Chapter 16

3.3K 501 17
                                    

Louis

Ingatkan aku untuk tidak minum banyak seperti tadi malam.

Aku sedang duduk di dalam kamar mandi di hadapan toilet. Kepalaku sangat sakit dan aku yakin telah mengeluarkan seluruh isi perutku ke dalam toilet.

This is the worst hangover.

"Yaampun, disini bau sekali." aku bisa melihat dari sudut mataku Summer yang datang dengan menjempit hidungnya, menghalangi bau untuk masuk. Aku masih ingat ketika terbangun dan mendapati posisiku yang memeluk Summer, itu adalah posisi yang sangat nyaman hingga seluruh makanan dalam tubuhku memutuskan untuk keluar dari sistem.

Aku memutar kedua bola mataku, "memangnya ada muntah yang harum?"

Summer tertawa. "Bisakah kau memberikanku segelas air dan pain killers? I feel like I'm dying here." lanjutku dengan suara yang serak.

Aku mendengar langkah kaki Summer menjauh. Selang beberapa menit, akhirnya ia kembali dan memberikanku segelas air dan 2 butir pain killers.

Saat aku ingin menerimanya, makanan atau mungkin juga minuman di perutku sekali lagi keluar. Ini sangat menjijikkan dan memalukan ditambah Summer yang berdiri di pintu dan melihatku. Pun aku mengambil air dan obat itu di tangannya dan segera meminumnya. Akhirnya aku merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Oh god, memangnya sebanyak apa yang telah aku minum?" Aku menyandarkan tubuhku pada tembok dan menutup mataku.

"Uhm, aku tidak tahu. Kau meminum sangat banyak hingga aku tidak bisa hitung." Summer mengedikkan bahunya.

"Ugh, kenapa kau membiarkanku minum sebanyak itu?" Aku mengerang. Aku merasa sangat buruk membuatku berjanji tidak akan menyentuh minuman sialan itu lagi walaupun aku tahu aku akan mengingkari janji itu.

"Excuse you," aku membuka satu mataku dan melihat Summer yang menaikkan satu alisnya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada terlihat tersinggung, "setiap kau meminta is ulang, aku tetap melarangmu. Tapi kau hanya tertawa dan berteriak 'Aku adalah seorang Louis Tomlinson, aku tidak bisa mabuk.'"

Yaampun, itu adalah hal buruk yang kukatakan saat mabuk. Aku seketika membelalakkan kedua mataku yang seketika juga aku sesali karena hal itu membuat kepalaku semakin sakit,
"Uh...Summer...apakah aku mengatakan atau melakukan suatu hal yang memalukan?"

Summer terdiam mendengar pertanyaanku. Dia hanya terus menatapku, dan aku hanya diam menunggu jawaban darinya, "kau betul-betul tidak ingat apapun semalam?"

Aku mengangguk.

Summer menghela nafas dan bergumam, "sudah kuduga." aku menyerngitkan dahiku. Tidak mengerti apa yang gadis ini maksud. Aku ingin bertanya apa maksud perkataannya tapi dia mendahuluiku, "kau tidak melakukan apapun. Hanya minum dan berpesta."

Mendengar itu aku bernapas lega. Walaupun ada sesuatu di dalam pikiranku yang berpikir aku mengatakan sesuatu yang bodoh, tapi kuhiraukan. Mungkin itu perasaanku saja.

Aku kembali menutup mataku karena sakit di kepalaku belum sepenuhnya hilang. Walaupun tidak seburuk tadi, akan lebih baik jika sakit ini segera hilang.

"Summer?" Panggilku.

"Yeah?"

"Maukah kau duduk di sampingku?mungkin itu akan membuatku merasa lebih baik." entah apa yang membuatku mengatakan hal itu, semua itu hanya keluar dari mulutku.

Summer tertawa dan menggelengkan kepala, "bagaimana bisa denganku di sampingmu bisa membuatnya lebih baik?"

"Just do it. Please?" Aku menatapnya dengan tatapan sedikit memohon. Summer menghela nafas dan bergumam 'fine.' membuatku tersenyum.

Dan benar saja, saat ia duduk disampingku dan menyenderkan kepalanya dipundakku, aku merasa lebih baik.

***

Summer

Keesokan harinya, kami sudah berangkat ke kota selanjutnya untuk melanjutkan tur. Tidak seperti sebelumnya, kali ini kami semua berada di satu pesawat.

"Hei kau lelah?" Tanya Louis ketika kami sudah berada di kamar hotel kami. "ya, lumayan. Kenapa memangnya?"

Louis mengedikkan bahunya, "aku ingin berjalan-jalan. Mungkin kau bisa menemaniku." mendengar hal itu aku membelalakkan mataku, "kita baru saja sampai Louis. Apakah kau tidak lelah?"

"Tidak." ucap Louis santai.

Aku menghela nafas, "bagaimana jika kita istirahat dulu selama beberapa jam kemudian kita pergi?" Louis terlihat sedikit kecewa, tapi ia hanya menganggukkan kepalanya.

Aku berjalan masuk ke kamar mandi. Berniat ingin mandi di bath tub dan merilekskan diriku. Setelah selesai, aku keluar dan sudah mendapati Louis yang tertidur nyenyak di ranjang.

"Tidak lelah katanya." Gumamku pada diriku sendiri kemudian tertawa. Merasa lelah, aku memutuskan untuk tidur disampingnya.

---

"Cepatlah, Summer! Kau bergerak seperti siput." seru Louis yang sudah berada di ambang pintu. Aku memutar kedua bola mataku menghiraukan ocehan Louis dan tetap merapikan rambutku, memastikannya sempurna. Setelah selesai, aku keluar kamar dan mengekori Louis yang berjalan lebih cepat.

Hingga kami sampai didepan lift membuatku terdiam ditempat.

Aku claustrophobic.

Aku ingin memberitahukan Louis dan lebih memilih untuk menggunakan tangga. Tapi setelah kupikir lagi, claustrophobiaku terakhir muncul ketika aku berusia 15 tahun. Mungkin sekarang keadaan berubah, mungkin saja kepanikanku itu sudah hilang.

Or maybe not.

Ketika pintu lift terbuka. Louis segera masuk kedalam lift kosong tersebut, walaupun aku merasa sangat panik. Aku berusaha terlihat setenang mungkin.

"Tidak ada hal buruk yang akan terjadi." pikirku berusaha menenangkan diriku sendiri.

Aku merasa baik-baik saja membuatku merasa lega dan berfikir aku tidak claustrophobia lagi, hingga aku merasakan lift bergoyang kemudian berhenti. Saat itu juga aku tahu claustrophobiaku belum hilang karena seketika aku panik.

Aku merasakan keringatku mulai bercucuran dan seluruh tubuhku gemetaran. Kurasa Louis menyadari keadaanku karena tiba-tiba saja aku mendengar suaranya yang panik.

"Summer? Kau baik-baik saja?"

Aku ingin menjawab pertanyaannya, mengatakan bahwa aku sangat tidak baik-baik saja. Tapi aku merasa sesak sehingga membuatku jatuh terduduk. Aku bisa mendengar suara Louis yang terus menerus memanggil namaku.

Aku menutup mataku dan berusaha untuk menenangkan diriku tapi hasilnya nihil. Aku pikir aku mungkin akan pingsan, hingga aku merasakan sebuah tangan yang mendekapku.

"Hey, babe. Its okay. You got me." Dekapan Louis semakin erat dan kata-kata penenang terus mengalir dari mulutnya. Awalnya, aku ingin mengatakan jika itu tidak akan berhasil. Tetapi aku mulai merasakan badanku semakin rileks mendengar suaranya yang lembut dan tangannya yang berada disekelilingku.

"Just listen to my voice. Everything is gonna be alright." Aku membiarkan diriku terhanyut suara Louis. Membiarkan diriku lebih tenang hingga tidak merasa panik. Tanpa sadar, lift kembali bekerja dan turun hingga pintu lift terbuka.

suck chapter.

but hey have you listen to infinity? its so damn good holy damn aisgaovs.

btw ceritanya boring ya? last chapter yg comment dikit:(

Faking It ||l.t|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang