Chapter 20

3.6K 462 55
                                    

lilo is so freaking cute.

Louis

Aku mengacau.

Well, entah kenapa malam itu aku memegang tangan gadis pirang itu, aku bahkan tidak mengenalnya.

Dan sekarang rumor tentangku yang selingkuh ataupun putus dengan Summer telah beredar sangat cepat.

Waktu itu aku sangat mabuk dan entah kenapa aku sangat membutuhkan Summer. Let just say i really need her, tapi gadis itu tidak ada di hadapanku. Mungkin itu menjelaskan mengapa aku secara tiba-tiba memegang tangan gadis pirang di hadapanku. Aku yang mabuk mengiranya Summer.

Robert terus menerus berceloteh tentang tingkahku yang semberono dan hal yang mengenai bagaimana dia mengatasi semua rumor itu, yaitu dengan mem-post foto di instagram Summer yang menurutku sangat konyol.

Dan saat ini aku berada di bandara dengan Summer berada di hadapanku setelah liburannya, hanya memandangku dengan kikuk. Tak ada pelukan atau kata-kata konyol yang keluar dari bibirnya.

"Summer? Kau baik-baik saja?" Tanyaku heran.

Dia hanya berkedip kemudian menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "tidak apa. Ayo, kembali ke hotel."

Aku mengangguk dan mulai meraih tangannya. Tapi saat aku mulai menggenggamnya, dia mulai kaku dan menarik tangannya. Aku mengerutkan keningku. Biasanya jika aku menggenggamnya, dia akan menggenggam balik, atau melakukan apapun kecuali hal yang dilakukannya tadi.

"Apa ada yang salah?"

Dia menggeleng, "tidak ada kok." dengan begitu ia terus berjalan kedepan mendahuluiku.

Mungkin aku berbuat salah?

Aku mulai mengingat-ingat hal yang selama ini kulakukan padanya. Kurasa aku tidak berbuat salah, kecuali..

Dia membaca berita itu.

Tapi kenapa dia marah? Tidak mungkin kan dia cemburu? Aku bahkan tidak yakin jika dia menyukaiku.

Aku menggelengkan kepala dan berusaha menghilangkan semua pertanyaan itu dari kepalaku. Tidak mau ketinggalan mobil, aku mulai berlari kecil mengejar Summer yang mulai menaiki mobil.

•••

Ini sungguh menyebalkan.

Selama perjalanan, Summer tetap tidak berbicara padaku. Aku berusaha menanyakan jika ada yang salah dan memulai percakapan, tapi dia hanya menjawab dengan jawaban singkat dan tersenyum. Tak lupa dengan terus menerus melihat jendela, berusaha menghindari tatapanku. Dan setelah selama ini kami selalu bersama, aku tahu jika dia diam seperti itu berarti dia sedang memikirkan sesuatu.

I know girls. Aku tahu hal-hal semacam 'im okay' dan 'fake smile' dan hal semacam itu. Dan aku tahu jika Summer tidak baik-baik saja.

Hingga kami sampai di hotel, Summer meraih gagang pintu mobil untuk membukanya. Merasa tidak tahan dengan sikapnya, aku meraih tangannya sebelum ia membuka pintu mobil.

"What is wrong with you?!" Teriakku membuat Summer sedikit tersentak. Tentu saja aku cukup marah, aku sedari tadi membuang nafasku berbicara dan dia hanya menghiraukanku.

Aku menarik nafas mengendalikan emosiku, "maaf, aku tidak bermaksud berteriak. It just-- aku tahu sesuatu telah salah, akan lebih mudah jika kau memberitahuku, Summer. Now, tell me what's happening."

Summer hanya dia menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa aku baca.
"You. You is happening," dengan begitu Summer menarik genggamannya dan turun dari mobil. Meninggalkanku yang penuh tanda tanya dengan perkataannya.

"Sir, anda tidak mau turun? Aku ingin memarkirkan mobil." tanya Alex, si sopir, di kursi pengemudi. Pun, aku turun dan mulai memasuki hotel dan mendapatkan Liam yang sedang duduk sendiri di taman hotel.

"Mate!" Sapaku. Aku sedang ada masalah dan mungkin pria satu ini bisa membantuku menyelesaikannya.

Liam mengangkat kepalanya dari ponselnya dan tersenyum ketika melihatku, "hey, mate!"

"Begini, aku sedang a--"

"Sebelum itu aku mau bertanya. Apa benar soal rumor yang beredar? Apa kau selingkuh?atau kalian putus?tolong jangan katakan kalian putus. Jika kau selingkuh, aku akan mematahkan tanganmu. Aku serius." Liam mengujaniku banyak pertanyaan membuatku tertawa.

Aku mengangkat tanganku di depan dada, "woah, slow down. Rumor itu tidak benar. Aku tidak selingkuh. Dan kami tidak putus. Aku sudah menjelaskan semuanya dan sudah meminta maaf. Tapi saat ini aku tidak tahu jika ia memaafkanku atau tidak, karena dia tetap tidak mau menemaniku berbicara." tuturku panjang.

Liam menatapku dan mengedipkan matanya, "aku pikir bukan begitu cara 'minta maaf' bekerja. I mean, dude! Kau memegang tangan gadis yang bukan pacarmu. Aku rasa Summer tidak bisa memaafkanmu semudah itu. Kau beruntung dia tidak langsung memutuskanmu. Jika itu adalah aku, Sophia akan langsung memutuskanku setelah menamparku."

Aku tertawa. Bukan karena masalah Liam dan Sophia. Jika aku dan Summer memang benar-benar 'pacaran', omongannya itu akan membuatku sadar dan segera melakukan apapun agar kembali mendapatkan kepercayaan pacarku. Tapi aku saja tidak tahu kenapa dia marah, dan aku rasa tidak ada sangkut pautnya dengan rumor itu.

"Kau mau mendengar saranku?" Lanjut Liam.

Aku ingin menghiraukannya, tapi aku berusaha sopan dan berkata akan mendengarnya.

"Beberapa hari lagi ada acara dansa yang akan diadakan untuk charity. Tugasmu adalah ajak Summer menjadi pasanganmu. Di pesta itulah kau harus berusaha mencuri perhatiannya agar mempercayaimu lagi. Memberitahunya jika kau tidak akan mengulangi kesalahan bodohmu itu."

Aku seharusnya menghiraukan saran Liam. Tapi sesuatu dalam diriku ingin maaf dari Summer-walau aku tidak tahu salahku-, ingin mendapat kepercayaannya lagi, dan ingin mendapatkan perhatiannya kembali.

"Itu layak dicoba." aku tersenyum bersemangat. Setelah mengucapkan terima kasih dari Liam, aku bangkit dan berlari masuk hotel mencari gadis berambut pirang itu.

Tapi moodku seketika hancur ketika melihat gadis yang sedari tadi kucari sedang berpelukan erat dengan salah satu temanku.

SUMMER PELUKAN SAMA SIAPA HAYO TEBAK.

gue udahan uts, seneng banget anjir.

and:)perfect:)release:)on:)friday:)im:)not:)ready:)

Faking It ||l.t|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang