°° THE UNTOLD FEELING (ERIC) BY Kiesha °°

11 2 0
                                    

•••

Altair benar, Jevian tidak lagi mengganggunya. Jevian benar-benar mengira Eira yang dia cintai itu telah memiliki kekasih.

Bagaimana tidak? Altair dan Eira benar-benar berlagak seperti sepasang kekasih yang saling mencintai.

Tidak jarang keduanya terlihat saling gandeng tangan, Altair yang menjemput dan mengantar Eira kemanapun, atau skinship lainnya. Seperti Altair yang mencium pipi 'gadisnya' atau Eira yang sering kali memeluk Altair.

Jevian merasa kalah. Dirinya tidak lagi mengejar Eira karena gadis pujaannya itu terlihat sangat bahagia dengan Altair Dirgantara.

Tapi, apakah mereka sebahagia yang dilihat oleh orang-orang? Jawabannya tidak. Tidak bagi Altair. Laki-laki itu tidak bahagia, bagaimana pun juga dirinya hanyalah pacar palsu yang dibayar agar gadis itu tidak lagi tersiksa karena Jevian.

Dan Altair berniat untuk mengakhiri ketidakbahagiaannya itu.

Altair mengendarai mobil kesayangannya menuju sebuah cafe dimana Eira berada. Senyuman di wajah laki-laki itu lebar, sangat yakin sang gadis juga berperasaan yang sama.

Sampai tibanya dia di cafe kecil nan cantik, Altair segera turun, bersiap bertemu gadis pujaan hatinya dan mengutarakan perasaan kepada gadis itu.

Matanya menangkap sosok cantik di sana. Senyum manis yang mampu membuat jantung Altair berdetak lebih cepat. Dirinya hendak melangkah menghampiri Eira di sana bersama teman-temannya. Namun langkahnya terhenti saat dirinya mendengar kata-kata yang melunturkan ekspektasinya dari mulut Eira.

"Setelah ini juga gue putusin, toh Altair juga bukan pacar beneran gue. Dia cuma orang yang gue minta biar si Jevian ga ganggu gue lagi."

"Lagian gue ga suka sama Altair. Iya gue manja ke dia, gue cium pipinya, gue pegangan tangan peluk dia. Tapi itu hanya sebatas you know biar yang lain ga curiga".

Ah.. sepertinya Eira tidak mengetahui keberadaan Altair yang hanya beberapa langkah di belakangnya.

Gagal.

Altair gagal bahkan sebelum mencoba. Dadanya sesak mendengar kata-kata Eira tadi. "Jadi gue memang alatnya aja?" batinnya.

Kakinya tetap membawa dirinya ke arah gadis yang tengah berbincang. "Raa" kepala Eira sontak menoleh, menatap mata Altair yang dia rasa terlihat sedih?. "Hai, ta. Eh gue duluan yaa".

•••

"Ta.." suara gadis itu membuyarkan lamunannya.

Altair berdeham, "Iya, ra?"

"Terima kasih ya buat beberapa bulan ini".

Altair tersenyum. "Terima kasih karena lo udah bantu gue untuk-"

"Iya, ra. Sama-sama. Selanjutnya kita ga perlu ketemu seperti biasa lagi kan?" potong Altair.

Kening Eira mengernyit. Mata hitamnya menatap laki-laki yang sedang menyetir di sebelahnya. "Kan Jevian udah ga ganggu lo lagi berarti tugas gue selesai?".

Eira mengangguk, "Iya, kedepannya kita ga perlu ketemu seperti biasa lagi. Kita..ga perlu pura-pura ke semua orang lagi. Kita bukan lagi Altair-Eira pasangan favorit sekolah lagi, kita hanya Altair Dirgantara si jenius sekolah dan Eireena Syazira". Nafas Altair tertahan sejenak, dirinya kemudian mengangguk.

"Then we're over, Eireena Syazira. Hope to see you happy with someone you love". Dan kata-kata itu menjadi kata-kata terakhir yang Altair ucapkan untuk Eira.

Keduanya menjadi sangat asing seperti sebelumnya.


No more them.

There was never them...





By : Kiesha ( snowcarnation )

THE MEMORIES || THE BOYZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang