Bagian 20

4.4K 309 31
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Hari berlalu begitu saja hingga rasanya membuat Nathan kian merasa sesak. Terhitung dua hari lagi adalah hari dimana ia akan pindah, tidak lagi seatap dengan ayah dan abang-abangnya.

Kini Nathan berdiri didepan ruang kerja ayahnya, menatap ragu pintu kayu bercat coklat itu. Ragu ingin mengetuk atau tidak.

Dengan keberanian seadanya Nathan berhasil memberikan tiga ketukan di pintu, sekarang sudah pukul sembilan malam.

"Masuk!" Seruan dari dalam membuat Nathan gugup.

Namun anak manis itu lagi-lagi memberanikan diri untuk masuk.

Mata Nathan langsung bertemu pandang dengan mata tajam Radian. Pria dewasa itu tengah duduk di kursi kerjanya, dengan selembar kertas di tangan.

"Ada perlu apa?" Tanya Radian datar namun terkesan santai.

"Athan boleh minta sesuatu sama Papa? Sebelum Athan pindah ke kost" Tanya Nathan, kalimat akhir yang anak itu ucapan lebih lirih.

Radian meletakan kertas di tangannya, lalu bangun dari duduknya.

"Duduk" Perintahnya pada Nathan.

Anak manis itu langsung duduk di sofa, persis dengan yang ia duduki beberapa hari yang lalu.

"Bicara" Seru Radian saat pria itu juga sudah duduk di sofa. Menatap anaknya yang paling kecil itu datar.

Nathan menunduk sambil memainkan jari-jarinya, ragu bicara tetapi sangat ingin mengucapkan kemauannya.

"Athan boleh makan diluar sama Papa? Athan gak pernah diajak sama Papa makan di luar" Pintanya.

Nathan sudah siap jika sang ayah melakukan penolakan, hal kecil ini memang selalu Nathan impikan. Anak itu tak pernah diajak keluar oleh Radian, yang selalu ayahnya ajak hanya abang-abang dan kakaknya.

Nathan mentok-mentok hanya akan makan bersama Radian di ruang makan, itupun pasti bersama dengan yang lain, dan justru ia akan terabaikan.

Radian terdiam.

"Hanya itu kan?" Tanya Radian setelah hening sesaat.

Nathan mengangguk semangat.

"Baik, besok malam" Ujar Radian.

Nathan semakin tersenyum lebar.

"Makasi Pa, kalau gitu Athan pamit ke kamar. Papa semangat kerjanya" Ucap Nathan lalu pergi begitu saja.

Radian menghela nafas, sebenarnya ia pun tak pernah ada niat membuat Nathan harus tinggal berpisah dengan mereka, meski ia tak peduli dengan Nathan, bukan berarti Radian berniat membuang anaknya. Ini semua karena Radian tak bisa menolak keinginan ibunya.

•••

Nathan kembali ke kamarnya seusai bicara, anak itu duduk di meja belajar. Senyum yang ia pancarkan di ruang kerja ayahnya sudah hilang.

BIMANTARA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang