Ch. 15 - Menuntaskan Fantasi

9 1 0
                                    

Dengan tangan saling tertaut, kami berdua berjalan bersebelahan dalam diam menelusuri sunyinya lorong hotel. Sesekali kami memberi senyum canggung.

Dua puluh empat jam yang aku jalani hari ini terasa begitu singkat. Aku tak ingin semuanya berakhir dengan cepat.

Sesampainya di depan pintu kamar, Yoga mempersilahkan Anne untuk masuk terlebih dahulu ke dalam. Sejenak mereka lupa bagaimana caranya untuk berbicara.

"Terimakasih banyak telah mengundangku untuk makan malam bersama," ucap Anne yang memecah heningnya suasana. Tetapi pria itu hanya membalas dengan diam. "Aku akan mengambil barang-barangku lalu pulang."

Terlihat wanita itu mulai menyibukkan diri, membereskan barang belanjaannya tadi siang. Rencananya ia akan menginap di apartemen kosong milik ibunya yang berada dalam gedung milik grandpa Paul. Finn telah menunggunya sedari tadi di lobby hotel, siap untuk mengantar Anne.

Aku tidak ingin berpisah darinya.

Terus berkutat dalam pikirannya, ia tak berani jujur pada sang pria hingga Anne merasakan kedua tangan besar yang mendekap dari balik punggungnya.

"Jangan pergi, Audri" bisiknya dengan lembut seraya menyebut nama kecilnya. "Temani aku malam ini." Nafas hangat yang terhembus memberikan sensasi geli pada telinga Anne, membuat wanita itu terhenti dari aktifitasnya.

Yoga menyibak pelan rambut panjangnya lalu mulai mengecup tengkuk leher dengan lembut secara bertubi, berpindah dari satu titik ke titik lain.

"Aku masih belum siap," tolak Anne setelah membalikkan tubuhnya. Ia menatap dalam kedua manik mata yang nampak memelas, sebenarnya tau apa yang diinginkan oleh sang pria.

Inikan yang aku mau? Tapi kenapa aku tidak bisa jujur padanya?

"Maaf kalau aku bertindak egois," ucap Yoga dengan sedikit cemas. Ia melepaskan kedua tangannya yang terkait merangkul pinggul kecil Anne lalu memberi sedikit jarak antara mereka berdua.

Aku mohon peluk aku lagi.

"Apa kau sudah selesai membereskan barangmu?" Suasana canggung kembali terjadi.

"Iya sudah."

"Aku akan mengantarmu." Yoga menawarkan dirinya dan lagi-lagi Anne menolak dengan halus.

Aku tidak ingin pergi.

"Tidak perlu Yoga. Kau beristirahat saja." Anne mengecup pipi Yoga dengan lembut. Wanita itu membawa barang miliknya lalu berjalan mendekati pintu kamar yang telah Yoga buka.

"Kalau begitu sampai ketemu besok pagi." Yoga mengucapkan kalimat perpisahannya sambil tersenyum lesu. Anne lalu melambaikan tangannya dan berjalan melalui koridor panjang lantai itu.

Di ujung koridor, Anne berbelok. Sayup-sayup ia dapat mendengar suara pintu yang tertutup.

Dengan jari telunjuk ia menekan tombol turun pada lift. Sambil menunggu, punggungnya bersandar pada dinginnya tembok yang tak bersuara sambil merutuki dirinya karena tak dapat mengutarakan isi hati yang sesungguhnya.

Sampai kapan kau mau jadi seperti ini? Selalu berbohong pada diri sendiri.

Jangan berharap pada orang lain untuk dapat selalu membaca isi hatimu.

Pintu lift terbuka. Lunglai, kedua kaki melangkah masuk, menunggu benda itu bergerak membawanya turun hingga dasar.

Malam itu suasana lobby hotel masih cukup ramai. Diantaranya terdapat beberapa pasangan yang saling bergandeng tangan atau berpelukan. Membuat iri sang wanita yang baru saja meninggalkan buah hatinya.

Edelweiss & Mustang Merah (Passing By Vol. 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang