✧14༘ ┊͙ The Restless Jeno

696 90 52
                                    

Jeno sedang duduk bersantai sembari menyeruput kopi hitamnya, di halaman belakang. Sesekali mata samoyednya mengalihkan pandangan dari layar laptop ke dua sosok anak kecil yang sedang asyik berlarian. Tak lupa juga, pria Taurus itu menegur bocah-bocah itu untuk berhati-hati. Kadang juga menghela napas saat salah satu bocah itu bertingkah jahil.

Di tengah kesibukannya itu, ada sesosok lagi menghampiri dirinya sambil membawa nampan berisi kue dan juga potongan buah. Sosok itu berbicara begitu lembut kepada Jeno, "Mas Jeno, ini cemilannya."

Menyadari eksistensi dari sosok tersebut, Jeno menoleh dan memberikan senyum terbaiknya.

"Terimakasih, Sayang," ucapnya tulus.

Setelah itu, Jeno kembali fokus pada laptopnya. Sementara sosok itu berdiri di sebelah Jeno sambil menatap bocah-bocah itu penuh kasih. Tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Hanya ada suara ketikan Jeno dan celotehan anak-anak dari jauh.

"Onu! Uwon! Jangan lari-lari! Nanti jatuh, Nak!"

"Baik, Bunda!" seru kedua bocah itu dengan wajah polosnya. Lalu mereka lanjut bermain kejar-kejaran dan membuat sosok yang dipanggil Bunda itu menggelengkan kepalanya.

"Mereka tumbuh dengan baik," celetuk sosok itu membuat perhatian Jeno teralihkan kembali.

"Tentu saja. Mereka mempunyai Bunda yang hebat sepertimu," puji Jeno namun sosok itu malah tersenyum kecut menanggapi pujian sang suami. "Kenapa, Sayang?"

"Berhenti bersandiwara, Lee Jeno."

Jeno tersentak saat tiba-tiba merasakan atmosfer berubah. Pria itu melihat sosok itu dan kemudian tersadar, mata hamster yang tadinya penuh kelembutan berubah menjadi tatapan tajam dan penuh luka. Napas Jeno tercekat, dan tiba-tiba saja dia sudah berdiri di hadapan sosok itu. Latar rumah yang dipenuhi bunga-bunga, juga berubah menjadi kosong dan gelap. Hanya dua sorot lampu yang menerangi masing-masing keduanya, seperti pada pertunjukan drama klasik.

"J-Jisung?" gumam Jeno berusaha untuk bicara. Namun apa daya lidahnya kelu dan seperti ada tangan ghaib yang mencekik pita suaranya agar tidak bicara.

"Kamu tidak pernah mencintaiku."

"Kamu berkali-kali menyakitiku."

"Kamu tidak peduli, meski aku mencoba menerima semuanya."

"Aku yang menanggung dosa yang bahkan aku tidak pernah melakukannya."

Jeno meringkuk menjambak rambutnya. Cukup! Cukup! Jeno tidak mau mendengar kata-kata menyakitkan dari sosok itu lagi. Jeno tidak mau!

"Tuhan pun kamu permainkan hanya untuk dendam padaku."

"Sebenci itu kah kamu padaku atas takdir yang Tuhan gariskan?"

"Jisung! Jisung! Jisung!"

"Kenapa? Ini kan yang kamu mau?"

Setelah itu, Jisung berbalik dan pergi meninggalkan Jeno yang kini menjerit. Tangan kekarnya mencoba meraih tubuh ramping itu. Namun semakin dia mencoba, sosok itu semakin sulit untuk digapai. Jisung menghilang dan Jeno frustasi.

"JISUNG JANGAN TINGGALKAN AKU!"

"Mas Jeno!"

Seketika pria kelahiran April itu tersentak. Napasnya begitu tersengal dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya. Hal pertama yang dia lihat adalah Giselle yang menatapnya penuh kecemasan. Jeno yang masih sangat gemetaran, bangkit lalu memeluk istri pertamanya erat-erat.

"Kamu kenapa sih, Mas? Mimpiin apa kamu tadi?" tanya Giselle dengan lembut sambil mengusap punggung lebar sang suami.

"Selle, apakah aku jahat, Selle?" tanya Jeno membuat Giselle bingung. "Aku melihatnya, Selle. Sorot matanya penuh dengan luka. Aku yang membuatnya terluka."

Titip Benih || NoSung (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang