Chapter 23

3.5K 482 42
                                    

Louis

Kami hanya duduk dengan diam.

Aku merasa lega karena sepertinya Summer tidak marah lagi padaku. Tapi akhir-akhir ini kami selalu terjebak dalam keadaan hening. Dan aku tidak menyukainya sama sekali. Aku sudah mengatakannya berulang kali tapi aku benar-benar ingin Summer yang dulu, yang cerewet dan selalu mengganggu dan sangat menyebalkan. Bukan Summer yang sekarang, selalu diam dan seperti menjauh.

Harus kuakui aku cukup terkejut dengan suaranya. Suaranya yang lembut yang dipadukan dengan alunan piano yang dilakukan jari lentiknya membuatnya terlihat indah di mataku.

Aku berdeham berusaha memecah keheningan, "uh, aku tidak tahu kau memiliki suara yang indah."

"Uhm, thanks?" ucap Summer menggigit bibir bawahnya tanpa melihatku.

Dan sekali lagi hening.

"What about you? kau bisa bermain piano kan?itu yang ku tahu." ucap Summer sekali lagi memainkan ujung bajunya.

Aku menaikkan satu alisku, "ya, aku bisa memainkannya. Memangnya kenapa?"

Tiba-tiba saja mataku bertemu dengan mata Summer, "sing for me, please?"

"A-apa?" ucapku merasa tidak yakin dengan ucapan Summer barusan.

"Sing for me, " ulang Summer, "aku tadi bernyanyi untukmu. Mungkin kau juga bisa bernyanyi untukku."

"A-aku tidak yakin-"

"Kau bisa bernyanyi di stadium yang dipenuhi ribuan orang, tapi kau tidak bisa bernyanyi di hadapanku?" potong Summer.

Sial, kenapa aku gugup.

Belum sempat aku menjawab, Summer menghela nafas, "oh right, i get it. Suaramu itu berharga mahal."

Mendengar itu aku lantas tertawa, "itu hal terkonyol yang pernah aku dengar. Baiklah aku akan bernyanyi untukmu."

Aku menghela nafas dan berpikir lagu apa yang akan aku nyanyikan. Setelah beberapa saat, aku memutuskan menyanyikan lagu bandku sendiri yang sedari tadi berngiang-ngiang di kepalaku. Pun, aku memulai memainkan piano.

I might never be your knight in shining armor
I might never be the one you take home to mother
And I might never be the one who brings you flowers
But I can be the one, be the one tonight

When I first saw you
From across the room
I could tell that you were curious, oh, yeah
Girl, I hope you're sure
What you're looking for
'Cause I'm not good at making promises

But if you like causing trouble up in hotel rooms
And if you like having secret little rendezvous
If you like to do the things you know that we shouldn't do
Baby, I'm perfect
Baby, I'm perfect for you
And if you like midnight driving with the windows down
And if you like going places we can't even pronounce
If you like to do whatever you've been dreaming about
Baby, you're perfect
Baby, you're perfect
So let's start right now .

Aku berhenti bernyanyi dan menunggu reaksi Summer. Aku tidak tahu apa yang kuharapkan, mungkin omelannya atau apapun itu tapi aku tidak mendengar apa-apa. Karena tidak mendengarkankan suara dari dia, aku menoleh dan mendapati Summer yang terus menerus menatapiku. Kemudian secara perlahan ujung bibirnya terangkat. Dia tersenyum.

"Aku belum pernah mendengar lagu itu."

Aku tertawa, "ini lagu baru kami dan memang belum rilis. Jadi kau orang beruntung yang mendengarnya pertama kali tahu."

Siapa yang tahu senyuman seorang gadis dapat membuat hariku 3x lebih indah.

Aku membuka mulut ingin mengatakan sesuatu. Tapi niatku terhalang ketika pintu di ruangan itu seketika terbuka dan memperlihatkan Harry.

"Hey, mate. Liam membutuhkanmu untuk beberapa lirik." Setelah mengucapkan itu, Harry pergi meninggalkan pintu terbuka.

Aku menghela nafas, karena sejujurnya aku masih ingin disini dan mungkin menyanyikan lagu lagi bersama Summer, tapi tidak mungkin aku meninggalkan teman-temanku. Maka  dengan berat hati aku tersenyum kearah Summer dan berdiri berjalan kearah pintu.

•-•

"Ada apa Li?" tanyaku ketika sudah berada di depan Liam yang sedang berada di hadapan laptopnya. Ia mengerutkan keningnya memikirkan sesuatu.

"Come sit your ass down here and help me."

Kami berempat menuangkan semua ide kami. Ketika semua selesai, Harry memutuskan untuk keluar dan mencari udara segar. Sedangkan Niall mengatakan ingin pergi kesuatu tempat. Meninggalkanku sendirian bersama Liam.

"Aku mendengarkanmu tadi. Caramu bernyanyi pada Summer? hubungan kalian sudah membaik? I mean, kau bahkan menyanyikannya lagu yang belum kita rilis." Ucap Liam secara tiba-tiba memulai pembicaraan dan tertawa di akhir kalimatnya.

"Tunggu, kau dengar?" Liam tertawa, "Kami semua yang berada disini bisa mendengarnya. Dan pacarmu juga punya suara yang bagus ternyata."

Seketika aku mengingat ketika ia menyanyikanku sebuah lagu tadi. Dan ketika ia tersenyum saat aku selesai menyanyi.

"Ya, aku tahu." tiba-tiba aku tersenyum, "kurasa aku menyukainya."

Liam menatapku dengan bingung. Aku mengerutkan keningku, apa aku salah bi--

oh..

"Apa maksudmu kau mulai menyukainya? selama ini kau tidak menyukainya?" Tanya Liam menatapku dengan bingung.

"uh- maksudku, a-"

"Kau gugup. Kau menyembunyikan sesuatu dari kami?" Tanya Liam lagi. Aku menghela nafas, mau tidak mau pasti aku harus memberitahukan mereka juga.

"Aku menunggu penjelasan." Liam kali ini melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kau tahu Kelly, kan?mantanku? well, dia terus menerus menggangguku dan meminta untuk balikan. Dengan fans kita dan aku yang tidak terlalu menyukainya, itu adalah ide yang buruk. Aku meminta manajemen untuk mengatasinya, agar ia bisa menjauh dan tidak menggangguku lagi. And there it is, Summer yang sekarang telah disebut sebagai kekasihku. Lagipula dengan bersama Summer, menurut Robert, akan membuat imageku menjadi lebih bagus. Kau tahu, idola berpacaran dengan fans. Atau artis besar berpacaran dengan gadis biasa. Ya, seperti itu."

Liam terdiam sesaat, raut kaget terpampang dengan jelas di wajahnya. Setelah dia diam, barulah ia kemudian merespon, "woah, itu adalah hal yang--"

"terkonyol, aku tahu." Aku menghela nafas, "setidaknya cara itu berhasil. Maksudku, Kelly tidak lagi menghubungiku."

Liam menggelengkan kepala, "aku tidak percaya kau bisa menyembunyikan ini semua. Jadi kau mengatakan selama ini kau tidak menyukainya, dan sekarang kau menangkap rasa?"

Aku mengangguk.

"Sampai kapan kontraknya?"

"Aku pikir setahun."

"Dan jika selesai kau hanya akan melepaskannya?"

Aku terdiam. Sejujurnya aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kontraknya habis.

"Well, kalau kau tidak ingin kehilangannya, berhenti pura-pura."

Aku membelalakkan mataku, "Apa?"

Liam memutar kedua bola matanya, "You heard me." Kemudian ia memandangku dengan senyum lebar, "ask her on a date and tell her about what you feel."

badduumm.

tiketnya5sosmahalbangetanjirgue bangkrutbhayleavemealonetocryanddrowninmyowntears.

Faking It ||l.t|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang