Summer
"Hei, ayo duduk di sini." Louis menepuk-nepuk kursi di sampingnya, menyuruhku untuk duduk. Karena tidak punya alasan untuk menolak, aku hanya menghela nafas dan duduk di sampingnya.
Mereka-One Direction- telah menjalankan turnya di beberapa negara dan diberikan waktu luang dalam seminggu. Dan sekarang kami di dalam pesawat, bersiap-siap untuk meninggalkan Seattle untuk pulang.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Louis ketika aku sudah duduk di sebelahnya.
Aku mengerutkan keningku, "maksudmu?tentu saja aku baik-baik saja."
"Kau hanya sering terdiam akhir-akhir ini," Louis menggigit bibir bawahnya, "apa ini salahku?aku mengatakan sesuatu yang menyinggungmu? jika iya a--"
"Aku baik-baik saja, Lou."
"--ku ingin min-- benarkah?" Seketika saja senyum di wajahnya mengembang ketika melihatku.
Melihatnya seperti itu membuatku tertawa kecil, "ya, sekarang diamlah. Kau sangat mengganggu."
Louis tetap tersenyum, kemudian menggenggam tanganku, "Summer yang menyebalkan. Itu Summer yang aku suka."
Aku bisa merasakan pipiku memanas mendengar Louis. Aku menunduk berusaha menyembunyikan wajahku agar tidak dilihat olehnya. Apakah dia menyukaiku seperti itu?
Tunggu, jangan sampai bawa ke perasaan, Summer. Dia pasti menyukaimu sebagai teman. Don't get your hope up.
Aku menarik tanganku dari genggaman Louis dan melipat lenganku di depan dada. Louis melihatku dengan tatapan bingung, "kenapa ditarik? genggamanku terlalu kuat?"
Genggamanmu sangat nyaman, bodoh.
"Tidak, aku hanya kedinginan."
"Justru dengan seperti tadi akan menambah kehangatan, silly." Louis tertawa. Aku memerhatikan caranya tertawa, gosh, that damn laugh could end war.
Okay, stop it, brain.
"Kalau begitu mau mengenakan jaketku?" Louis mulai bergerak untuk membuka jaket yang ia kenakan, tapi aku menahannya dan mengangkat selimut yang ada di pahaku, "tidak usah, di sini ada selimut."
Louis hanya menggelengkan kepala dan membuka jaketnya, "ambil saja." Belum sempat aku protes, ia sudah menaruh jaket tersebut di pundakku, "merasa lebih baik?"
Aku hanya mengangguk.
Yaampun. Bisakah ia berhenti bersifat manis sehingga lebih mudah untuk tidak menyukainya?
Louis tetap berbicara mengenai hal-hal yang ia lakukan saat di panggung. Bagaimana ia kadang merasa sangat gugup, bagaimana ia ingin membalas Liam lain waktu karena sudah menyiraminya dengan air, bagaimana ia sudah menyiapkan silly string untuk ia semprotkan pada Liam. Karena tidak tahu ingin merespon dengan apa, aku hanya tersenyum dan mengangguk.
Akhirnya, setelah beberapa cerita ia tertidur dengan kepala menyandar di jendela pesawat. Aku mencoba untuk tidur, tapi mataku tidak mau berkompromi dan tetap berusaha untuk terbuka. Setelah menyerah mencoba untuk tidur aku melihat sekeliling mencoba mencari hiburan, tapi semua orang juga tertidur.
Aku menghela nafas dan berdiri. Jaket Louis yang awalnya berada di pundakku terjatuh ke lantai. Aku ingin mengembalikannya tapi dia sudah tertidur, jadi aku hanya memakainya. Jaket ini terlihat besar di tubuhku, tapi cukup nyaman dan membuatku tersenyum.
Aku memilih untuk duduk menyendiri di kursi yang berada di paling belakang. Setelah duduk, aku mengambil permen karet di kantongku dan memakannya. Juga aku mengambil ponselku dan membuka beberapa aplikasi.
Aku berhenti ketika menemukan aplikasi 'wattpad'. Aku mendownload aplikasi ini karena seseorang di twitter menyuruhku untuk mendownloadnya dan membaca sebuah fanfic 'souis'. Awalnya aku tidak tahu souis itu apa, lama-kelamaan aku tahu jika itu adalah gabungan namaku dan Louis. Semacam ship name kami.
How cute ....
Sayang 'souis' akan berakhir beberapa bulan lagi.
Aku mulai membaca buku yang sudah lama aku simpan di library wattpad.
Aku menaruhnya karena aku pikir itu adalah cerita yang romantis.Awal cerita memang sangat romantis hingga aku sampai di pertengahan chapter, saat itu juga keadaan di buku ini mulai memanas.
"....Louis mulai membuka bajunya dan melemparnya ke lantai. Summer kembali mencium Louis, ketika Louis membuka mulutnya, Summer..."
Membaca itu membuatku membelalakkan kedua bola mataku dan menelan permen karet yang aku makan membuatku tersedak dan terbatuk.
Did i just read a book of me and Louis having s*x?
Aku menggelengkan kepalaku. Membayangkan bagaimana bisa mereka membuat dan mendeskripsikan adegan tersebut. Pun aku mengeluarkan aplikasi itu dan mematikan ponselku.
Great, sekarang aku tidak bisa menatap Louis tanpa mengingat cerita itu.
"Summer?"
Aku mendongak dan mendapati Niall yang berdiri di hadapanku dengan rambutnya yang terbongkar sehabis bangun tidur.
"Aku mendengarmu terbatuk. Kau baik-baik saja?" Tanya Niall menguap dan mengucek matanya.Aku bisa merasakan pipiku memerah merasa malu. Apakah batukku sebesar itu sehingga membangunkan Niall?
"Aku hanya tersedak. Maaf mengganggumu tidur. Kau bisa tidur kembali jika kau mau." Ucapku tersenyum
Niall hanya menggelengkan kepalanya. Ia mengambil tas yang berada di kursinya dan mengeluarkan laptop. Ia kemudian duduk di kursi kosong di sampingku. "Aku rasa aku tidak ngantuk lagi," ia membuka laptopnya, "movie?"
Karena tidak tahu ingin melakukan apa lagi, aku mengetujuinya dan memasang headseat agar tidak mengganggu yang lain dengan suara film dari laptop.
Niall membiarkanku memilih film, jadi aku memilih Dear John. Setelah itu kami hanya menonton dengan diam. Mungkin karena suasananya yang terlalu hening, atau karena filmnya memang cukup membosankan, lama-kelamaan aku merasakan mataku mulai berat. Tanpa peduli lagi, aku menyandarkan kepalaku di pundak Niall. Aku bisa merasakan Niall menegang, lama-kelamaan ia bisa rileks dan membiarkanku tertidur di pundaknya. Aku bisa merasakan kepalanya yang juga ia sandarkan di atas kepalaku. Karena sangat mengantuk, aku membiarkan posisi kami seperti ini. Toh tak ada yang bakal marah.
Tentu saja aku salah.
Aku rasa baru saja beberapa menit aku tenggelam di alam bawah sadarku, suara seseorang berteriak membangunkanku,
"What the fuck ?!"
[a/n] itu ff yang summer baca random amat anjas wkwk.
Ceritanya lagi baca smut tapi gue gabisa bikin. Masih inosen sih HAhAHAHAhahaHaHAHAhahaHa
Nevermind.
anywaayy,
selamat hari minggu😴