¤¤¤
Radian memijat kepalanya yang sejak kemarin terasa pusing. Memikirkan kemauan ibunya benar-benar membuatnya sakit kepala. Belum lagi Joyan dan Nicho yang setuju-setuju saja.
Suara ketukan pintu membuat Radian menatap kearah pintu.
"Masuk" Serunya.
Daun pintu terbuka menampilkan sosok Nathan. Radian memang meminta bibi memanggil anak itu.
"Duduk" Perintah Radian.
Nathan langsung mematuhi apa kata ayahnya. Anak itu duduk di sofa panjang dalam ruang kerja ayahnya.
"Papa mau ngomong soal apa?" Tanya Nathan begitu Radian duduk di sofa seberangnya.
"Minggu depan kamu akan saya kost kan" Jawab Radian.
"Hah?!" Respon Nathan yang merasa dirinya salah dengar.
"Saya bilang, mulai minggu depan kamu akan pindah dari sini. Saya akan kost kan kamu, tenang saja biayanya saya yang tanggung begitu juga keperluan mu yang lain" Jelas Radian.
"Tapi kenapa?" Lirih Nathan nyaris menangis.
"Ibu saya yang minta" Jawab Radian, meski sebenarnya pria ini juga tidak yakin dengan hal ini. Ia mungkin tidak suka pada anaknya yang satu ini, tapi Radian tak pernah berpikir melakukan hal ini.
Lidah Nathan terasa kelu, dadanya sesak sekali hingga terasa sulit bernafas.
"Pa...Athan minta maaf kalau ada salah. Tapi Athan mohon, Athan gamau pindah Pa. Athan mau tinggal sama Papa sama abang-abang" Mohon Nathan, air mata anak itu bahkan siap untuk tumpah.
Bibirnya bergetar menahan tangisnya agar tidak pecah.
Radian berpaling sejenak, lalu mengambil nafas dalam dan menghembuskannya dengan keras.
"Tapi abang-abang kamu juga setuju" Ujar Radian lalu menatap manik berkaca-kaca itu.
Air mata Nathan langsung luruh, sakitnya semakin terasa. Dadanya seolah tertusuk belati tajam.
Keduanya terdiam, lebih tepatnya Nathan yang menangis. Radian hanya diam menatap anaknya itu.
Radian bangkit meninggalkan ruang kerjanya, membiarkan Nathan tetap disana dan terus menangis saat menjelang malam itu.
•••
Nicho menoleh saat pintu kamarnya di ketuk. Anak itu bangkit dan membuka pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMANTARA [END]✔
FanfictionBimantara berarti "Jiwa yang tangguh" makna ini menggambarkan sosok Nathan Astara. Kisah ini berisikan vignet atau potongan kecil dari kisah hidup Nathan yang penuh luka. Disalahkan, diasingkan adalah hal biasa dalam hidupnya. Berteman baik dengan...