BAB 03

103 70 28
                                    

Bab 03 : Jangan Dia, Jek!

"Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita akan bertemu. Namun, kita bisa memilih dengan siapa kita akan berteman karena teman adalah satu dari ribuan anugerah Tuhan yang paling indah."

* * *

"KENA pelet Kajessa lo, ya, Jek?" tanya Dean. Fyi, Dean ini orangnya bawel dan level kepo tingkat dewa pokoknya 11 12 sama Andrew deh.

"Gila. Gak mungkin lah." Jek mencoba menyangkal.

"Jangan bilang lo naksir tuh cewe?" Pasha menerka-nerka, biasanya apa yang diramalkan lelaki berwajah manis itu benar adanya.

"Kemarin Haryo sekarang Jeki HAHAHAHAHAH!" ucap Andrew yang diakhiri oleh tawa. Merasa namanya dibawa-bawa, Haryo mendelik. "Gue diem anjir!"

"Haryo? Kenapa?" tanya Jek penasaran. Ia mendekat kearah teman-temannya.

"Kajessa kan mantan si Haryo, si cantik dari Senayan HAHAHAHAHA!" jelas Dean menggebu-gebu yang diangguki oleh Andrew. Sedangkan Haryo? Jangan berharap lebih, karena lelaki itu hanya mendengkus. Seharusnya ini jangan dibahas lagi, pikirnya. 

"Udah diem woy! Nanti makin gamon Haryo sama dia," timpal Andrew memanasi.

"Huss, siapa juga yang suka sama dia?" balas Jek, lelaki itu mencoba untuk mengalihkan topik. Ia merasa tak enak dengan Haryo.

Haryo menoel bahunya lalu berkata sambil menaikturunkan alisnya. "Gak ada salahnya juga, kan, Jek?"

Jek terdiam, masa gue ngembat mantan temen gue sendiri sih? Emang gue cowo apaan?!

"ASSALAMUALAIKUM AHLI SURGA!!!" Seru Victor kencang saat memasuki kelas XII MIPA 1 dikarenakan semua kelas sedang free class jadi daripada bosen dikelas mending nongkrong ke kelas sebelah. Hahaha.

"Lah, ngapain kesini anjir?!" tanya Pasha saat mereka melakukan tos ala anak laki-laki.

"Kajessa nyetel musik kenceng banget anjer," jawab Victor setelah duduk. "Budeg nih kuping gue! Mana pake joget-joget lagi!"

"Kayak gak tau dia aja lo, Vic. Satu angkatan juga tau kalo dia itu biduan Hardu," sahut Dean. Hardu merupakan singkatan dari Harapan Dua, kalo kata murid sini supaya ga terlalu panjang pas jawab pertanyaan, "adek sekolah dimana?".

"Oh iya, kelas XI SOS 4 dimana, ya?" tanya Jek tiba-tiba seakan baru saja teringat akan sesuatu.

Andrew berpindah posisi menjadi disamping Jek, ia mulai mendempetkan tubuhnya pada lelaki itu. "Mau liat Gladys lo kan? Jujur aja dehh," ejek Andrew sambil menggait lengan lelaki itu.

Jek menyentak tangan Andrew yang melingkar di lengannya. "Kampret lo!" balas Jek yang dihadiahi tawa oleh semua temannya.

"Lo tuh maunya siapa sih, Jek? Kajessa apa Gladys?!" teriak Dean prustasi sambil menarik rambutnya.

"Orang baru versus orang lama, yang menang kira-kira siapa, ya???" Victor berpikir keras sambil mengelus-elus dagunya bak detektif profesional.

"Kajessa dong pasti, kalo mantan mah lupain aja!" celetuk Andrew sambil menaikkan kedua kakiknya keatas kursi. Jangan dicontoh ya adik-adik.

"Ck, jangan dia, Jek!" Tiba-tiba Pasha menyambar. "Dia tuh gak baik buat lo, lo gak tau aja dia gimana orangnya."

Entahlah, tapi setiap ada yang membahas tentang Kajessa ataupun teman-temannya Pasha mendadak kesal. Tak tau apa penyebab pasti kekesalan Pasha ini yang jelas lelaki itu membenci segala hal yang berkaitan dengan Kajessa ataupun teman-temannya.

"Gimana apanya?" Jek menautkan kedua alisnya. Pertama kali dalam hidupnya, ia dibuat penasaran oleh seorang gadis.

Perlahan tapi pasti Pasha menjelaskan semua hal tentang—lebih tepatnya semua keburukan tentang Kajessa. "Dia memang hits tapi buaya," jelas Pasha, ia kembali melanjutkan. "Lo liat Haryo, ditinggalin gitu aja kan."

Haryo menoleh kesamping seolah tidak menyukai pembahasan ini. Tak seharusnya Pasha berbicara seperti itu.

"Belom lagi soal dia sering kena kasus disekolah," lanjut Pasha. "Daripada Kajessa mending lo balikan aja sama Gladys."

Haryo menatap Pasha acuh tak acuh. "Lo itu cuma jelasin minusnya dia aja kalo lo lupa!"

Pasha menatap Haryo jengah. "Come on, Man. Satu sekolah juga tau dia gimana orangnya. Jangan sementang dia itu mantan lo, lo terus belain dia!" Pasha membalas dengan pedas.

Jek yang mendengarnya tertohok sesaat. Apa benar gadis secantik Kajessa menyimpan sifat seburuk itu? Sulit dipercaya. Akhirnya ia menemukan satu alasan bagi Jek untuk bisa kenal lebih dekat dengan gadis itu.

"Kok jadi canggung gini sih? Santai dong, Bray!" Andrew memecah kecanggungan sambil mencoba untuk merangkul Pasha yang tentunya langsung mendapat tepisan keras.

"Gak usah deket-deket lo, setan!" sinis Pasha.

Victor mendorong tubuh Andrew hingga lelaki itu hampir terjungkal kebelakang. "Tau nih, sok akrab banget jadi orang!" Ia menimpali.

Sambil memanyunkan bibir Andrew berkata, "Yeuuu, kalo gue yang ngomong aja diejekin coba aja kalo si Haryo pasti pada nurut lo pada!" Andrew mengeluarkan isi hatinya. Ceritanya si Andrew ini lagi curhat.

"Gak usah betingkah deh, Drew, lo gak betingkah aja gak ada yang mau sama lo apalagi kalo lo betingkah!" ucap Dean sekenanya yang menciptakan tawa keras.

"Mereka nurut sama gue ya, karna gue ini normal, cerdas dan berwibawa," jelas Haryo bangga sambil menepuk dada. "Gak kayak lo!"  Tangannya berpindah menunjuk Andrew.

Ayo beri apresiasi pada Haryo yang saat ini lagi semangat ngomong.

"Eh, diem mulu lo kayak eek. Lo gak lagi sakit gigi kan?" ucap Dean yang sedari tadi melihat Jek diam tak bergeming. Dean ini tipe orang yang anti banget ngeliat kalo ada yang diem-diem doang, ia mau semua orang harus happy. Karena dasarnya, Dean adalah pribadi yang always look happy everywhere and everytime. Makanya dia temenan sama Andrew. Karena gak jauh beda kelakuannya.

Just info, jadi mereka berenam ini; Jek, Haryo,  Victor, Andrew, Dean dan Pasha ini dulunya berada di SMP yang sama dan kebetulan dulu mereka sekelas. Dan ternyata SMA mempertemukan mereka kembali, ya, walaupun Victor beda kelas tapi tetep aja kalo udah ngumpul pasti rasanya tuh sekolah punya bapak mereka. Ribut, heboh dan gak karuan.

Tapi satu yang mereka yakini, bahwa suatu saat nanti saat-saat itulah yang akan mereka rindukan di hari tua nanti. Tak dapat diulang ataupun di lihat kembali. Semuanya akan berlalu begitu saja dan ketika mereka ingin kembali, semua hal itu akan menyapa selayaknya teman lama.

To be continued.

JERKHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang