07 || TERKENA HIPNOTIS

3 0 0
                                    

Halo, terima kasih sudah datang dan membaca bab ketujuh dari cerita Seven Eight Story. Apakah kamu sudah siap?

Mohon maaf bila ada typo dalam paragraf, kalimat, dan dialog nya. Jangan lupa untuk tekan 🌟 dan berikan komentar di masing-masing paragraf, kalimat, dan dialog nya, terima kasih atas dukungan dan semangatnya all!

🎀Happy Reading🎀

Kringgg ... kringggg ....

"Sayur ... sayur ...."

"Ibu! Sayurnya bu ... beli di beli yok."

Komplek perumahan di jalan Kebangsaan lumayan ramai. Ada beberapa warga yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ibu-ibu komplek tengah berdiri sambil bergosip di bawah naungan pohon mangga milik seseorang. Sebuah motor matic dengan barang dagangan berhenti di depan mereka, dan berkata, "Pagi ibu-ibu, tumben sudah pada ngumpul."

"Biarin toh mas sesekali, iya enggak bisa ibu-ibu?" ujarnya sambil menoleh kepada ibu-ibu yang berdiri di sampingnya.

"Iya bener tuh."

Mega menampilkan pesonanya yang memanjakan aksa di langit. Kicauan-kicauan burung bergema di cakrawala. Embun pagi tersimpan di celah-celah tumbuhan. Suara serangga, seperti jangkrik terdengar di antara rerumputan di salah satu pekarangan rumah. Rumahnya sederhana dengan dua lantai, disertai pekarangan rumah yang lumayan luas. Terdapat dua pohon nangka di samping rumah, dengan buahnya yang lumayan lebat. Kemudian, ada beberapa tanaman anggur yang merambat dan bergelantungan di rak khusus. Pohon tomat, dan cabai tertata dengan rapi. Ada sebuah pohon pepaya yang berbuah dengan lebat, dan buahnya besar dan panjang dengan warna buahnya ke jinggaan, siap untuk di panen. Juga, ada beberapa tanaman bunga yang diletakkan di teras rumah. Suasananya sangat damai, sejuk, dan menenangkan.

"RYU, RAYDAN SUDAH MANDI BELUM?!!" teriak Bunda Ryu dari arah dapur.

"BELUM MANDI NDA SI RAY NYA!" balas Ryu dengan berteriak juga.

Ryu yang tengah memakai jilbab melirik ke arah adik laki-lakinya, dan berkata, "Woy, sana mandi, berangkat sekolah. Mentang-mentang sekolah dekat dari rumah, berangkat nya telat."

"Enggak apa-apa, terserah akulah mbak," jawab Raydan. Anak laki-laki itu tengah berleha-leha di atas karpet sambil bermain game.

"Di kasih tahu, ngejawab mulu," gerutu Ryu dengan kesal.

"Ryu, kamu sudah belum siap-siap nya? Mau jam 7, nanti telat gerbang di tutup," ucap Ayah Ryu dari luar rumah sambil menenteng keranjang yang berisi buah anggur.

"Iya yah, iya, ini Ryu sudah selesai."

Sang kepala keluarga itu menajamkan matanya, saat melihat anak bungsunya yang berleha-leha di atas karpet, "Raydan, kamu kok belum mandi?! Jam berapa ini! Mandi sekarang atau ponsel mu ayah jual?!" ucapnya dengan nada tegas. Ia bahkan menaruh dengan kasar keranjang yang berisi buah anggur tersebut di atas meja.

Raydan seketika duduk di atas karpet. "Iya-iya yah, ini mandi," jawabnya, kemudian bangkit dan berjalan menuju kamarnya dengan langkah tergesa-gesa.

"Mampus kena marah," ucap Ryu sambil tersenyum senang.

Sang kepala keluarga menoleh, "Lho, Ryu. Ayo berangkat, malah ngelamun," ujarnya yang membuat Ryu cepat-cepat bergegas mengambil tas sekolahnya.

"Eh, iya ayah!"

***

"Habis ini pelajarannya guru siapa?" tanya Ryu kepada Sohee.

Sohee menoleh. "Pak Yudhana, tapi katanya sih enggak masuk ke kelas," jawabnya.

"Oalah begitu, ya udah mau aku buat tidur aja, ngantuk banget," ucap Ryu sambil mengangguk paham.

Ryu menaruh kepalanya di atas meja. Kelopak matanya tiba-tiba terasa berat. Suara-suara dari teman-teman sekelas terdengar sayup-sayup saja. Ia mengambil jaket miliknya yang berada di atas meja, lalu menutupi wajahnya. Hingga akhirnya, matanya tertutup rapat dengan dengkuran halus terdengar.

Diantara keramaian orang-orang, ada salah satu diantara tengah duduk seorang diri di bangku yang terletak di bawah naungan pohon. Sinar matahari melewati celah-celah dedaunan. Seorang gadis yang tengah sibuk membolak-balikkan halaman sebuah buku. Dengan raut wajah serius dan fokus, ia membaca setiap kata yang tertuang di atas kertas. Udara yang sejuk dan suasana yang lumayan tenang, membuatnya terpaku diam di sana. Setelah berpuas diri, ia menutup buku tersebut dan memasukan nya ke dalam tasnya. Kemudian, ia beranjak pergi menuju sebuah kedai teh susu yang berjarak kurang lebih 5 meter dari tempat ia duduk tadi.

Seseorang berlari tanpa memperhatikan jalan dan menabrak bahunya. Ia mundur beberapa langkah dan pandangannya linglung. Tak jauh dari sana, ada seseorang yang memperhatikan. Orang tersebut terlihat menghela napas kasar, lalu berjalan menghampiri gadis yang tengah berdiri diam di jalan dengan pandangan linglung nya.

Tepukan sebanyak 2 kali di bahu gadis itu, seketika membuat pandangannya kembali hidup. Manik matanya cerah dan bersinar, tidak seperti tadi yang hanya penuh kekosongan. Gadis itu berkedip bingung dan menatap laki-laki di hadapannya.

"K-kamu ... siapa?" tanyanya dengan was-was.

Laki-laki itu terserah di balik masker yang ia kenakan, matanya menyipit membentuk lengkungan, dan berkata dengan suara yang lembut, "Aku kebetulan lewat di sini dan aku lihat kamu linglung."

"Hah? Linglung?" Raut wajah bingung gadis itu tampilkan.

"Ya, kemungkinan kamu kena hipnotis," jawabnya sambil menaruh tangannya kedalam saku jaket.

"Astaghfirullah, seriusan mas?" ujarnya dengan terkejut.

Laki-laki itu mengangguk membenarkan, "Iya, coba cek dulu barang-barangnya, ada yang hilang atau enggak," balasnya.

Gadis itu pun segera mengecek tas miliknya, setelah mengobrak-abrik tasnya, ia menghela napas lega.

"Alhamdulillah, enggak ada yang hilang. Bikin panik aja, astaghfirullah," ucapnya dengan penuh rasa syukur.

Laki-laki itu tersenyum, "Alhamdulillah kalau enggak ada yang hilang. Berarti kena hipnotis aja, enggak sampai di curi barang-barangnya," balasnya.

"Iya mas, lega saya. Oh ya, sebelumnya terima kasih banyak ya mas, sudah bantuin saya," ucapnya sambil tersenyum.

Laki-laki itu mengangguk dan berkata,  "Iya, sama-sama. Kalau begitu saya pamit pergi dulu ya. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

"Ryu ... Ryu ... sholat yuk ...."

Ryu yang merasa terusik, perlahan membuka matanya dan berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina nya. Ryu menutupi wajahnya dengan telapak tangan dan menatap orang yang berdiri di depannya, Sohee.

"Ryu, ayo sholat," ajak Sohee kepada Ryu. Gadis keturunan Korea-Jawa itu telah berdiri di hadapan Ryu sambil menenteng tas kecil yang berisi mukena.

"Iya, sebentar," jawab Ryu, sambil merapikan jilbabnya yang kurang rapi akibat tidur. Setelah merapikan jilbab dan berkaca lewat layar ponsel, guna memastikan tidak wajahnya dengan terlihat sehabis bangun tidur atau tidak, lantas ia pun berdiri.

"Ayo pergi."

Bersambung....

Bagaimana menurutmu dengan prolog ini?
Dan, jangan lupa follow Instagram @sheisnonasastra ya.

Sampai jumpa di bab selanjutnya, teman-teman!

[09] SEVEN EIGHT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang