28.

215 4 0
                                    


>>>>>>>

"Aku, mencintaimu Edmond."

Elena melotot ia terkejut dengan perkataanya sendiri, perasaannya mengkhianati logikanya ia menatap Edmond yang masih terkejut sejak tadi, ia malu sungguh anggota tubuhnya seakan di gerakan oleh persaannya sekarang logikanya telah mati kutu.

"A-aku."

Cup

Edmond menarik tengkuk Elena lalu, melumat bibir seksi Elena dengan memburu mata yang perlahan saling menutup karna menikmati sensasinya, pria itu sedot-sedot lidah Elena suara cepakan air liur yang menggema di telinga mereka keduanya masih saling memangut suara lengguhan yang begitu beradu.

10 menit mereka saling berciuman, Elena yang mengakhirinya karna nafasnya akan habis, dengan cara menumbukan tangannya pada dada bidang Edmond yang terbalut jaz kerja.

"Hoh! hoh, oh my god."

"Katakan sekali lagi."Celetuk Edmond, dengan jari jempolnya, yang menyusut bibir merah muda Elena yang basah akibatnya.

"A-apa?"

"Katakan, sekali lagi jika kau mencintai ku sayang."

Elena terdiam, ia tidak membuka suaranya karna syok.

"I love you, Mrs. Yocelyn."

"Minggu depan, dirimu akan menjadi istri ku."

>>>>>>>

"Rasanya aku mau mati saja!"

"Kau bodoh Elena, bodoh sekali bisa kah kau tahan dulu rasa cinta mu ini, astaga!"Sentak pada dirinya sendiri ia malu oleh kejadian 2 hari yang lalu, ia benar-benar malu bukan main. Kini ia sedang berada di kasur dan menenggelamkan wajahnya, pada bantal sehingga suaranya ikut teredam.

"Dia terus menerus menelfon ku, apa yang harus ku lakukan.."Ujar Elena yang terus melihat ponselnya yang berdering.

Drrtttt

"Hello?"

"Elena?"Suara pria seksi yang memesona, terdengar di telinga Elena.

"Akhirnya, kau mengangkat telfon ku."Sekian lama, Edmond menantikan telfonnya.

"A-apa yang kau inginkan, kenapa terus meneror ku begini."Celetuk Elena dengan bertubi-tubi.

"Aku hanya ingin, kau membuktikan perkataan mu kamarin lusa."

"A-apa?"

Di sebrang sana Edmond tersenyum geli, karna ia tahu Elena memiliki gengsi yang sangat amat tinggi, walaupun begitu ia tetap mencintainya garis bawahi itu."Kau, pura-pura tidak tahu um? apa perlu ku ceri-"

"T-tidak-tidak."balas Elena cepat.

"Aku akan menjemputmu malam ini, kita makan malam bersama bawa Louis."

"Aku tid-"

"Aku tidak menanyakan pendapat mu, ini perintah bukan meminta izin padamu."

"Kau!"

"I hate you!"Lanjut Elena dengan kondisi muka yang memerah, seperti kepiting rebus.

"No, you don't."

Tutt

Elena mengakhiri telfon itu ia tidak kuat, karna salting yang melanda hatinya perasaan cintanya kembali, kembali dengan keadaan dirinya telah dewasa.

Perasaannya dulu yang membenci pria itu, dengan menggebu-gebu sekarang, tergantikan oleh cinta wanita dewasa yang menggebu-gebu.

*

Tanpa Elena sadari, bahwa selama ini yang ia rasakan di hatinya terhadap pria masalalunya itu, adalah cinta bukan rasa benci.

Wanita yang sudah muak dengan, namanya cinta apapun itu yang tidak ia dapati sejak kecil, jadi selalu artikan dalam seluk-beluk hatinya perasaan aneh pada Edmond itu, adalah kebencian atas pengkhianatan dan pembunuhan ayahnya,

Nyatanya, itu semua cinta bukan benci.

***

Di sebrang sana Edmond menahan senyumannya, ia seperti lelaki yang baru saja pubertas, ia sedang di landa cinta amat sangat besar.

Ia tahu ungkapan benci Elena pada dirinya adalah ungkapan rasa cinta wanita itu, Elena perempuan yang mempunyai tembok pertahanan tinggi di hatinya, Edmond tahu itu.

"Kau membuat ku gila sayang, aku sangat mencintai mu."

>>>>>>>

Kini Elena tengah memilih baju dress, yang akan ia pakai nanti makan malam dengan Edmond, entahlah ia ingin sekali menyetujui perintah itu.

Beberapa jam ia telah bersiap-siap, serta Louis yang sudah siap sejak tadi.

Elana hanya memakai dress merah darah yang menunjukan dada lancip putihnya, serta surai blonde yang tertata rapih tanpa ikatan apapun, tidak lupa heels emas dengan nama merek di sumber suara heels tersebut memesona. Sangat lah cantik ibu muda itu yang masih terlihat remaja.

Louis putranya hanya memakai casual biasa, dengan kaos semerek dengan mobil Edmond.

Wanita itu menunggu, dengan menelfon pria yang mengajaknya makam malam, tetapi tidak ada balasan tersebut.

Setengah jam ia menunggu, katailah ia tidak sabaran ia tidak suka menunggu waktu adalah emas dan sekarang, moodnya menurun.

1 Jam lebih ia menunggu tidak ada kunjung balasan dalam ponselnya, ia menunggu di apartemennya dengan Louis, bayi itu telah mengantuk dengan merengek pada Elena ia meminta susunya, lingkar mata merah yang ia kucak oleh lengan mininya itu terlihat kesal.

Ibu muda itu pun sudah lebih dari kata kesal, ia buka bajunya lalu ia ganti oleh baju tidur rambut yang ia lepas dari tataannya tidak lupa make up tipis nya ia hapus, Louis menangis di ruang tamu.

Elena hanya mendiaminya, karna ia akan langsung menidurkan Louis setelah ini. Setelah sekian Elena selsai ia membawa Louis ia gantikan bajunya, lalu ia gendong serta tidak lupa dot bayi nya yang terpasang di mulut Louis.

Semuanya telah selsai, Elena menghela nafas sebenarnya Edmond kemana?! dirinya jadi kesal sekali.

Ia membuka ponselnya, melihat sosial media seperti biasa, tidak selang 7 menit ada telfon entah dari siapa.

"Hello?"

"Siapa?"Balas Elena dengan hati-hati, ia takut sebenarnya tetapi ia juga penasaran, takut juga itu adalah teman kerjanya.

"Nona Elena, ini saya jack sekertaris pribadi tuan Edmond."

Elena yang mendengar itu, mendelik sebal malas sekali mendengar nama pria bangkotan itu."Ya, ada apa?"

"Um, i-itu nona.."

"Ada apa?"

Jack menarik nafasnya, dengan dalam."Tuan di saat dia sedang dalam perjalan menuju apartemen anda, dia di tembak entah oleh siapa terlebih lagi dirinya memakai mobil terbuka bagian atasnya, d-dan kondisinya saat ini dia keritis hebat, karna bagian belakang kepalanya yang di tembak."Jelas Jack dengan detail.

>>>>>>>

Thank You

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank You.






ValueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang