✧8༘ ┊͙ Those Feelings

1K 87 39
                                    

⚠️Warning⚠️

Kisah ini hanyalah karangan fiktif dan tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh yang bersangkutan di dunia nyata. Author hanya meminjam karakter.

🔥RESPECT THE AUTHOR🔥

Ranauva's present♡️

·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·

Giselle duduk termenung sambil menatap pintu kamar adiknya. Pikirannya tidak pernah berhenti merutuki kebodohannya karena tidak membuat ruangan itu kedap suara. Tentu saja desahan sang adik juga geraman sang suami tembus gendang telinganya. Dan bodohnya lagi, suara televisi pun kalah dengan milik sepasang itu. Padahal Giselle merasa volume suaranya sudah maksimal.

Merasa tidak tahan, wanita itu memilih untuk beranjak dan mengganti pakaian rumahnya dengan gaya casual. Kaos oblong putih yang dipadukan dengan jaket kulit hitam dan celana jeans senada. Wajahnya dirias tipis-tipis agar terlihat lebih segar. Rambut panjangnya juga diikat ekor kuda untuk kerapian. Setelah siap, Giselle langsung menyambar helm serta kunci motornya, Malam ini, dia ingin menenangkan pikirannya dengan cara melakukan night ride.

Dengan kecepatan delapan puluh lima kilometer per jam, motor yang dikendarai Giselle melaju mengarungi kota. Aturan keselamatan seakan lenyap dari kamusnya. Hobi menantang maut memang sudah menjadi kebiasaan Giselle saat pikiran sedang suntuk.

Setelah dirasa cukup jauh, baru Giselle menurunkan kecepatannya. Wanita itu sempat mampir ke toserba sebelum akhirnya berhenti di tepi sungai Han. Di sana, Giselle termenung sambil menghisap rokok yang dibeli dari toserba. Membiarkan asap-asap bernikotin itu memenuhi rongga dadanya. Lalu menghembuskannya agar bercampur dengan udara malam yang dingin. Begitu seterusnya hingga menghabiskan satu bungkus rokok dalam waktu singkat. Wanita itu sudah tidak peduli dengan diri sendiri. Bahkan tanpa merokok pun, hidup Giselle sudah hancur.

"Kamu sudah kehilangan rahimmu. Apakah kamu juga ingin kehilangan paru-parumu, Park Aeri?" tegur seorang wanita cantik menghampiri Giselle. Wanita itu berpakaian cukup terbuka, hanya mengenakan dress putih polos di atas lutut dengan kerah V rendah yang menampakkan belahan dadanya.

"Kau sendiri? Tidak salah dingin-dingin begini berpenampilan seperti itu? Kau tak hanya mengundang lelaki hidung belang, tapi angin dan nyamuk juga akan menyerangmu dengan mudah, Kim Yerim," sahut Giselle kembali menyalakan rokoknya yang entah ke berapa.

Wanita yang dipanggil Yerim itu terkekeh karena ucapan tak kalah pedas dari Giselle. Kemudian tawa Yerim semakin kencang saat Giselle kembali berucap, "Dan berhenti memanggilku Aeri!"

"Sepupuku ini lucu sekali!" ucap Yerim tak peduli lalu duduk tepat di depan Giselle. "O iya, pertama-tama, aku ucapkan turut berduka-cita atas janinmu sekaligus rahimmu."

Giselle mendengus sekaligus mengeluarkan asap tembakaunya. Kemudian menatap jengkel sepupunya itu. Kim Yerim, atau yang akrab disapa Yeri, adalah anak dari pasangan Kim Junmyeon dan Park Joohyun. Ibunya, Joohyun, adalah adik kandung Hyukjae. Hanya saja sifat blak-blakan Yeri membuat Giselle sering merasa kesal.

Contohnya seperti saat ini.

"Tapi aku tidak menyangka kehilangan rahim juga membuatmu kehilangan otak dan hati nuranimu," lanjut Yeri tersenyum tipis. Wajahnya terlihat biasa saja sebenarnya, hanya saja bagi Giselle itu merupakan sebuah ejekan.

"Jika kau mendatangiku hanya untuk menghinaku, lebih baik pergi sana jauh-jauh!"

Yeri kembali tertawa ketika dirinya berhasil menyulut emosi Giselle. Wanita itu tidak memiliki niat negatif terhadap Giselle. Namun, hati Yeri terasa panas setelah mendengar cerita dari pamannya. Sejujurnya, Yeri sedih mendengar keretakan hubungan Giselle dan Jisung. Hidup bersama mereka selama hampir 30 tahun, membuatnya hafal karakter kakak beradik itu. Tidak mungkin Giselle akan setega itu memperlakukan adik kesayangannya.

Titip Benih || NoSung (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang