Bagian dua - Blood

218 18 0
                                    

Gadis itu membuka matanya perlahan, Sonya sudah mengganti bajunya dengan baju tidak berlengan. Rasa perih seketika menyapanya, matanya kemudian melihat kearah lengan yang sudah dijahit rapih oleh Mary.

"Oh shit"

"Oh shit? Kau hampir mati dan bangun malah mengumpat?" Tanya Mary heran dengan kelakuan gadis itu.

"Sorry"

Mary mengeleng kemudian mendekati gadis itu, "Sepuluh jahitan, tapi tidak terlalu buruk dibandingkan dengan nyawamu" ucapnya kemudian memeluk gadis itu. Vince datang tergopoh-gopoh ketika mendengar gadis itu bangun ditengah malam.

"Maafkan aku Tiffy, aku benar benar tidak bermaksud menyakitimu" ucapnya

"Menyakitiku?. Memangnya kau jelmaan buayanya?" Gadis itu tertawa membuat Vince memutar matanya malas.

"Its okey Vince, ini bukan salahmu" ucapnya kemudian, Tiffany tau penyesalan tampak jelas dimata Vince membuatnya sedikit tidak nyaman.

"Lain kali aku tidak akan menghukum mu" ucapnya. "Wow! Walau aku melakukan hal yang membuatmu marah?" Goda gadis itu, Vince berfikir sebentar kemudian mengangguk, setelah itu dia pamit akan rapat dengan beberapa orang termasuk dr. Mary meninggalkan Tiffany sendirian.

Mata coklat itu menatap Brenda yang berangsur membaik. Rasanya aneh hanya dengan darah laki laki kurus bernama Thomas itu, Brenda sudah membaik.

"Hay"

Tiffany memicingkan matanya menatap Thomas yang masuk kedalam tenda itu. Sejujurnya dia masih jengkel dengan Thomas. Wajahnya seolah berkata kenapa kau kesini.

"Aku hanya ingin mengobrol" Thomas menggaruk tengkuknya persis seperti tadi siang.

"Sure"

"Emmh, Tiff kau tau saat dr Mary mengatakan hal itu aku benar benar bisa mengingatmu sedikit demi sedikit. Sudah dua malam aku terus bermimpi tentang penyesalanku" Thomas bernapas dengan berat

"Penyesalan ?"

"Yeah penyesalanku, aku mengingat saat aku memasukkan mu kedalam Maze" jelasnya. Tiffany sangat terkejut sampai hampir duduk walah kemudian dia berteriak aduh karena lengannya keram.

"Kau meletakkan ku di Maze!?"

Thomas buru buru membantunya duduk dengan lembut. "Maaf aku bukan Kakak yang baik untukmu. Aku bahkan tidak bisa berbuat apa apa saat kau menghabiskan waktu dua setengah tahun di Maze. Aku terus berdoa agar kau tak terluka, Aaaku aku benar benar tidak akan memaafkan diri sendiri apabila kau kenapa kenapa"

Tiffany mengusap air matanya kasar. Kenangan demi kenangan di labirin nampak menghantuinya bagaimana teman-temannya meninggal satu persatu, dimana dia harus berlarian kabur di siang bolong karena kejaran Grievers.

Bianca gadis bermata biru itu tiba tiba muncul dengan badan tercabik tepat didepannya. Sosok Bianca menyuruhnya terus berlari keluar dari labirin.

"Tiffy kau harus lari, aku tidak akan selamat jika kau tidak segera bergerak kau juga tidak akan selamat"

"Kau benar benar brengsek!"

"Pergi kau!"

Thomas segara menenangkan adiknya yang terus berteriak. "Maafkan aku, mulai sekarang aku akan melindungi mu. Kita akan bersama sama lagi" Thomas segara membuat tindakan memeluk gadis itu yang memberontak.

"Kau bukan kakak ku. Aku yatim piatu aku sendiri di dunia ini!" Tangisannya semakin kencang membuat Thomas memeluk lebih erat lagi.

"Kumohon, aku benar benar tidak mau ini terjadi" lirih Thomas, Tiffany masih menangis.
"Dengar aku berjanji, aku akan melindungi mu. Kita akan bersama-sama lagi seperti dulu"

OBLIGATION | The Maze Runner FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang