Bagian empat - Ide Gila Janson

218 18 0
                                    


"Tiffany, kau mendengarku?"

Minho mengetuk tembok kamarnya, tepat sebelah kamarnya adalah kamar Tiffany. Gadis itu masih terdiam. Minho sedikit frustasi, Dia benar benar takut dan trauma jika harus tidur malam ini.

"Yes, Minho" lirih gadis itu

Tiffany menempelkan telinganya pada tempok itu. "Aku rasa kita berdua sama sama tidak bisa tidur" Tiffany menanggapi dengan mengetuk lagi.

"Mau saling berbagi?" Tanya Minho.

Minho sedang membutuhkan seseorang sekarang untuk menjaga kewarasannya dan Tiffany juga membutuhkan orang yang sama. Bukan tidak mungkin mereka bisa saling berbagi.

"Minho, Sebenarnya sejak kemarin aku menemukan celah dikamar mandi. Aku rasa kau bisa masuk, celah itu menghubungkan kamar kita" lirih Tiffany.

Minho kemudian melirik keluar tampak penjaga terkantuk-kantuk. Minho menutup celah pintu itu dengan selimutnya.

"Akan ku coba, tapi sebelum itu kau bisa menutup celah pintu dengan selimut. Supaya penjaga tidak tau"

Tiffany mengetuk tembok pelan menandakan iya. Minho segara kekamar mandi dan menguncinya. Dengan susah payah Minho berhasil membuka celah itu kemudian memanjat dengan hati hati tanpa membuat terlalu banyak suara.

Tiffany masih terduduk di ranjangnya, Minho kaget melihat leher gadis itu yang membiru. Tangannya tanpa ragu menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian lehernya.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Aku tidak tahu, yang jelas sama dengan apa yang terjadi padamu"

Tiffany mengusap lehernya"Memang seburuk itu ya?" Dia balik bertanya sambil mengira ngira penyebabnya. Mungkin karena dia terus memberontak sampai tertabrak alat alat medis.

Minho duduk disamping gadis berambut cokelat itu. "Kau sangat mirip Thomas" celetuknya spontan karena dia harus segera mencari topik obrolan agar tidak canggung.

"Jangan bawa bawa si bodoh itu"

Minho kembali terdiam, kini tangan mereka saling bersentuhan. Tiffany bernapas sedikit berat. "Kau tau Minho" mulainya dengan menatap langit-langit kamar.

"Saat aku pertama di glade, aku punya seorang teman. Dia Bianca, Bianca adalah orang pertama yang mengulurkan tangan padaku saat aku terjatuh karena berlarian dari kotak"

Minho langsung merasa de-javu sangat persis seperti Thomas yang menjadi greenie berlarian kemudian terjatuh. Walau saat kejadian itu dia tidak benar-benar melihatnya karena sedang berada di dalam Maze, dia hanya mendengar ceritanya dari Chuck. Pemuda itu hanya melihat Gally memasukan Thomas ke penjara karena terus berlari ke Maze sore harinya.

"Harriet memang pemimpin yang baik, Sonya juga penyembuh jika aku terluka, sekaligus wakil ketua kami yang sangat sabar. Tapi Bianca banyak sekali menolongku, dia yang merekomendasikan aku menjadi Runner setelah berlatih bersama selama tiga bulan. Kami bisa dibilang tidak terpisahkan, kami menghabiskan waktu bersama dia adalah sahabat baikku. Bahkan saat aku mendapat datang bulan pertamaku dia benar benar menjelma seperti seorang kakak perempuan yang banyak sekali membantu"

Tiffany tau Minho sangat tidak related dengan cerita datang bulan tapi entah kenapa gadis itu tetap menceritakannya. "Mungkin kau tidak akan paham karena kau laki-laki" tambah Tiffany buru buru karena melihat ekspresi lucu Minho yang bingung.

"Intinya Bianca adalah segalanya untukku. Mungkin jika bisa aku ingin menukarnya dengan Thomas" Minho tertawa mendengar itu. Tiffany juga tertawa membuat mereka saling menatap satu sama lain beberapa detik.

OBLIGATION | The Maze Runner FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang