatan pesan dari seseorang. Pintu dibuka dari dalam oleh Ryu, ia pun segera menuju gerbang.

Di sana ada seorang kurir pengantar barang. Ryu membuka gerbang, dan berjalan beberapa langkah menuju sang kurir paket.

"Dengan mbak Ryu?" tanya sang kurir paket.

Ryu mengangguk sopan dan berkata, "Iya mas, saya sendiri."

"Ini ya mbak paketnya," ucap sang kurir paket, seraya menyodorkan sebuah bungkusan paket.

Ryu menerima bungkusan paket tersebut dengan antusias, "Makasih ya mas," ucapnya.

"Sama-sama mbak."

Setelah mendapatkan paket yang ia pesan, Ryu segera masuk ke dalam rumah dan kembali menuju kamarnya dengan perasaan excited. Langkahnya sangat riang, dengan senandung kecil yang ia gumam kan dari bibirnya. Pintu kamar terbuka, lalu tertutup. Ryu berjalan menuju meja belajarnya, menaruh paket yang ia pegang, lalu duduk di kursi.

Senyum merekah tersungging di bibirnya. Ia kemudian mulai membuka paket pesanannya. Setelah berkutat membuka paket tersebut, Ryu membuka kotaknya dan muncullah 3 novel dengan tebal dan sampul yang berbeda. Kelopak mata Ryu membesar, senyumnya semakin manis.

"Aaaaa ... akhirnya sampai juga anak-anak baru aku ...." ujar Ryu dengan riang dan penuh rasa excited.

Ryu mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jarinya yang ramping, "So, novel mana dulu yang mau aku baca, ya?" gumamnya sedikit bingung.

Ryu menatap secara berganti pada ketiga novel yang baru saja ia buka. Menopang dagu dengan pandangan bingung, Ryu akhirnya menentukan pilihan pada novel yang tersusun di bagian kanan.

"Oke, yang ini saja."

Ryu dengan hati-hati membuka sampul plastik yang membungkus novel tersebut. Setelah terbuka semuanya, ia menyingkirkan sampul plastik tersebut ke samping. Cover yang mengkilap terlihat di indra penglihatannya. Kemudian, dengan perlahan ia membuka novel tersebut. Halaman terbuka, mata Ryu bergerak gerak sesuai dengan kata yang ia baca. Halaman per halaman mulai terbuka satu persatu, terkadang Ryu berhenti sejenak hanya untuk mencium baru novel baru. Di samping itu juga, sesekali terdengar gerutuan dari mulutnya. Raut wajahnya pun berubah-ubah, terkadang tersenyum, terkadang kesal, terkadang pipinya memerah.

Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa Ryu telah menyelesaikan novel pertama untuk hari ini. Ia pun menutup novel yang telah ia baca. Novel yang memiliki sampul berwarna merah dengan gambar sepasang kekasih.

Bersambung....

Bagaimana menurutmu dengan bab ini?
Dan, jangan lupa follow Instagram @sheisnonasastra ya.

Sampai jumpa di bab selanjutnya, teman-teman!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[09] SEVEN EIGHT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang